Novel adalah sebuah karya sastra yang dibumbui perasaan dan pikiran dari berbagai macam kisah manusia yang ada di dalamnya.
Dari mulai kisah bahagia, tawa, sedih, kecewa bahkan kisah yang tabu sekalipun. Namun, dari membaca kisah-kisah itu, kita tidak hanya belajar tentang kehidupan yang kita jalani saja.
Lebih dari itu, dengan membaca kita akan belajar dari kehidupan mereka yang sebenarnya tidak pernah sangka bahwa cerita itu ada di kehidupan sebenarnya.
Itulah premis yang diangkat pada novel Re: dan Perempuan karya Maman Suherman. Sebuah Novel yang mengisahkan tentang sosok perempuan cantik bernama Re: yang berprofesi sebagai pelacur lesbian.
Salah satu hal yang juga menjadi daya tarik buku ini adalah karena kisahnya diangkat dari kisah nyata penulis. Maman Suherman yang kala itu merupakan seorang mahasiswa jurusan kriminologi harus bergelut dengan topik skripsinya yang mengangkat tema pelacuran.
Awalnya Herman hanya menganggap Re: sebagai objek penelitian skripsinya saja. Takdir berkata lain, dirinya terpaksa jatuh dan menyelami dunia prostitusi dan pelacuran yang penuh dengan darah dan air mata.
Pertemuan dirinya dengan Re: membuka jalan lain yang mengharuskan dirinya tenggelam dalam kehidupan kelamnya Re: dan orang-orang yang tidak pernah sangka akan hadir di kehidupannya.
Berbagai rentetan peristiwa nahas yang terjadi menjadi saksi perjuangannya dalam menuntaskan skripsinya bahkan nyaris mengorbankan nyawanya sendiri.
Sebuah kenyataan pahit harus Herman terima setelah mengetahui bahwa Re: harus pergi untuk selamanya. Kematian Re: yang masih abu-abu itu menyisakan duka yang mendalam bagi Herman.
Pencarian akan kebenaran akan hal ini terus berlanjut. Melur, anak semata wayang Re: yang kemudian muncul setelah dua puluh enam tahun setelah kematian ibunya itu.
Dengan sejuta pertanyaan dalam benaknya, Melur mencoba mempertanyakan siapa sebetulnya ibunya itu? Apakah benar ibunya diperjualbelikan? Dan masih banyak lagi pertanyaan yang menggelayut dipikirannya saat itu.
Novel ini benar–benar berani mengangkat isu yang tidak biasa dan cenderung tabu di Masyarakat. Isu-Isu pelacuran mungkin sudah ramai di masyarakat. Namun bagaimana dengan pelacur lesbian yang nyaris tenggelam dan sunyi di tengah kehidupan kita.
Melalui novel ini, penulis dengan gamblang menceritakan detail yang penulis alami dengan begitu jujur dan mengalir. Kata demi kata yang tersusun tak jarang membuat pembaca heran sekaligus merenung. Ternyata kisah yang paling sunyi justru yang paling berisik di hati.
Bagaimana tidak, setelah membaca buku ini berbagai macam perasaan begejolak di hati. Sedih, marah, bingung, takut, kecewa dan masih banyak lagi semuanya menyatu menjadi satu.
Background penulis yang merupakan seorang mahasiswa jurusan kriminologi tentunya tak sedikit penulis mengaitkan pembahasan dengan istilah-istilah kriminologi dalam cerita yang diangkat.
Hal ini dapat menambah pengetahuan pembaca terkait istilah dalam dunia kriminologi yang dibungkus melalui sebuah novel dengan gaya bahasa yang sederhana dan mudah dipahami.
Dalam novel tersebut Re: digambarkan sebagai sosok ibu yang sangat mencintai anaknya. Meskipun Melur anaknya belum mengetahui cerita sebenarnya bahkan hingga Re: meninggal.
Kata-kata Re: dalam novel tersebut yang sangat menohok di hati adalah "Kita tidak hidup dari pertanyaan orang lain. Kita Harus hidup harus hidup dari jawaban-jawaban kita sendiri atas semua persoalan hidup."
Ini berarti, hidup kita tidak seharusnya digerakkan atau ditentukan oleh standar, tuntutan, atau keraguan yang datang dari orang lain.
Pertanyaan-pertanyaan orang, tentang pilihan hidup kita, tentang siapa kita, tentang apa yang kita lakukan, tidak seharusnya menjadi pusat gravitasi hidup kita.
Hal yang paling penting adalah bagaimana kita sendiri menjawab tantangan hidup, kegelisahan, harapan, dan nilai-nilai yang kita yakini.
Kita hidup secara otentik ketika kita menjalani hidup berdasarkan jawaban yang lahir dari perenungan, keyakinan, dan pilihan sadar kita sendiri.
Novel ini banyak mengandung pesan-pesan moral yang juga dapat membuat kita tahu akan arti makna hidup. Untuk itu, bagi kamu novel ini menjadi rekomendasi wajib yang setidaknya pernah kamu baca selama kamu hidup.
Baca Juga
-
Ulasan Film Qorin 2: Mengungkap Isu Bullying dalam Balutan Horor Mencekam
-
3 Daftar Novel Dee Lestari yang Akan Diadaptasi Menjadi Serial Netflix
-
Bullying dan Kesehatan Mental Anak: Mengapa Sekolah Belum Menjadi Ruang Aman?
-
Ini 3 Daftar Novel yang Akan Diadaptasi Menjadi Film, Ada Laut Bercerita!
-
5 Rekomendasi Novel yang Menyinggung Isu Kekerasan terhadap Perempuan
Artikel Terkait
-
Perjuangan Ibu demi Susu Anak dalam Buku Perempuan yang Berhenti Membaca
-
2 Aplikasi Baca Novel Gratis Saldo DANA Rp150 Ribu Tiap Hari, Cek di Sini
-
Review Novel Out of My Dreams, Hadirkan Suara Difabel di Tengah Cerita Petualangan
-
Review Novel 'Kotak Pandora': Saat Hidup Hanya soal Bertahan
-
Review Novel The One and Only Ruby, Kisah Gajah Kecil Keluar dari Masa Lalunya
Ulasan
-
Review Film Wicked: For Good, Penutup Epik yang Bikin Hati Meleleh
-
Review Film Lupa Daratan: Cerminan Gelap Dunia Artis di Indonesia
-
Ulasan Buku 'The Wager', Misteri Lautan Perang Dunia Pertama
-
Review Film Mengejar Restu: Perjuangan Cinta di Tengah Tradisi Keluarga
-
Kami (Bukan) Sarjana Kertas: Satir Pendidikan dan Perjuangan Anak Muda
Terkini
-
Jang Nara Debut Jadi Villain di Taxi Driver 3, Angkat Sisi Gelap K-Pop
-
Sinopsis Sengkolo: Petaka Satu Suro, Teror Malam Keramat di Desa Pesisir
-
CERPEN: Kabur dari Pasukan Berkuda
-
Komunitas Aksaraya Semesta Bangkitkan Cinta Buku Fisik di Kalangan Gen Z
-
Meninjau Ulang Peran Negara dalam Polemik Arus Donasi Bencana