Novel Demon Rumm karya dari Sandra Brown diterbitkan pertama kali pada tahun 1987. Di Indonesia, hak penerjemahannya dipegang oleh Penerbit Gramedia Pustaka Utama.
Dibandingkan dengan sejumlah novel karya Brown yang bergenre suspense, di novelnya kali ini agaknya Brown mencoba membuat novel bergenre full romance tanpa ada campuran suspense sama sekali.
Kisah bermula dari Kirsten Rumm, janda dari mendiang pilot aerobatik legendaris, Demon Rumm, yang tengah membuat sebuah memoar untuk mengenang suaminya tersebut, yang meninggal dalam kecelakaan pesawat uji. Pihak Hollywood tertarik dan ingin mengangkat kisah dalam memoar tersebut ke sebuah film biografi.
Sang aktor yang akan berperan sebagai Demon Rumm, Rylan North, tinggal di rumah yang ditempati istri almarhum. Tujuannya satu, untuk lebih menjiwai perannya dan bisa ‘masuk’ ke dalam karakter Demon dengan baik.
Cerita bergulir ke interaksi antara Rylan dan Kirsten yang penuh ketegangan, karena awalnya Kirsten sempat tak menyetujui Rylan tinggal seatap dengannya. Pribadi sang janda cantik yang menutup diri terhadap kehadiran Rylan, justru mengundang rasa penasaran dari aktor tampan tersebut.
Walaupun Kirsten selalu menanggapi Rylan dengan dingin dan skeptis, lama-kelamaan di antara keduanya terjalin ikatan emosional dan romantisme yang ditarik ulur oleh Kirsten dan membuat Rylan merasa dipermainkan dan terhina.
Hal yang tidak Rylan ketahui adalah Kirsten memiliki rahasia kelam, yang ia khawatirkan akan diketahui Rylan jika ia membuka hatinya untuk lelaki itu. Rahasia yang juga akan membongkar rahasia mendiang suaminya, Demon Rumm, yang akan menghancurkan citra baik suaminya selama hidupnya.
Sisi rasional otak Rylan merasa Kirsten tidak berencana membawanya hingga ke batas itu, untuk kemudian membatalkannya. Kirsten juga siap dan menginginkannya seperti Rylan. Bukan tubuh Kirsten yang menolak. Ada hal lain yang membuat Kirsten berubah pikiran pada menit terakhir. Sesuatu dalam kepalanya. Atau hatinya. (Hal 182)
Seperti khasnya dari seorang Sandra Brown, dia dengan piawai membangun jalan cerita yang kokoh sejak awal. Atmosfer ketegangan yang muncul antara Kirsten dan Rylan juga diramu dengan baik. Latar tempat yang lebih banyak di kediaman Kirsten juga digambarkan penuh sentuhan kenangan akan mendiang Rumm, yang membuat Kirsten selalu terbayang almarhum suaminya tersebut.
Karakter Kirsten digambarkan sebagai perempuan yang rapuh sekaligus kuat serta menyimpan luka hatinya sendiri. Sedangkan Rylan, meskipun di Hollywood terkenal sebagai playboy, ternyata ia sosok family man, menyayangi keluarganya, sangat percaya diri, lumayan arogan, tapi memiliki kepekaan yang luar biasa.
Konflik dalam novel Demon Rumm lebih kepada konflik batin. Baik Kirsten maupun Rylan sama-sama memiliki rahasia dan luka hatinya sendiri. Rylan yang menutup mata dengan segala kabar miring tentangnya di dunia film. Kirsten yang berjuang dengan perasaan sedih, kehilangan, dan ketakutannya untuk membuka diri.
Sejujurnya, saya jauh lebih menyukai novel-novel Sandra Brown yang bergenre suspense, meskipun tetap memasukkan unsur romantisme di dalamnya. Novel Demon Rumm ini terlalu banyak romantisme yang ugal-ugalan. Sama sekali not my cup of coffee.
Alasan yang mendasari Kirsten selalu jinak-jinak merpati ke Rylan pun bagi saya terlalu dipaksakan. Cuma kalau saya sebutkan di sini alasan Kirsten berarti akan memberi bocoran inti novel dan itu tidak saya inginkan. Apalagi jika banyak pembaca lain yang belum membaca novel Demon Rumm.
Plot ceritanya sendiri terlalu biasa. Jika kalian penggemar novel-novel suspense karya Sandra Brown, bisa jadi akan merasakan kekecewaan yang sama dengan saya. Brown yang biasanya selalu menyajikan lapisan plot yang kompleks, kali ini hanya sekadar memberikan plot klise dan ringan yang membuat novel ini kurang menggigit.
Namun, terlepas dari kekurangannya, novel Demon Rumm ini pasti akan disukai oleh kalian yang menyukai kisah tentang keberanian untuk jatuh cinta lagi, untuk membuka diri kembali, dan belajar untuk menerima cinta baru tanpa dibayang-bayangi ketakutan atau rasa mengkhianati pasangan yang telah berpulang.
Baca Juga
-
Ulasan Novel Mawar tak Berduri: Pembunuhan Dua Perempuan di Maidensford
-
Ulasan Novel Rasuk: Iri Hati, Amarah, dan Penyesalan yang Terlambat
-
Resensi Novel Voice: Kisah di Belakang Layar Para Voice Actor
-
Novel Petualangan ke Tiga Negara: Perjalanan Edukasi yang Sarat Pengetahuan
-
Resensi Novel The Infinite Quest, Kasus Penculikan dan Teknologi Awet Muda
Artikel Terkait
-
Merajut Doa dan Ikhtiar Lewat Ulasan Buku The Power of Jalur Langit
-
Ulasan Kami (Bukan) Jongos Berdasi: Ketika Dunia Kerja Tak Seindah Rencana
-
Ulasan Buku Surat Kecil untuk Ayah, Anak Tak Boleh Membenci Orang Tua
-
Kisah Cinta Lugu Zaman Dulu dalam Novel Jodoh Karya Fahd Pahdepie
-
Ulasan Novel When No One is Watching: Hilangnya Tetangga Secara Misterius
Ulasan
-
Review Film Han Gong Ju, Saat Luka Lama Mencari Tempat untuk Sembuh
-
Merajut Doa dan Ikhtiar Lewat Ulasan Buku The Power of Jalur Langit
-
Conan Gray Ungkap Luka Patah Hati Lewat Lagu Synth Pop Bertajuk Maniac
-
Review Film Short Term 12: Luka Enggak Terlihat, dan Harapan yang Tumbuh
-
Bukan Sekadar Lagu, '24H' Jadi Simbol Cinta Tanpa Batas dari SEVENTEEN
Terkini
-
Bikin Namanya Melejit, Pedro Pascal Kenang Perannya di Game of Thrones
-
Dituding Tidak Mendapat Perlawanan dari Pembalap Lain, Marc Marquez Marah!
-
Eks Timnas Irak Tak Favoritkan Indonesia, Ada 2 Alasan yang Membuatnya Logis dan Realistis
-
Mitos vs Fakta: Benarkah Mahasiswa yang Modis Itu Tertekan?
-
Jelang Ronde Keempat Kualifikasi, Timnas Indonesia Dapatkan Warning dari Legenda Timnas Irak