Siapa sangka, Brad Pitt di usia 60-an masih bisa tampil sebegitu karismatiknya, bahkan di balik helm balap yang membekap wajahnya dan membuat pipinya terlihat ‘menggemaskan’. Ups.
Begitulah ‘F1 the Movie’, film terbaru yang menggabungkan antara adrenalin olahraga balap dan glamornya drama Hollywood, yang mana Brad Pitt berperan sebagai Sonny Hayes, pembalap veteran yang kembali ke lintasan setelah menghilang puluhan tahun usai kecelakaan tragis.
Disutradarai Joseph Kosinski (Top Gun: Maverick), film ini nggak cuma soal mobil ngebut di sirkuit, tapi juga soal nostalgia, kejayaan yang pudar, dan semangat old-school yang menabrak arus modernisasi. Formula satunya? Seorang legenda tua yang membuktikan kalau insting dan tekad bisa mengalahkan data dan algoritma. Yes!
Berkisah tentang apa? Yuk, kepoin bareng!
Sonny Hayes, pembalap legendaris yang sempat tenggelam sebagai penjudi profesional dan sopir taksi New York (sayangnya latar belakang ini nggak dieksplorasi lebih jauh dalam film).
Kini, kembali ke dunia balap, berkeliling dengan campervan-nya, dan menerima tawaran dari sahabat lamanya, Ruben (Javier Bardem), pemilik tim balap yang sedang terpuruk.
Di tengah medan panas sirkuit, Sonny nggak hanya menantang hukum fisika tapi juga birokrasi tim, termasuk si penjilat korporat bernama Banning (Tobias Menzies). Untungnya, Sonny punya sekutu bernama Kate McKenna (Kerry Condon), technical director yang jadi semacam ‘navigator’ Sonny sekaligus jantung dari sisi humanis film ini.
Asli deh, ini keren sekali!
Impresi Selepas Nonton Film F1 The Movie
Kebayang nggak sih, film F1 The Movie bisa tayang lebih awal dari tanggal resmi rilis. Ya, biasa kok untuk pemutaran dalam negeri, film asal luar negeri biasanya jatuh di hari Rabu (berdekatan atau setelah tanggal rilis resmi).
Joseph Kosinski menampilkan balapan seperti pertunjukan sakral yang penuh energi. Kombinasi footage asli Formula One, grafis simulasi, dan sinematografi yang dekat dengan gaya video game membuat film ini tampil over the top, dan justru itu memikat banget.
Misalnya, pas ada tulisan ‘LAP 14’ terpampang besar di layar, lengkap dengan peta trek dan efek digital, seolah-olah diriku sedang nonton siaran langsung yang hiper-stilistik.
Hal yang bikin geli tapi menghibur, tentu saja cameo para tokoh F1 sungguhan. Ada Lewis Hamilton, yang juga duduk di kursi produser film ini, hingga Max Verstappen yang disorot dengan komentar ringan dari Pitt: “Damn, he’s good.” Entah serius atau nggak, dialog itu seolah-olah mengakui kalau dunia balap modern memang keren, tapi belum tentu seberani dan seromantis masa lalu.
Meski terdengar klise, ‘F1 the Movie’ menang banyak dari penampilan para aktor dan arahan gaya visualnya. Brad Pitt, meski nggak banyak menampilkan spektrum emosi baru, tetap berhasil memikat dengan pesona santainya.
Eh, tapi sorotan sesungguhnya ada di Kerry Condon, yang memainkan Kate McKenna dengan empati, kecerdasan, dan timing yang pas. Tanpa Kerry, film ini mungkin hanya akan jadi parade pria-pria macho dan mobil mewah yang pamer ego.
Gitu deh, menurutku ‘F1 the Movie’ tuh film yang besar, gaduh, dan penuh kemewahan. Buat penggemar F1 sejati, mungkin film ini terasa dramatis berlebihan. Namun, bagi yang awam atau cuma datang ke bioskop demi nonton aksi dan bintangnya, ini jelas perjalanan visual yang spektakuler, sedikit absurd, tapi tetap seru. Selamat nonton ya.
Skor: 4/5
Baca Juga
-
Review Film One Battle After Another: Pusaran Dendam yang Nggak Pernah Padam
-
Futsal, Psikologi Kompetitif dan Mental Toughness Gen Z di Lapangan
-
Review Film The Long Walk: Alegori Negara yang Menumbalkan Rakyat
-
Futsal dan Pendidikan: Dari Ekstrakurikuler Jadi Jalan Serius
-
Padel dan Kesehatan Mental Gen Z, Olahraga yang Jadi Ruang Healing
Artikel Terkait
-
Review Film Gentleman, Cerita Tipis Penuh Aksi tapi Klise?
-
Review Film F1: Aksi dan Emosi dalam Satu Lintasan
-
Fiksasi Aroma Manusia dalam Film 'Perfume', Sajikan Thriller yang Unik
-
Review Film Echo Valley: Drama Keluarga yang Berakhir Menegangkan!
-
Tom Cruise dan Brad Pitt Reuni di Premiere Film F1, Sukses Jadi Sorotan
Ulasan
-
Review Film One Battle After Another: Pusaran Dendam yang Nggak Pernah Padam
-
Review Film Kang Solah from Kang Mak x Nenek Gayung: Sekuel Kocak yang Bikin Penonton Ngakak!
-
Ulasan Novel Mangsa (Prey), Ancaman Kematian di Belantara Montana
-
Hari Tani Nasional: Ini Sejarah dan Makna yang Perlu Kamu Tahu
-
Review Film The Long Walk: Alegori Negara yang Menumbalkan Rakyat
Terkini
-
Dari Nada ke Warna: Slank Hadirkan Harmoni Alam di Dinding Rumah
-
Menjawab Keraguan Gen X Lewat Saksi Bisu Kebersamaan Tim Futsal
-
Lupakan Turnamen Lain, Ini Ajang Futsal Pelajar Paling Bergengsi For YOU!
-
Futsal dan Perempuan: Antara Hobi, Prestasi, dan Stigma Sosial
-
Pernah Coba Akhiri Hidup, Olla Ramlan Kini Fokus Bangkit dan Hidup Positif