Novel "Tujuh Kelana" adalah novel karya Nellaneva, sebuah karya fantasi yang memikat dengan perpaduan antara petualangan, mitologi, dan pencarian jati diri. Nellaneva terkenal akan karya novel-novelnya yang mengangkat tema fantasi dengan cerita yang seru untuk diikuti.
Kisah dimulai dengan tokoh bernama Zarra Mediana, seorang gadis muda yang hidupnya berubah drastis setelah menemukan sebongkah permata merah misterius di gudang rumahnya. Permata tersebut bukan hanya bersinar saat disentuh, tetapi juga memicu serangkaian mimpi aneh dan pertemuan dengan sosok misterius bernama Alto Rialtiorre.
Nellaneva menciptakan dunia fantasi yang kaya dengan elemen-elemen magis dan mitologi yang unik. Kaum Pelindung, adalah makhluk ajaib yang ditugaskan untuk menjaga gerbang rahasia di Pulau Keramat, yang menjadi pusat dari konflik antara kebaikan dan kejahatan.
Cerita berkembang dengan konflik antara Kaum Pelindung dan Para Pengkhianat, yang dulunya adalah bagian dari Kaum Pelindung namun berkhianat demi kekuatan. Zarra dan Dion, yang mampu memegang permata tanpa rasa sakit, menjadi kunci dalam pertempuran ini.
Karakter-karakter dalam novel ini dikembangkan dengan sangat baik, memberikan dimensi emosional yang kuat. Zarra, sebagai protagonis, menunjukkan pertumbuhan karakter yang signifikan seiring dengan perjalanan dan tantangan yang dihadapinya.
Alur cerita disusun dengan ritme yang dinamis, menggabungkan aksi, misteri, dan elemen emosional. Perjalanan mencari tujuh fragmen permata membawa pembaca ke berbagai lokasi eksotis dan menghadirkan berbagai tantangan.
Nellaneva menggunakan gaya bahasa yang kaya dan penuh imajinasi, dengan penggunaan simile yang efektif untuk menggambarkan suasana dan emosi, hal ini membantu pembaca membayangkan dunia yang diciptakan oleh penulis.
Namun pembaca merasa bahwa penggunaan bahasa dalam novel ini terasa agak kaku, mirip seperti novel terjemahan, karena hal tersebut dapat mengurangi kelancaran membaca. Akan tetapi secara keseluruhan, novel ini dapat diterima dengan baik.
Novel ini mengangkat tema-tema universal seperti pengkhianatan, persahabatan, dan pencarian jati diri. Melalui perjalanan Zarra dan Dion, pembaca diajak merenungkan nilai-nilai tersebut dalam konteks dunia fantasi.
Permata merah dalam cerita ini bukan hanya objek fisik, tetapi juga simbol dari kekuatan, tanggung jawab, dan takdir. Simbolisme ini menambah lapisan makna dalam narasi.
Dunia yang dibangun oleh Nellaneva konsisten dan logis, dengan aturan-aturan magis yang jelas dan sejarah yang mendalam. Hal ini memberikan kepercayaan pada pembaca terhadap realitas dunia fantasi yang diciptakannya.
Cerita ini juga berhasil membangun keterlibatan emosional dengan pembaca melalui konflik internal karakter dan hubungan antar tokoh. Perjuangan Zarra menghadapi takdirnya memberikan resonansi emosional yang kuat.
Dengan karakter dan setting yang terinspirasi dari budaya Indonesia, "Tujuh Kelana" memberikan kontribusi penting dalam memperkaya genre fantasi lokal dan memperkenalkan elemen budaya kepada pembaca yang lebih luas.
Kekuatan visual dan naratif dari cerita ini membuat novel ini memiliki potensi untuk diadaptasi ke media lain, seperti film atau serial televisi, yang dapat memperluas jangkauan audiens.
Secara keseluruhan, novel "Tujuh Kelana" adalah novel fantasi yang menawarkan petualangan epik dengan karakter yang kuat dan dunia yang imajinatif. Meskipun terdapat beberapa kekurangan dalam gaya bahasa, kekuatan cerita dan tema-tema yang diangkat menjadikannya bacaan yang layak untuk penggemar genre ini.
Novel ini direkomendasikan bagi pembaca yang mencari cerita fantasi dengan elemen budaya lokal, karakter yang berkembang, dan konflik yang mendalam. "Tujuh Kelana" memberikan pengalaman membaca yang memuaskan dan menggugah imajinasi.
Identitas Buku
Judul: Tujuh Kelana
Penulis: Nellaneva
Penerbit: Elexmedia Komputindo
Tanggal Terbit: 1 Agustus 2020
Tebal: 375 Halaman
Tag
Baca Juga
-
Ulasan Novel The Lost Apothecary: Perempuan, Racun, dan Dendam
-
Review Film It Feeds: Teror Trauma yang Mengintai di Balik Pikiran
-
Novel Teori Tawa dan Cara-Cara Melucu Lainnya: Belajar Tertawa dari Luka
-
Ulasan Novel Saha: Perjuangan Identitas di Tengah Penindasan Sosial
-
Ulasan Novel Parade Hantu Siang Bolong:Eksplorasi Budaya Jawa Lewat Ritual
Artikel Terkait
Ulasan
-
Review Film Jalan Pulang: Teror Sosok Misterius yang Penuh Dendam
-
Bukit Pengilon, Spot Healing dengan View Laut Lepas di Jogja
-
Review Film The Unholy Trinity: Western Alegoris yang Kurang Menggigit
-
Review Film Elio: Petualangan Galaksi yang Bikin Hati Meleleh
-
Cinta dalam Sekat: Rindu yang Membawamu Pulang dan Luka Sejarah
Terkini
-
Marselinus Ama Ola Luput dari Panggilan Gerald Vanenburg, Akui Kecewa?
-
Nyaris Sempurna! Ini Alasan Samsung Galaxy S24 FE Wajib Masuk Wishlist Kamu
-
Mandiri Jogja Marathon 2025 Jadi Event Sport Berbalut Kampanye Lingkungan dan Kearifan Lokal
-
Mandiri Jogja Marathon 2025 dan Misi Keberlanjutan Mandiri Looping for Life
-
7 Rekomendasi Kulkas 2 Pintu Hemat Listrik 2025: Gak Cuma Gaya, Tapi Juga Irit Daya!