Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Ardina Praf
Novel Battle of the Beasts (goodreads.com)

Battle of the Beasts karya Chris Columbus dan Ned Vizzini merupakan novel petualangan anak-anak yang menjadi lanjutan dari seri House of Secrets.

Kisah novel Battle of the Beasts ini berlanjut pada kehidupan keluarga Walker yang semakin membaik setelah melewati perjalanan sebelumnya. Meski begitu, ancaman sesungguhnya masih mengintai.

Penyihir yang dulu pada seri pertama sudah terkalahkan ternyata muncul kembali di San Francisco.

Berbagai bahaya pun ikut mengintai keluarga Walker hingga memaksa membuat mereka terjebak dalam perjalanan berbahaya melintasi dunia-dunia ajaib di dalam buku karya Denver Kristoff.

Petualangan kali ini membawa mereka melintasi berbagai masa dan tempat, mulai dari Roma kuno, era Perang Dunia II, hingga dataran tinggi Tibet.

Di perjalanan itu, keluarga Walker harus menghadapi berbagai tantangan dari Denver Kristoff dan Penyihir Angin. Tidak hanya menguji kekuatan serta keberanian mereka, namun hubungan sebagai satu keluarga juga ikut diuji.

Dalam novel House of Secrets ini entah kenapa terasa seperti adaptasi dari sebuah kartun ketimbang novel petualangan fantasi anak-anak.

Mungkin karena beberapa adegan aksinya berlebihan. Hingga untuk anak-anak rasanya akan sulit mereka bayangkan.

Padahal, salah satu hal yang patut diapresiasi sebenarnya adalah hubungan antarkarakter utamanya, antara lain Cordelia, Eleanor, dan Brendan yang lumayan terasa hidup dan dinamis.

Beberapa bagian cerita memang terasa terlalu sentimental. Ada beberapa bagian yang terasa realistis, salah satunya masalah kecanduan judi yang dialami ayah mereka, sebagai imbas dari kehidupan keluarga Walker yang mendadak kaya setelah kejadian di buku pertama.

Bicara mengenai persoalannya, sebenarnya masih jadi perdebatan buku ini cocok atau tidak untuk anak-anak.

Sebenarnya, alur cerita novel ini penuh kejutan yang cukup tidak terduga. Ada bagian yang terasa menegangkan sekaligus penasaran, hingga membuat pembaca terus menunggu kelanjutan kisahnya.

Tapi di sisi lain, terlalu sering melanggar logika sampai kadang susah diterima oleh akal, bahkan untuk ukuran kisah fantasi anak-anak.

Bahkan, beberapa bagian ceritanya terkesan dipaksakan berjalan tanpa arahan yang jelas dan terasa kurang masuk akal, bahkan untuk standar cerita fantasi sekalipun.

Secara umum, saya setuju kalau buku ini lebih pas untuk anak-anak usia 10 sampai 13 tahun.

Anak-anak usia lebih muda mungkin menyukai ide ceritanya, tapi belum tentu bisa mengikuti alur novel ini yang cukup kompleks.

Sedangkan anak yang sudah cukup umur buat membaca buku setebal ini, mungkin akan merasa ceritanya terlalu berlebihan dan tidak masuk akal.

Meski begitu, alur cerita novel ini selalu bergerak cepat dan membuat pembaca tidak pernah merasa bosan.

Ada beberapa adegan yang cukup membuat saya ikut tegang, bahkan sampai ingin ‘nyemangatin’ para tokohnya agar bisa selamat dari situasi sulit.

Pengalaman membaca seperti itu memang langka bisa diperoleh dari buku anak-anak.

Salah satu adegan yang cukup menarik perhatian adalah ketika para bajak laut muncul. Bagian ini menjadi sangat menegangkan karena aksinya yang sangtat seru.

Pembaca pasti ikut merasa penasaran dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Novel Battle of the Beasts juga ditutup dengan kisah yang cukup mengejutkan.

Pembaca benar-benar dibuat terkejut akan akhir ceritanya dan dibuat penasaran sekali dengan kelanjutan ceritanya di buku terakhir nanti. Pasti seru melihat bagaimana nasib keluarga Walker selanjutnya.

Secara keseluruhan, novel ini sangat direkomendasikan untuk kalian pencinta novel petualangan. Kalian juga bisa merekomendasikan untuk dibaca adik atau anak kalian.

Namun perlu diingat, anak-anak mungkin bisa saja sedikit susah memahami alurnya.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Ardina Praf