Di tengah gempuran film horor yang terus bermunculan, selalu ada rasa penasaran saat nama besar Al Pacino tiba-tiba muncul dalam film eksorsisme berlatar tahun 1920-an. Pertama kali tayang di bioskop Inggris dan Irlandia pada 30 Mei 2025, sebelum akhirnya dirilis di Amerika Serikat pada 6 Juni 2025, yang kemudian (akan) menyusul penayangan di lain-lain bioskop.
Nah, ‘The Ritual’, film horor yang disutradarai David Midell dikembangkan BuzzFeed Studios, diproduksi bersama IndieClear dan Voyage Media, lalu didistribusikan XYZ Films, yang menawarkan premis klasik: kerasukan, iman yang goyah, dan pengusiran setan.
Namun, yang bikin menarik tuh, tentu saja melihat Al Pacino berubah jadi pastor katolik berwajah letih yang siap melawan kegelapan dari neraka.
Penasaran dengan detail kisahnya? Yuk, kepoin bareng!
Sekilas tentang Film The Ritual
Film ini terinspirasi dari kisah nyata Emma Schmidt, perempuan dari Midwest Amerika yang pada akhir 1920-an disebut-sebut mengalami kerasukan tingkat akut hingga harus menjalani eksorsisme berhari-hari.
Dalam versi film, Emma diperankan Abigail Cowen, yang tampil sebagai gadis muda polos dengan wajah malaikat (jauh dari usia asli Emma di kehidupan nyata, yang konon sudah paruh baya (usia 40-an tahun) saat kejadian berlangsung). Inilah yang disebut improvisasi naskah.
Kisah bermula saat Father Theophilus Riesinger (Al Pacino), pastor veteran yang tampak lusuh, datang ke sebuah paroki kecil di Iowa untuk memimpin ritual pengusiran setan.
Si pastor bekerja sama dengan Father Joseph Steiger (Dan Stevens), imam muda lokal yang sedang mengalami krisis iman selepas mengalami tragedi pribadi.
Bersama para suster dari ordo biarawati yang beragam etnis (termasuk Ashley Greene sebagai Sister Rose dan María Camila Giraldo sebagai Sister Camila), mereka menghadapi teror gaib yang makin lama makin nggak masuk akal. Kejadian aneh itu meliputi Emma memuntahkan cairan hitam, berbicara dalam bahasa Latin, hingga mencakar-cakar tubuhnya sendiri.
Asli, ngeri deh!
Impresi Selepas Nonton Film The Ritual
Dari awal, Film The Ritual kelihatan proyek low-budget. Gaya cinema verite yang mereka pakai, dengan kamera handheld dan pencahayaan natural, membuat film terasa seperti rekaman dokumenter eksorsisme sungguhan.
Nggak ada set mahal, nggak ada pencahayaan rumit. Bahkan beberapa adegan tampak seperti diambil di lokasi seadanya, dan satu-satunya mobil antik yang terlihat kemungkinan besar hasil CGI. Anehnya, gaya sinematik ala cinéma vérité ini justru membuat film terasa lebih dekat, seperti nonton rekaman eksorsisme sungguhan yang nggak pernah boleh disiarkan di televisi.
Aku sempat berharap pendekatan minimalis ini bisa menciptakan atmosfer intens, tapi sayangnya, film justru terjebak dalam formula ala eksorsisme standar dan klise: suara keras, jumpscare dadakan, tubuh melayang, dan dialog tentang pertarungan antara iman dan ilmu pengetahuan.
Terlepas dari itu, Al Pacino jelas jadi pusat perhatian. Dengan penampilan berantakan dan aksen medok khas pastor imigran, dia berhasil membuat karakter Father Riesinger terasa hidup. Bahkan ketika dia mengucapkan monolog panjang soal pentingnya iman dan bahwa ‘sains nggak akan pernah bisa memahami hal-hal gaib’, aku lumayan takjub mendengar pemaparannya.
Dan Stevens, di sisi lain, berperan sebagai tokoh skeptis yang jadi jembatan buat penonton awam. Dia terus-menerus mempertanyakan semua kejadian yang terjadi, meski Emma sudah terbang melayang di udara dan memanggil nama ayahnya dengan suara lelaki tua, tapi Stevens masih bersikeras bahwa gadis itu butuh psikiater, bukan pendeta. Gimana ya, itu kayak pendekatan yang mungkin terlalu realistis, sampai akhirnya terasa agak konyol.
Kalau boleh jujur, Film The Ritual punya awal yang menjanjikan. Aku sempat terpancing untuk ikut masuk ke dalam dunia kelam dan sunyi di mana para pastor bertarung dengan iblis. Sayangnya, seiring waktu, film ini mulai terasa terlalu familier dan terlalu percaya diri dengan pesannya soal ‘iman adalah segalanya’.
Apakah film ini menyeramkan? Cukup.
Kalau Sobat Yoursay pecinta horor religi dan nggak keberatan dengan pesan-pesan spiritual yang disampaikan secara terang-terangan, film ini silakan saja ditonton.
Skor: 2,9/5
Baca Juga
-
Review Film The Stringer - The Man Who Took the Photo: Menelusuri Jejak Fakta
-
Kontroversial dan Bikin Naik Darah! Film Ozora Sukses Mengaduk Emosi
-
Review Film Zootopia 2: Petualangan yang Lebih Dewasa dan Emosional
-
Review Film In Your Dreams: Serunya Petualangan Ajaib Menyusuri Alam Mimpi
-
Review Film Air Mata Mualaf: Mendalami Gejolak Batin Tatkala Pindah Agama
Artikel Terkait
-
5 Fakta Blood Brothers: Bara Naga, Film Laga Malaysia Terbaik 2025 Kini Tayang di Indonesia
-
Review Film The Lost City: Saat Penulis Tersesat dalam Dunia Ciptaannya
-
Diundur, Ini Jadwal Rilis Terbaru Film Live Action The Legend of Zelda
-
Review Film The Rabbis Cat: Kisah tentang Kucing Ajaib
-
7 Rekomendasi Film tentang Kesehatan Mental di Netflix, Terbaru A Normal Woman
Ulasan
-
Novel Sejuta Waktu untuk Mencintaimu: Belajar Tetap Utuh Meski Terluka
-
Review Film 13 Days, 13 Nights: Ketegangan Evakuasi di Tengah Badai Taliban
-
5 Drama Korea Bertema Kehidupan Anak Kos yang Bikin Kamu Nostalgia
-
Ulasan Novel Aib dan Nasib, Pertarungan Eksistensial Melawan Stigma Sosial
-
Review Film Mertua Ngeri Kali: Pelajaran Cinta dari Mertua Gila!
Terkini
-
KOBOY, Komunitas Board Game sebagai Alternatif Hiburan Kota
-
Jule Diduga Terseret Isu Perselingkuhan Lagi usai Cerai, Bukti Dibongkar?
-
I'm Home oleh EXO: Janji Tuk Kembali Pulang ke Sisi Orang-Orang Terkasih
-
Ambisi Bulu Tangkis Malaysia Gagal di SEA Games 2025 Gegara Indonesia
-
Belajar dari Cerita Ari Lasso: Pentingnya Intimasi dan Komunikasi bagi Pasangan Senior