Pernah nggak sih Sobat Yoursay berada dalam suatu fase transisi hidup yang membingungkan? Misalnya terjebak burnout dalam pekerjaan, ingin resign tapi masih ragu, atau ada niat untuk switch karier tapi belum siap dengan segala resikonya?
Jika merasakan hal demikian, mungkin ada baiknya merefleksikan kembali cara pandang tentang perubahan itu sendiri. Hal tersebut bisa ditemukan dalam buku berjudul 'Berubah atau Punah.'
Buku yang ditulis oleh FX Afat Adinata dan Kevin Wu ini membahas tentang pedoman untuk meraih perubahan dalam hidup dengan menggunakan kerangka berpikir Burning Platform.
Di dalamnya, penulis menjelaskan hal tersebut dalam 7 bab. Di antaranya adalah konsep tentang perubahan, bahwa perubahan itu sendiri adalah suatu hal yang pasti terjadi dalam hidup.
Ironisnya, kepastian tentang perubahan biasanya berakhir dalam dua hal. Jika tidak mengangkat, berarti hanya akan menggilas seseorang. Hal tersebut tergantung dari pendekatan apa yang dipilih.
Selanjutnya masuk ke poin utama pembahasan, yakni tentang burning platform quadrant. Burning platform quadrant ini adalah sebuah kerangka acuan yang digunakan oleh penulis dalam mengidentifikasi situasi darurat yang memicu sebuah perubahan.
Layaknya sebuah api yang membakar, burning platform diharapkan bisa menjadi landasan yang terus membakar semangat agar kita tidak terjebak dalam stagnasi. Yakni situasi ketika kita telah berupaya maksimal untuk berubah, tetapi ternyata tidak berakhir dengan hasil yang ideal.
Burning platform dibagi dalam empat kuadran, yakni comfort zone, obsolote zone, cracked zone, dan achiever zone. Masing-masing kuadran ini menjelaskan karakteristik setiap individu maupun organisasi.
Comfort zone adalah zona yang paling disukai oleh semua orang. Zona ini menawarkan kenyamanan, keamanan, dan situasi yang damai. Tak heran jika dalam burning platform, zona ini juga kerap dinamakan sebagai kuadran warm yang hangat dan penuh kenyamanan.
Meskipun terkesan nyaman, namun situasi ini ternyata dapat membuat seseorang menjadi lengah dan tidak waspada dengan adanya ancaman yang bisa terjadi di masa depan.
Nah, dalam menanggapi ancaman ini, ada tiga kuadran lagi yang akan dihadapi seseorang. Yakni obsolote zone, cracked zone, serta achiever zone.
Di sinilah nantinya penulis akan memetakan pilihan-pilihan yang biasanya diambil oleh seseorang dan zona apakah tempat mereka berada. Ketika sudah mengetahui zona masing-masing, kita bisa mengukur tentang langkah yang sebaiknya bisa diambil.
Secara umum, pemetaan tentang empat kuadran di burning platform ini cukup menarik. Konsep perubahan seperti ini adalah sesuatu yang jarang dibahas dalam buku-buku pengembangan diri.
Hanya saja, untuk menginplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari bagi saya cukup sulit. Butuh pemahaman mendalam untuk mengenal konsep dan alur berpikirnya.
Khususnya tentang cara membaca kuadran yang benar serta menerjemahkan skala dalam sumbu vertikal dan horizontal. Selain itu, ada banyak istilah yang mesti diingat agar bisa tetap memahami keseluruhan isi buku.
Terlepas dari hal tersebut, beberapa analogi dan contoh kasus yang dicantumkan lumayan membantu untuk memahami konsep.
Meskipun pada penerapannya, buku ini bukanlah jenis buku yang bisa dibaca sekali duduk. Pembaca harus benar-benar memahami gagasan tentang setiap zona dan bagaimana merefleksikan hal tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Jadi, bagi Sobat Yoursay yang tertarik untuk menerapkan Burning Platform Quadrant dalam membuat perubahan pada kehidupan, buku ini bisa menjadi rekomendasi bacaan yang semoga menginspirasi.
Identitas Buku
Judul: Berubah atau Punah
Penulis: FX Afat Adinata dan Kevin Wu
Penerbit: Gramedia
Tahun Terbit: 2015
Tebal: 168 Halaman
Baca Juga
-
Ulasan Buku Timeboxing: Atur Waktu di Era Digital Biar Hidup Nggak Chaos
-
Ironi Kasus Keracunan Massal: Ketika Petinggi Badan Gizi Nasional Bukan Ahlinya
-
Harga Buku Mahal, Literasi Kian Tertinggal: Alasan Pajak Buku Perlu Subsidi
-
Public Speaking yang Gagal, Blunder yang Fatal: Menyoal Lidah Para Pejabat
-
Headline, Hoaks, dan Pengalihan Isu: Potret Demokrasi tanpa Literasi
Artikel Terkait
-
Teka-Teki Terakhir: Novel Indonesia Rasa Terjemahan yang Penuh Kehangatan
-
Ulasan Buku The Art of Reading: Teknik Baca Kilat dan Memahami Isi Buku
-
Ulasan Cerpen Teh dan Pengkhianat:Ketika Pejuang Diperalat Menindas Sesama
-
Mangrove Tak Goyah: Tangguh Menahan Badai, Tahan Jejak Karbon
-
Humor Gelap di Balik Rencana Perampokan dalam Buku 24 Jam Bersama Gaspar
Ulasan
-
Relate Banget! Novel Berpayung Tuhan tentang Luka, Hidup, dan Penyesalan
-
4 Kegiatan Seru yang Bisa Kamu Lakukan di Jabal Magnet!
-
Novel Ice Flower: Belajar Hangat dari Dunia yang Dingin
-
Novel Dia yang Lebih Pantas Menjagamu: Belajar Menjaga Hati dan Batasan
-
Review Series House of Guinness: Skandal dan Sejarah yang Sayang Dilewatkan
Terkini
-
Indra Sjafri, PSSI, dan Misi Selamatkan Muka Indonesia di Kancah Dunia
-
4 Toner Tanpa Alkohol dan Pewangi untuk Kulit Mudah Iritasi, Gak Bikin Perih!
-
Sea Games 2025: Menanti Kembali Tuah Indra Sjafri di Kompetisi Level ASEAN
-
Gawai, AI, dan Jerat Adiksi Digital yang Mengancam Generasi Indonesia
-
Effortlessly Feminine! 4 Padu Padan OOTD ala Mina TWICE yang Bisa Kamu Tiru