Siapa nih di antara Sobat Yoursay yang doyan beli buku tapi ujung-ujungnya cuma numpuk di lemari? Meskipun telah berusaha untuk dibaca, kadang cuma sampai beberapa halaman. Setelahnya merasa bosan dan enggan untuk membacanya sampai tuntas.
Jika termasuk golongan di atas, ada buku menarik yang sepertinya bisa menjadi panduan agar tidak lagi menumpuk buku di rak tanpa menyelesaikannya. Yakni buku berjudul The Art of Reading: Mengapa 90% Buku yang Dibeli Tidak (Habis) Dibaca. Buku karya Agus Setiawan ini membahas tentang baca kilat serta teknik membaca dan memahami isi buku hingga tuntas.
Mengapa hal ini penting untuk dibahas? Jika kita melihat fenomena yang ada, banyak orang yang membeli buku tetapi hanya sebagian kecil yang berhasil menyelesaikannya. Salah satu hal yang kerap menjadi alasan seseorang berhenti membaca di tengah jalan, yakni karena menemui banyak hambatan dalam proses tersebut.
Oleh karena itu, terlebih dahulu kita hendak menelusuri apa saja hambatan-hambatannya. Di antara faktor yang menghambat seseorang untuk tuntas membaca buku adalah adanya kesulitan untuk fokus, perasaan malas, serta kecenderungan untuk cepat bosan.
Tentu tiap orang memiliki hambatannya masing-masing sesuai dengan kondisi yang dialami. Untuk memudahkan pembaca menelusuri faktor apa saja yang menjadi hambatan mental, penulis menyediakan form yang bisa diisi oleh pembaca.
Setelah faktor penghambatnya sudah diatasi, kini saatnya kita bisa belajar tentang tentang teknik untuk membaca secara efektif.
Untuk topik mengenai teknik membaca efektif ini, ada beberapa cara yang dibahas oleh penulis. Di antaranya adalah menentukan posisi yang nyaman, menentukan tujuan, fokus, teknik 'jump start', melibatkan imajinasi, meningkatkan kecepatan, dan mencatat.
Sebenarnya beberapa teknik ini sudah familiar bagi sebagian orang. Namun, buku ini menekankan kembali tentang betapa pentingnya menerapkan teknik-teknik tersebut untuk mendukung aktivitas membaca.
Sebab, terkadang kita hanya fokus untuk membaca halaman per halaman tanpa ada intensi tertentu. Membaca hanya agar bisa menyelesaikan isi buku tanpa memperhatikan hal-hal di atas hingga secara tak sadar akan mudah jenuh. Khususnya ketika membaca buku dengan kategori non-fiksi.
Untuk buku non-fiksi sendiri, memahami tujuan saat membaca buku adalah sesuatu yang jangan sampai dilewatkan.
Di buku ini penulis mengingatkan hal tersebut sebagaimana yang pernah dikatakan oleh Tony Buzan berikut.
"Fakta dari membaca adalah Anda ingin mendapatkan 100 persen apa yang Anda butuhkan, bukan 100 persen yang penulis sampaikan. Jadi, sah-sah saja jika kebutuhan Anda hanya 20%, 30%, bahkan 70%." (Halaman 48)
Menetapkan tujuan ini secara tidak langsung akan berdampak dengan kecepatan membaca. Menurut penulis, ketika kita sudah mengetahui tujuan membaca dan informasi apa yang sebenarnya kita inginkan, kita bisa mengatur ritme dari kecepatan itu sendiri.
Caranya dengan mempercepat bagian yang sudah dipahami, bagian yang tidak penting, serta bagian yang sudah familier. Lalu bisa memperlambat ritme pada bagian yang butuh pemahaman, bagian yang penting, serta bagian yang terkesan baru diketahui.
Jadi, yang terpenting dari kecepatan membaca sebenarnya bukan seberapa cepat kita menyelesaikan keseluruhan isi buku, tapi tentang seberapa dalam pemahaman kita pada bagian-bagian yang ingin kita ketahui.
Jika sudah terbiasa menerapkan apa yang dijelaskan penulis dalam buku ini, membaca dan menyelesaikan isi buku bukan lagi hal yang sulit. Bagi saya pribadi, penjelasan tentang berbagai metode dan teknik membaca dalam buku ini lumayan membantu saat ingin menyelesaikan banyak target buku bacaan dalam waktu yang terbatas.
Nah, bagi Sobat Yoursay yang juga ingin menerapkan kebiasaan membaca buku yang selama ini sulit dituntaskan, buku ini bisa menjadi salah satu bacaan yang semoga bisa membantu. Selamat membaca!
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Headline, Hoaks, dan Pengalihan Isu: Potret Demokrasi tanpa Literasi
-
Polemik Bu Ana, Brave Pink, dan Simbol yang Mengalahkan Substansi
-
Tidak Ada Buku di Rumah Anggota DPR: Sebuah Ironi Kosongnya Intelektualitas
-
Intelijen Dunia Maya: Upaya Netizen Indonesia dalam Menjaga Demokrasi
-
Ulasan Buku Wise Words for Smart Women, 100 Motivasi untuk Perempuan Cerdas
Artikel Terkait
-
Ulasan Cerpen Teh dan Pengkhianat:Ketika Pejuang Diperalat Menindas Sesama
-
Bukan Sekadar Hiburan: Membaca Novel Bisa Asah Daya Ingat dan Sehatkan Otak
-
Humor Gelap di Balik Rencana Perampokan dalam Buku 24 Jam Bersama Gaspar
-
Novel Peniru dan Pembunuhan Tanpa Jasad: Uji Moral dan Permainan Psikologis
-
Petualangan Dua Sahabat di Laut Papua Nugini dalam Buku The Shark Caller
Ulasan
-
Review Film The Exit 8: Ketakutan Nyata di Lorong Stasiun yang Misterius
-
Membaca Ulang Kepada Uang: Puisi tentang Sederhana yang Tak Pernah Sederhana
-
Review Film Siccin 8: Atmosfer Mencekam yang Gak Bisa Ditolak!
-
Film Man of Tomorrow, Sekuel Superman Tayang Tahun Depan?
-
Kisah Manis Pahit Persahabatan dan Cinta Remaja dalam Novel Broken Hearts
Terkini
-
Lebih dari Sekadar Keponakan Prabowo, Ini Profil Rahayu Saraswati yang Mundur dari DPR
-
Bukan Sekadar Coretan, Inilah Alasan Poster Demo Gen Z Begitu Estetik dan Berpengaruh
-
Nabung Itu Wacana, Checkout Itu Realita: Melihat Masalah Nasional Gen Z
-
Bukan Cuma Anak Menkeu, Ini Sumber Kekayaan Yudo Sadewa yang Dihujat Netizen
-
Studi Banding Hemat Ala Konten Kreator: Wawancara DPR Jepang Bongkar Budaya Mundur Pejabat