Jakarta tidak pernah kehabisan destinasi menarik untuk dikunjungi. Salah satunya adalah kawasan Pantai Indah Kapuk (PIK), yang kini terbagi menjadi dua bagian, yaitu PIK 1 dan PIK 2.
Kami sekeluarga memutuskan untuk menjelajahi PIK 2, tepatnya Aloha Pantai Pasir Putih, dengan harapan menemukan suasana baru, Minggu (29/6/2025). Dorongan utama kami hanyalah rasa penasaran terhadap destinasi wisata yang terletak di tepi utara Teluk Jakarta ini.
Kami menggunakan mobil pribadi untuk menempuh perjalanan sejauh sekitar 100 km. Sempat mempertimbangkan moda transportasi umum seperti KRL dan bus Transjakarta, namun setelah dipikirkan kembali, perpindahan antar-stasiun dan halte dari rumah kami cukup merepotkan dan memakan waktu.
Akhirnya, kami memilih menggunakan mobil pribadi, menelusuri Jalan Tol Jakarta - Cikampek, Tol Layang MBZ, dan Tol Dalam Kota dengan waktu tempuh sekitar dua jam. Tarif tol yang kami bayarkan sebesar Rp46.500. Untuk mencapai PIK 2, kami harus terlebih dahulu melewati area PIK 1.
Setelah keluar dari tol, kami mulai memasuki kawasan Pantai Indah Kapuk. Suasananya terasa sejuk karena cuaca saat itu mendung dan sesekali turun hujan ringan. Kami menyusuri jembatan yang membentang di atas perairan, dan sepanjang jalan terlihat rumah makan bergaya Tiongkok yang berjejer rapi di pinggir jalan.
PIK 2 memang dikenal sebagai kawasan yang banyak dihuni dan dikembangkan oleh pengusaha keturunan Tionghoa. Maka tidak mengherankan jika banyak rumah toko dan restoran dengan tulisan berbahasa Mandarin di sekitarnya.
Fasilitas jalan di kawasan ini terbilang memadai dan lebar, dengan dua jalur yang dapat dilalui kendaraan roda dua maupun empat. Transportasi umum pun tersedia langsung menuju kawasan ini, seperti armada Transjakarta dengan rute BW9 dan T31.
Jika menggunakan Transjakarta 1A, penumpang hanya akan sampai di Pantai Maju (PIK 1) dan harus melanjutkan perjalanan menggunakan bus DAMRI atau shuttle menuju PIK 2.
Menikmati Nuansa Amsterdam di La Riviera (Kota Belanda)
Dalam perjalanan, Aloha Pasir Putih yang merupakan tujuan utama kami sudah mulai terlihat. Namun, kami memutuskan untuk menjelajahi lebih jauh ke dalam kawasan dan menemukan tempat wisata bernama Kota Belanda atau yang dikenal dengan La Riviera.
Destinasi ini dirancang menyerupai nuansa kota Amsterdam dengan kanal dan bangunan bergaya Eropa. Tempat ini bisa menjadi spot yang tepat untuk berswafoto. Meski mengusung suasana Amsterdam, saya merasa atmosfernya belum sepenuhnya menyerupai aslinya.
Hal ini karena adanya tulisan-tulisan seperti “Kota Belanda” atau “I Love Kota Belanda” yang masih menggunakan bahasa Indonesia, sehingga sedikit mengurangi kesan seolah benar-benar berada di luar negeri.
Ketika kami tiba, kawasan tersebut tampak cukup sepi. Menurut keterangan petugas, kawasan La Riviera memang lebih ramai pada sore hari. Namun, tempat ini dapat dikunjungi secara gratis kapan saja.
Perjalanan kami sempat terhenti sejenak karena gerimis yang cukup deras. Kami pun membeli camilan dan kopi di minimarket sekitar sambil menikmati pemandangan sekitar yang tenang dan asri.
Tiba-tiba saya merasa ingin ke toilet. Namun, masalah muncul karena tidak ada petunjuk arah yang jelas menuju toilet umum. Saya harus bertanya terlebih dahulu kepada petugas untuk menemukannya. Ini menjadi catatan penting karena fasilitas umum seperti toilet sebaiknya lebih mudah ditemukan di kawasan wisata.
Menikmati Nuansa Hawaii di Aloha Pantai Pasir Putih
Usai berkeliling, kami pun melanjutkan perjalanan menuju Aloha Pantai Pasir Putih. Wisata ini terbuka gratis untuk umum. Di sini, pengunjung bisa menikmati panorama pantai dengan nuansa Hawaii yang memanjakan mata. Tersedia berbagai tempat makan di kawasan ini, meski sebagian besar merupakan gerai makanan siap saji seperti burger dan sosis.
Menikmati Hidangan Khas Sunda di Restoran Kampung Kecil
Bagi pengunjung yang mencari makanan lebih tradisional, kami merekomendasikan untuk mampir ke Restoran Kampung Kecil.
Hal yang menarik dari tempat makan ini bukan hanya namanya, tapi konsepnya yang unik. Kampung Kecil dirancang menyerupai pemukiman warga dengan beberapa area yang dinamai seperti RT, lengkap dengan dekorasi rumah bergaya tradisional. Menu yang ditawarkan pun khas Sunda, seperti nasi liwet, soto, tahu goreng, dan aneka sambal.
Setelah menyantap hidangan, kami melanjutkan perjalanan ke masjid untuk melaksanakan salat. Sebelum beranjak, ibu saya sempat tertarik untuk mencoba permainan “10 Second Challenge” yang menawarkan gulali sebagai hadiah.
Namun, ibu tampaknya belum memahami cara bermainnya. Saat waktu sudah berjalan lebih dari 10 detik, ia tidak menekan tombol merah sama sekali, malah menunggu seolah sedang menanti sesuatu terjadi.
Ayah pun mencoba ikut bermain dan berhasil menekan tombol nyaris tepat di detik ke-10, yaitu 00:09:94. Meski tidak menang, momen ini tetap menjadi kenangan lucu bagi kami.
Selepas makan siang, kami menutup perjalanan dengan melaksanakan salat di Menara Syariah. Masjid ini terletak di lantai lima dan dapat diakses menggunakan elevator. Secara umum, biaya masuk ke kawasan PIK hanya dikenakan melalui tarif parkir, sementara destinasi seperti La Riviera dan Aloha Pasir Putih bisa dikunjungi secara gratis.
Seharian di PIK 2 menjadi pengalaman yang mengesankan bagi keluarga kami. Mulai dari berjalan di antara bangunan bergaya Eropa, menikmati pantai berkonsep Hawaii, mencicipi kuliner khas Sunda, hingga momen-momen lucu bersama orang tercinta membuat semua itu menciptakan kenangan yang sulit dilupakan.
Bagi siapa pun yang mencari destinasi wisata ringan namun berkelas di Jakarta, PIK 2 bisa menjadi pilihan sempurna untuk akhir pekan yang menyenangkan.
Baca Juga
-
Evaluasi Program MBG: Transparansi, Kualitas, dan Keselamatan Anak
-
Ketika Whoosh Bikin Anggaran Bengkak, Kereta Konvensional Jadi Anak Tiri?
-
Antara Amarah dan Harapan: Bagaimana DPR Seharusnya Merespons Demonstrasi?
-
Kereta Api Bebas Rokok: Menjaga Kesehatan atau Mengurangi Kebebasan?
-
Hargai Karya Siswa: Pentingnya Etika Mengelola Konten Digital di Sekolah
Artikel Terkait
-
3 Keuntungan Persija Jakarta usai Dilaporkan Sudah Deal Lisan dengan Jordi Amat
-
Here We Go! Persija Segera Umumkan Jordi Amat, Thom Haye Menyusul?
-
Siap-Siap Rogoh Kocek Lebih Dalam! Padel dan Olahraga Lain di Jakarta Kini Kena Pajak!
-
DPRD DKI Jakarta Intensifkan Jalur Diplomasi Antarkota Luar Negeri
-
Mendadak Ingin Seperti Teco di Persija, Ada Apa dengan Mauricio Souza?
Ulasan
-
Ulasan Novel Oregades: Pilihan Pembunuh Bayaran, Bertarung atau Mati
-
Dari Utas viral, Film Dia Bukan Ibu Buktikan Horor Nggak Lagi Murahan
-
Review The Long Walk: Film Distopia yang Brutal, Suram, dan Emosional
-
Menyikapi Gambaran Orientasi Seksualitas di Ruang Religius dalam Film Wahyu
-
Review Film Janji Senja: Perjuangan Gadis Desa Jadi Prajurit TNI!
Terkini
-
Bikin Mood Harian Makin Chill,4 Ide Daily OOTD Soft & Cozy ala Jung So Min
-
Bek Andalan Alavs Kena Imbas! Skandal Pemalsuan Dokumen Timnas Malaysia Gegerkan Liga Spanyol!
-
Cinta Brian Diduga Sindir Mantan, Netizen: Umur 18 Tahun Berharap Apa?
-
Simpel Tapi 12 Miliar! Ini Dia Wedding Look Selena Gomez yang Bikin Melongo
-
Plot Twist Kasus Vadel Badjideh: Pengacara Sebut Ide Aborsi Datang dari Anak Nikita Mirzani!