Hayuning Ratri Hapsari | Ryan Farizzal
Poster film Dia Bukan Ibu (IMDb)
Ryan Farizzal

Film horor Indonesia sering kali identik dengan hantu lokal, jump scare berulang, atau elemen mistis yang sudah familiar. Akan tetapi, Dia Bukan Ibu hadir sebagai angin segar di tengah pasar yang jenuh, membawa nuansa horor psikologis yang lebih mendalam dan mengganggu.

Disutradarai oleh Randolph Zaini, untuk penulis naskahnya ditulis oleh Beta Inggrid Ayu, Titien Wattimena dan JeroPoint. Oh iya, karya ini merupakan adaptasi dari thread horor viral di platform X (dulu Twitter) oleh akun @JeroPoint.

Thread tersebut, yang dirilis di tahun 2023, berhasil menarik lebih dari 5,8 juta views dengan cerita menyeramkan tentang seorang ibu yang berubah menjadi sosok asing bagi keluarganya.

Film ini diproduksi oleh MVP Pictures dan menandai comeback aktris Artika Sari Devi setelah jeda panjang dari layar lebar.

Dia Bukan Ibu tayang perdana di bioskop mulai 25 September 2025 dan siap menerormu dengan tema keluarga yang rusak dan juga teror domestik. Yuk langsung simak ulasan lengkapnya!

Sinopsis film ini berpusat pada sebuah keluarga kecil yang terdiri dari seorang ibu (Artika Sari Devi), putrinya Vira (Aurora Ribero), dan putranya Dino (Ali Fikry).

Setelah mengalami tragedi besar, mereka memutuskan pindah ke rumah baru di Semarang, Jawa Tengah, dengan harapan memulai hidup baru. Namun, apa yang seharusnya menjadi tempat aman justru berubah menjadi mimpi buruk.

Sang ibu mulai menunjukkan perubahan sikap yang aneh: dari sosok penyayang menjadi dingin, manipulatif, bahkan kejam. Vira dan Dino, sebagai anak-anak yang masih remaja, mulai curiga bahwa ibu mereka bukan lagi orang yang mereka kenal.

Elemen mistis seperti ajian dan rajah—yang diambil dari thread asli—menjadi penglaris cerita, tapi film ini lebih fokus pada ketegangan psikologis daripada hantu konvensional. Tanpa spoiler, plotnya membangun rasa tidak nyaman secara bertahap, membuat aku mempertanyakan realitas dan ikatan keluarga.

Salah satu kekuatan utama Dia Bukan Ibu adalah pendekatannya yang segar terhadap genre horor. Bukan hanya mengandalkan jump scare saja Randolph Zaini memilih membangun atmosfer mencekam melalui dinamika rumah tangga.

Tema utamanya adalah broken home dan trauma keluarga, yang dibalut dengan elemen supranatural seperti possession atau pengaruh gaib. Ini mengingatkanku pada film internasional seperti Hereditary (2018) karya Ari Aster, di mana horor datang dari disintegrasi keluarga, atau Evil Dead Rise dengan teror yang berpusat pada figur ibu.

Di Indonesia, film ini bisa disebut sebagai penerus yang layak, membuktikan bahwa horor lokal bisa bersaing secara kualitas. Sinematografi yang gelap dan claustrophobic, dengan pengambilan gambar close-up pada wajah-wajah penuh ketakutan, berhasil menciptakan rasa sesak.

Sound design-nya juga patut aku diacungi jempol: suara-suara halus seperti bisikan atau langkah kaki di malam hari membuat bulu kudukku merinding tanpa perlu efek berlebihan. Lokasi syuting di Semarang menambah nuansa autentik, dengan rumah tua yang seolah hidup dan menyimpan rahasia.

Review Film Dia Bukan Ibu

Salah satu adegan di film Dia Bukan Ibu (IMDb)

Akting menjadi highlight pada film ini. Artika Sari Devi tampil fenomenal sebagai ibu yang dualitas: di satu sisi hangat dan penuh kasih, di sisi lain dingin dan menyeramkan.

Comeback-nya setelah absen lama terasa seperti ledakan energi; ekspresinya mampu beralih dari senyum manis ke tatapan kosong yang sempat bikin aku gelisah.

Aurora Ribero sebagai Vira juga solid, menampilkan remaja yang rapuh tapi berani, sementara Ali Fikry sebagai Dino menambah elemen emosional dengan kepolosannya.

Chemistry ketiganya membuat konflik keluarga terasa nyata dan relatable. Namun, bukan berarti film ini sempurna. Kurasa pada bagian tengah cerita agak dragging dan repetitif, dengan adegan yang berulang untuk membangun ketegangan tapi malah terasa lambat.

Third act-nya juga terburu-buru, seolah ingin cepat memberikan konklusi tanpa memberi ruang bernapas.

Selain itu, ada warning penting: film ini menampilkan adegan eksplisit penyiksaan hewan (khususnya kucing dan ayam) yang membuatku tidak nyaman dan ngilu. Ini menjadi catatan buat pencinta binatang atau penonton sensitif—mungkin skip nonton kalau kamu nggak kuat.

Jadi bisa kusimpulkan, Dia Bukan Ibu adalah horor yang memuaskan, terutama bagi yang bosan dengan formula lama. Rating pribadiku: 8/10.

Film ini tidak hanya menakut-nakuti, tapi juga mengajak refleksi tentang hubungan keluarga dan trauma yang tak terselesaikan. Di tengah banjir film horor Indonesia tahun ini, karya ini menonjol karena keberaniannya bereksperimen.

Tayang mulai tanggal, 25 September 2025 di seluruh bioskop Indonesia seperti CGV, XXI, dan Cinépolis, dengan promo buy 1 get 1 di beberapa kota dan tempatmu hingga akhir pekan ini.

Jangan lewatkan kalau kamu suka horor yang punya lapisan cerita yang dalam—tapi siapkan juga mental, karena terornya akan melekat lama setelah kredit bergulir. Sangat aku rekomendasikan sekali untuk ditonton bersama keluarga, teman dan ajak siapa pun juga deh agar bisa melihat kengeriannya!