Novel Anak Rembulan Karya Djokolelono bercerita tentang petualangan anak bernama Nono melintasi ruang dan waktu lewat sebuah pohon kenari misterius. Buku ini menampilkan cerita dalam berbagai genre, seperti sejarah dan fantasi. Selain itu, penulis juga menggabungkan unsur kearifan lokal yang dibalut dengan petualangan menegangkan.
Cerita dibuka dengan kisah Nono, anak kelas lima SD yang pergi berlibur seorang diri ke rumah Mbah Sastro di Desa Wlingi. Kegiatan itu selalu disukai Nono karena akhirnya ia bisa bermain di Sungai Lekso dan sesekali membantu Mbah Mas di rumah makan yang berada di belakang stasiun Wlingi.
Suatu hari, Nono diminta tolong untuk memberi tahu goreng ke Njari. Sambil menaiki sepeda, Nono akhirnya memutuskan untuk mengambil jalan pintas agar cepat sampai. Awalnya, perjalanan Nono tampak normal dan biasa saja, tetapi ia jadi teringat dengan pohon kenari besar yang tumbuh di pinggir Kali Njari yang kerap diceritakan oleh Mbah Pur. Konon, dulu ada anak lelaki bernama Trimo yang hilang di dalam pohon kenari itu saat berlindung dari serangan Belanda.
Saat sampai di tempat, Nono masih pohon kenari itu masih berdiri kokoh. Ia pun memutuskan istirahat di Kali Njari, sementara sepedanya disandarkan di pohon kenari itu. Namun, saat Nono kembali, sepedanya sudah hilang dan ia dikagetkan dengan kehadiran anak lelaki yang memintanya untuk bersembunyi. Nono belum menyadari keanehan yang terjadi, ia bahkan tidak mengetahui anak lelaki tersebut adalah Trimo yang disebut-sebut pernah hilang di pohon kenari.
Keanehan lain datang saat Trimo menyebut Nono adalah sekutu Belanda hanya karena jersey Manchester United yang dipakainya. Rupa-rupanya, kini Nono sudah terlempar ke zaman waktu Indonesia masih dijajah Belanda. Tidak sampai di situ, ia juga harus melewati berbagai tantangan berhadapan dengan sejumlah makhluk mitologi hingga bertarung dalam sebuah peperangan.
Ulasan buku
Novel ini hadir dengan tokoh dan jalan cerita yang sangat kompleks. Meskipun tokoh utama novel ini adalah Nono, kehadiran sejumlah tokoh pendukung lain memang diperlukan untuk membangun jalan cerita dan mendukung petualangan Nono. Makin jauh novel diceritakan, tokoh-tokoh pun akan bertambah banyak. Apalagi nantinya pembaca akan bertemu dengan sejumlah tokoh mitologi yang erat kaitannya dengan kepercayaan mistis Jawa.
Walaupun demikian, penulis memang pintar sekali meramu cerita fantasi yang dibalut dengan realita sehingga petualangan Nono tampak nyata. Tidak ada yang berpikir bahwa novel ini akan dibuka dengan perjalanan lintas waktu menuju zaman penjajahan. Namun, timeline-nya jatuh di luar perkiraan karena ternyata Nono terlempar ke masa ketika pasukan Belanda yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman tiba di tanah Jawa.
Secara pribadi, pemilihan tokoh anak-anak dan timeline sejarah dalam novel ini jadi aspek yang berbeda dari novel lain. Hal ini karena aku sendiri jarang menemui novel sejarah yang memiliki tokoh utama anak-anak. Namun, siapa sangka kalau pemilihan tokoh ini memengaruhi gaya bercerita Djokolelono sehingga novel ini tampak seperti dongeng sejarah yang seru untuk diceritakan.
Sementara itu, unsur mistis novel ini rupanya berkaitan dengan judul novel dan identitas Nono sebagai Anak Rembulan atau anak yang ditunjukkan sebagai persembahan Dewa Kali. Banyak sekali unsur misteri yang diangkat di sini, seperti legenda Gunung Kelud, Mbok Rimbi yang merupakan jelmaan iblis, segerombolan semut hitam, hingga Sri Ratu atau Setan Merah.
Kompleksitas novel ini memang riskan sekali membuat pembaca bingung, apalagi kalau pembaca tidak terbiasa dengan genre fantasi dan sejarah. Namun, novel Anak Rembulan masih worth it dibaca kala ingin mencari cerita yang anti mainstream. Selain itu, narasi yang digunakan Djokolelono juga apik sehingga suasana dan alur bisa dideskripsikan dengan baik.
Identitas buku
Judul: Anak Rembulan
Penulis: Djokolelono
Penerbit: Penerbit Mizan
Tahun terbit: 2011
Tebal buku: 350 halaman
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Membaca Buku Self Improvement, Sumber Motivasi atau Malah Toxic Positivity?
-
Ulasan Novel Petjah: Benang Takdir yang Membuka Luka di Masa Lalu
-
Ulasan Novel The Lover Next Door: Ketika Jodoh Tak Akan Pergi ke Mana-mana
-
Saat Layanan Ojek Online Menjadi Jembatan Solidaritas Lintas Negara
-
Potret Budaya Palestina di Buku Homeland: My Father Dreams of Palestine
Artikel Terkait
-
Menjinakkan Kecemasan Lewat Kata: Ulasan Buku The Book of Overthinking
-
Ulasan Novel Don't Let Her Stay:Ketika Anak Tiri Menghancurkan Segalanya
-
Microsoft Digugat Penulis Gegara Latih AI Pakai Buku Bajakan, Minta Ganti Rugi Rp 2,4 Miliar
-
I Am The Hero Of My Own Life, Jurnal untuk Menyelami Dirimu yang Sebenarnya
-
Ulasan Buku Happiness is Homemade: Mencari Arti Bahagia dari Hal Sederhana
Ulasan
-
Dari Utas viral, Film Dia Bukan Ibu Buktikan Horor Nggak Lagi Murahan
-
Review The Long Walk: Film Distopia yang Brutal, Suram, dan Emosional
-
Menyikapi Gambaran Orientasi Seksualitas di Ruang Religius dalam Film Wahyu
-
Review Film Janji Senja: Perjuangan Gadis Desa Jadi Prajurit TNI!
-
Review Film Dilanjutkan Salah, Disudahi Perih: Drama Romansa Penuh Dilema
Terkini
-
Dalam Proses Pemulihan, Ini Kondisi Terbaru Tom Holland Usai Alami Cedera
-
Kado Ultah Anti-Mainstream: 10 Ide Unik Biar Bestie Gak Cuma Bilang 'Makasih'
-
Dari Musik hingga Pacuan Kuda: Festival SARGA Siap Meriahkan Payakumbuh di IHR Cup II 2025!
-
Dokter Lulusan Filsafat yang 'Semprot' DPR Soal Makan Gratis: Siapa Sih dr. Tan Shot Yen?
-
Unggahan Anak Durhaka Venna Melinda Bikin Geger, Benarkah Sindir Verrell Bramasta?