Sebagai seseorang yang telah lama bergulat dengan kecemasan dan kekhawatiran berlebihan, membaca The Book of Overthinking karya Gwendoline Smith terasa seperti menemukan sebuah jalan keluar yang masuk akal.
Buku ini hadir dengan isi yang penuh makna dan pendekatan yang terasa halus bagi pembacanya.
Sejak awal, Smith menyampaikan bahwa overthinking atau kebiasaan berpikir berlebihan bukanlah sesuatu yang perlu disalahkan, tetapi dipahami dan dilatih agar tidak mendominasi kehidupan kita.
Pesan penting yang selalu diulang dalam buku ini adalah bahwa pikiran hanyalah pikiran, bukan kebenaran absolut, dan kita bukan budak dari pikiran-pikiran tersebut. Hal ini memberi kesadaran baru bahwa kita memiliki kendali atas apa yang kita izinkan untuk berkembang dalam benak kita.
Bagi sebagian orang yang sering merasa terjebak dalam overthinking yang terus menerus, saya merasa buku ini akan sangat cocok menjadi bacaan kalian. Selama ini, saya terbiasa membayangkan skenario buruk yang bahkan belum tentu terjadi. Saya menciptakan situasi imajiner yang membuat diri sendiri stres dan kelelahan mental.
Gwendoline Smith dalam buku ini menjelaskan secara mendalam kebiasaan tersebut melalui penjelasan yang jelas dan ilmiah. Inilah yang menjadi kelebihan buku ini dibandingkan buku motivasi lainnya.
Ia menjabarkan bagaimana pola pikir ini terkait erat dengan gangguan kecemasan, dan menariknya, ia menggunakan pengalaman pribadinya sebagai latar belakang. Dengan begitu, buku ini tidak terasa seperti teori semata, tetapi lebih seperti percakapan dari seseorang yang benar-benar tahu rasanya berada dalam kondisi tersebut.
Hal lain yang membuat The Book of Overthinking begitu menarik adalah gaya penyampaiannya. Meskipun topik di buku ini memang cukup berat, tapi Smith menggunakan penyampaian yang ringan sehingga mudah tersampaikan meskipun untuk orang awam.
Ia menggunakan berbagai elemen visual seperti bagan, diagram, dan ilustrasi untuk memperjelas konsep-konsep psikologis yang dibahas. Beberapa bagian buku bahkan ditulis dalam bentuk percakapan imajiner antara dirinya dan pembaca, yang membuat kita merasa lebih dekat, seolah-olah sedang berbicara langsung dengan seorang teman atau terapis pribadi.
Buku ini menjadi pendekatan yang halus, karena pembaca dibantu untuk memahami dirinya sendiri dengan perlahan tanpa merasa “diceramahi”.
Salah satu hal yang paling saya hargai dari buku ini adalah ide baru tentang bagaimana melepaskan diri dari jerat kecemasan. Gwendoline Smith memperkenalkan konsep terapi pelepasan kecemasan yang bukan hanya teori, tapi sesuatu yang bisa langsung dipraktikkan.
Buku ini akan membantu kalian untuk menemukan pola pikir negatif yang selama ini menjadi beban. Tidak berhenti disitu, pola pikir negatif tersebut juga perlu dilepaskan. Memang seluruh prosesnya tidak mudah. Namun hal ini memberikan kekuatan yang lebih kuat untuk memulai hal baru.
Bahkan, untuk seseorang yang sebelumnya merasa tidak percaya akan prinsip kekuatan, yaitu berpikir positif, buku ini membuka cara pandang baru yang lebih realistis dan aplikatif.
Dengan semua elemen tersebut, The Book of Overthinking bukan hanya cocok untuk mereka yang mengalami kecemasan atau overthinking kronis, tapi juga bagi siapa pun yang ingin lebih memahami hubungan antara pikiran dan emosi.
Buku ini layak direkomendasikan untuk mereka yang sedang berjuang melawan kecemasan, depresi, perfeksionisme, atau kekhawatiran yang terasa tak berujung.
Buku ini bukan hanya buku motivasi biasa, tapi bisa kalian gunakan sebagai panduan untuk menyadarkan diri bahwa kita memiliki kekuatan untuk keluar dari pikiran negatif.
Cocok sekali kalian baca untuk memberikan ketenangan hati dan harapan dalam menghadapi pikiran yang kacau terus menerus.
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Novel Stranger, Kisah Emosional Anak dan Ayah dari Dunia Kriminal
-
Potret Kekerasan Ibu-Anak dalam Novel 'Bunda, Aku Nggak Suka Dipukul'
-
Novel The Prodigy: Menemukan Diri di Tengah Sistem Sekolah yang Rumit
-
The Killer Question: Ketika Kuis Pub Berubah Jadi Ajang Pembunuhan
-
"Bakat Menggonggong", Eksperimen Narasi yang Cerdas dan Penuh Nyinyiran
Artikel Terkait
-
Microsoft Digugat Penulis Gegara Latih AI Pakai Buku Bajakan, Minta Ganti Rugi Rp 2,4 Miliar
-
I Am The Hero Of My Own Life, Jurnal untuk Menyelami Dirimu yang Sebenarnya
-
Ulasan Buku Happiness is Homemade: Mencari Arti Bahagia dari Hal Sederhana
-
Buku 'Jika Kita Tak Pernah Baik-Baik Saja', Teman saat Kamu Merasa Sendiri
-
Review Buku Stop Mempersulit Diri, Panduan Ringan untuk Menyederhanakan Hidup
Ulasan
-
Sabtu Bersama Bapak: Novel yang Menggugah dan Penuh Perenungan
-
Netflix Ungkap Kasus Nyata Paling Ngeri dalam The Monster of Florence
-
Ulasan Novel Never Over, Cinta yang Tak Pernah Selesai
-
4 Rekomendasi Novel Thriller Indonesia dengan Alur Cerita yang Menegangkan!
-
Review Film Predator Badlands: Kala Sang Monster Jadi Mangsa di Tanah Asing
Terkini
-
Anime The Unaware Atelier Master Dikonfirmasi Lanjut ke Season 2
-
Kue 'Officially Unmarried' Jadi Selebrasi Tasya Farasya usai Resmi Bercerai
-
Sosok Tara Testa, Sahabat Lama Chris Evans yang Diisukan Jadi Pihak Ketiga
-
Jadi Sorotan, Kepala Gus Elham Yahya Dikerubungi Lalat di Video Permintaan Maaf
-
Florence Pugh Sempat Alami Depresi Usai Main Film Midsommar, Ini Ceritanya