Sebagai film terbaik versi Festival Film Indonesia 2017, Night Bus layak disebut sebagai film Indonesia yang berani. Bukan hanya berani membawa pemain dan kru yang mumpuni saja, tetapi dari segi ide dan jalan cerita pantas diacungi jempol karena terbilang antimainstream.
Film yang diproduseri oleh Darius Sinathrya dan Teuku Rifnu Wikana ini mengisahkan perjalanan sebuah bus malam menuju daerah bernama Sampar. Pada saat itu, sekitar wilayah Sampar tengah terjadi ketegangan karena konflik sehingga sejak awal cerita bergulir, penonton akan disuguhi suasana yang mencekam.
Film dibuka dengan adegan di terminal bus yang ramai dan sibuk. Sejumlah pemain langsung diperkenalkan di awal adegan ini. Tiap tokoh memiliki tujuan perjalanannya masing-masing, ada yang sedang mencari pekerjaan, pulang ke kampung halaman, menemui anak, hingga jurnalis yang berusaha meliput daerah konflik.
Perjalanan bus pada awalnya berlangsung damai. Akan tetapi, mengingat bus ini beroperasi di daerah rawan konflik, bus akan berhenti di sejumlah titik pos pemeriksaan.
Ketegangan mulai terasa saat tokoh bernama Mahdi muncul dengan tubuh berdarah-darah. Kehadirannya turut membuka rahasia konflik antara pemerintah pusat dengan organisasi bernama SAMERKA (Sampar Merdeka).
Di antara penumpang bus, ada pula pihak penyusup yang membawa pesan menuju Sampar. Sayangnya, kehadiran penyusup juga membahayakan penumpang yang lain.
Apalagi bus ini akan terus berhenti untuk melakukan pemeriksaan di pos keamanan. Di samping pihak-pihak yang berkepentingan, akan ditemui pihak lain yang justru memanfaatkan situasi demi kepentingan pribadi.
Perkelahian dan perlawanan layaknya bumbu masakan yang tak boleh terlewat. Ketegangan kian terasa saat seluruh penumpang bus menjadi sandera. Begitu pula adegan baku tembak yang turut menambah kesan mencekam.
Film diakhiri dengan bus yang berhasil menyelesaikan perjalanan di kota Sampar. Sayangnya, saat tiba di sana, situasi kota sudah hancur karena kerusuhan dan konflik yang berkecamuk di kota itu.
Meskipun mengangkat latar belakang tempat yang fiksi, tampaknya film ini memang terinspirasi dari sejumlah peristiwa sejarah, terutama yang berkaitan dengan konflik wilayah dan perebutan politik kekuasaan.
Sebagai film dengan latar tempat terbatas karena setting tempat sebagian besar dilakukan di dalam bus saja, film Night Bus patut diberi tepuk tangan karena berhasil menciptakan adegan yang tak membosankan.
Sebab dinamika yang dibangun tiap adegan selalu berhasil memacu adrenalin. Potongan-potongan kejadian dan kekerasan menggambarkan situasi daerah konflik yang berbahaya.
Penonton akan dibuat tahan napas karena geram dengan orang-orang yang memanfaatkan situasi untuk kepentingan pribadi.
Sepanjang 139 menit, penonton akan disuguhi adegan berlatar waktu yang didominasi malam hari sehingga lighting film ini akan terkesan gelap, tetapi aspek itu tidak memengaruhi daya penglihatan penonton.
Seperti banyak film aksi, laga, dan sejarah lainnya, film Night Bus tak luput dari cerita kematian sejumlah tokoh. Adegan kematian ini menambah bumbu pedih sebab mewakili perasaan duka di tengah situasi yang kacau balau.
Terlebih, film ini tidak ragu menghadirkan visual yang liar, brutal, dan tetap terlihat real. Tidak segan-segan, adegan berbahaya pun dipertontonkan seolah ingin menguji adrenalin penonton.
Di sisi lain, film Night Bus tak semata-mata menggambarkan kondisi wilayah konflik saja, tetapi turut menceritakan tentang duka, kesusahan, dan kehilangan sebagai dampak negatif kerusuhan. Siapa pun pihak yang bergesekan, tak menutup kemungkinan kalau dapat menimbulkan korban dan kerusakan yang sangat parah bagi pihak lainnya.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Ulasan Novel Deessert: Asam Manis Kenangan dan Cinta Lama yang Belum Usai
-
Romansa di Era Revolusi Kebudayaan China dalam Film Under the Hawthorn Tree
-
Ulasan Webtoon Her Secret!: Melihat Sisi Gelap Dunia Hiburan Korea Selatan
-
Ulasan Novel Perempuan di Titik Nol: Membongkar Dunia Patriarki bagi Wanita
-
Ulasan Novel Three Days to Remember: Tentang Hati yang Mau Menerima Kembali
Artikel Terkait
-
Ulasan Novel Deessert: Asam Manis Kenangan dan Cinta Lama yang Belum Usai
-
Sinopsis Drama Reborn, Drama Genre Misteri yang Dibintangi Zhang Jingyi
-
Ulasan Webtoon Her Secret!: Melihat Sisi Gelap Dunia Hiburan Korea Selatan
-
Film Thailand The Red Envelope Ternyata Belum Lulus Sensor di Bioskop Indonesia, Gegara Unsur LGBT?
-
Sinopsis, Daftar Pemain, dan Jadwal Tayang Film Mission Impossible: The Final Reckoning
Ulasan
-
Ulasan Novel Menjadi: Sebuah Proses untuk Mengenal dan Menerima Diri
-
Review Buku Purple Eyes Karya Prisca Primasari, Bukan Kisah Romantis seperti Pada Umumnya
-
Review Film Aisyah - Biarkan Kami Bersaudara: Persaudaraan Lintas Iman
-
Ulasan Novel Deessert: Asam Manis Kenangan dan Cinta Lama yang Belum Usai
-
Review Film The Wind Rises: Saat Langit Jadi Persembunyian Mimpi dan Luka
Terkini
-
Ajisaka, The King and The Flower of Life: Animasi Lokal yang Layak Tayang Secara Global
-
Pratama Arhan, Bangkok United dan Kans Ciptakan Memori Manis pada Musim Perdananya
-
Chen EXO 'Broken Party,' Lagu Perayaan Patah Hati dan Kesendirian
-
Berlatar Tahun 1997, 4 Poster Karakter Pemeran Utama Film Korea Big Deal
-
Korupsi Rp984 Triliun: Kita Cuma Bisa Bilang 'Yaudahlah'?