Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Athar Farha
Poster Film Gundik (IMDb)

Ada sesuatu yang menyenangkan sekaligus mencekam saat nonton Film Gundik besutan Sutradara Anggy Umbara yang. Film ini hasil kolaborasi antara Umbara Brothers Film, Rumpi Entertainment, serta Makara Studio, dan resmi tayang di bioskop Indonesia sejak 22 Mei 2025.

Film ini dibintangi bintang-bintang ternama lho, di antaranya:

  • Luna Maya sebagai Nyai (gundik/siluman ular)
  • Maxime Bouttier sebagai Baim (suami Merry)
  • Agus Kuncoro sebagai Otto (ayah Merry, mantan tentara)
  • Ratu Sofya sebagai Merry (anak Otto, istri Baim)
  • Arif Didu sebagai Reza
  • Dian Sidik sebagai Saud
  • Tio Pakusadewo sebagai Bennto
  • Ence Bagus sebagai Tony
  • Rukman Rosadi sebagai Samir
  • Vonny Anggraini sebagai ibu Baim
  • Dan masih banyak bintang pendukung lainnya 

Bila Sobat Yoursay datang ke bioskop dengan ekspektasi akan melihat Luna Maya kembali dalam peran misterius, tentu keinginan itu nggak salah. Dan apa yang terjadi di layar jauh lebih dari teror dan makhluk gaib lho. Film Gundik bakal membawamu ke dalam sebuah rumah mewah yang menyimpan rahasia kelam. 

Sobat Yoursay pasti penasaran filmnya berkisah tentang apa kan? Sini merapat dan kepoin bareng!

Sekilas tentang Film Gundik

Cerita Gundik berpusat pada Otto (Agus Kuncoro), mantan tentara yang baru bebas dari penjara. Demi membantu anak perempuannya, Merry, yang tengah hamil, Otto bergabung dengan tiga orang lain untuk merampok rumah Nyai (Luna Maya), si wanita simpanan pejabat kaya. Namun, mereka nggak tahu kalau Nyai bukan manusia biasa, melainkan siluman ular sakti yang menghuni rumah kutukan di pesisir selatan Yogyakarta.

Nah bersama komplotannya, mereka meyakini rumah itu menyimpan banyak harta dan menjadi target yang "mudah".

Namun, tentu saja, hal yang terlalu mudah biasanya menyimpan bahaya besar. Begitu mereka berhasil masuk ke dalam rumah, aroma dupa mulai menyengat, bayangan-bayangan hitam melintas cepat, dan suasana berubah mencekam. 

Ternyata Nyai bukanlah wanita biasa. Dia menyimpan kekuatan gaib dan rumah itu adalah ruang penuh kutukan yang telah lama tertanam. Dari sini, perjuangan para perampok berubah dari aksi pencurian menjadi upaya bertahan hidup.

Ngeri ya? Gimana dengan pengalaman nonton film ini? Sini kepoin terus!

Impresi Selepas Nonton Film Gundik

Visual yang disuguhkan terbilang oke. Rumah Nyai divisualisasikan megah, terasa ganjil, dan juga menyeramkan. Aura mistisnya cukup terasa, diperkuat sinematografi yang juga lumayan. 

Menariknya, di balik nuansa horor yang cukup pekat, ada unsur ‘kilasan’ komedi yang hadir dan berpadu cukup enjoy dinikmati. 

Aku sempat khawatir dengan elemen lucunya yang akan terasa dipaksakan, tapi ternyata nggak terlalu sih. Lawakan yang dilempar Arif Didu dan interaksi antarpemain cukup organik, bahkan di tengah ketegangan. 

Dan selama kurang lebih dua pertiga film, aku cukup nyaman menikmati alurnya. Dialog-dialognya ringan, nggak dibuat-buat, dan mampu menjaga ritmenya. Alurnya pun disusun cukup runtut, dengan perkenalan karakter dan konflik yang berkembang secara bertahap.

Namun sayangnya, ketika memasuki bagian akhir, film mulai terasa goyah. Di momen inilah intensitas yang sudah dibangun sejak awal mulai turun.

Dan inilah bagian yang paling aku sesali, karakter Nyai, yang sejak awal digambarkan misterius dan kuat, ternyata nggak digali sedalam yang aku harapkan. Sebagai tokoh sentral yang namanya diangkat jadi judul film, aku rasa Luna Maya nggak diberi cukup ruang untuk menghidupkan sosok Nyai secara utuh. Latar belakangnya, alasan dia jadi gundik, serta keterkaitannya dengan kutukan rumah itu hanya dijelaskan sepintas lalu.

Ketika Nyai akhirnya ‘selesai’ (dan aku nggak akan bocorkan bagaimana caranya), momen itu seharusnya bisa jadi klimaks emosional film. Sayangnya karena pembangunan karakternya tipis, efek emosionalnya pun kurang sampai. Aku kehilangan kesempatan untuk benar-benar merasakan tragedi yang dialami Nyai.

Di sisi lain, ‘Gundik’ tetap ngasih kejutan. Ada satu plot twist yang cukup membuat aku tercengang, dan ini jadi salah satu poin plusnya. Namun, karena eksekusi sebelumnya agak ambyar, efek twist itu nggak sekuat yang seharusnya diharapkan penonton. Rasanya seperti mendengar ledakan dari kejauhan; mengejutkan, tapi B doang. 

Betewe, ‘Gundik’ sempat menuai sorotan karena awalnya diklasifikasikan usia 21+ sama Lembaga Sensor Film (LSF), akibat sejumlah adegannya. Namun, versi sensor yang tayang di bioskop saat ini 17+ ya. 

Secara visual, aku terpuaskan, tapi kurang puas secara emosional. Jika saja karakter Nyai digali lebih dalam, aku yakin ‘Gundik’ bisa jadi film horor lokal yang seru buat ditonton ulang. 

Skor: 2,9/5

Athar Farha