Sekar Anindyah Lamase | Ardina Praf
Novel Ada Zombie di Sekolah (goodreads.com)
Ardina Praf

Bayangkan kamu sedang ikut pesta olahraga sekolah, suasana ramai dan penuh semangat. Tapi tiba-tiba… semuanya berubah jadi mimpi buruk. Begitulah yang dialami Ola dalam novel Ada Zombie di Sekolah karya Intanzs.

Kisah ini bermula di Olympus High School, tempat pesta olahraga besar-besaran diadakan. Tanpa peringatan, segerombolan zombie menyerang, mengacaukan seluruh acara dan membuat sekolah berubah jadi ladang kematian.

Hanya segelintir siswa yang selamat: Ola, Zen (mantan kekasihnya), Izza, Bara, Marco, dan Elgario. Keenam penyintas ini harus berjuang mati-matian untuk bertahan hidup di tengah kepungan zombie yang haus darah.

Namun, yang lebih menyeramkan bukan cuma zombie-nya, tapi kenyataan aneh yang mereka hadapi: setiap kali mereka mati, mereka akan hidup kembali di hari yang sama, seolah-olah waktu terus berulang.

Ola mulai curiga ada yang tidak beres—terutama setelah menemukan fakta bahwa wabah zombie ini mungkin berhubungan dengan minuman isotonik gagal produksi.

Saat rahasia demi rahasia terbuka, ia menyadari bahwa bukan hanya virus yang menghantui mereka, tapi juga pengkhianatan dari orang-orang terdekat.

Apakah Ola dan teman-temannya bisa keluar dari lingkaran waktu mengerikan itu? Atau mereka akan terus terjebak di hari yang sama—hidup, mati, dan hidup lagi tanpa henti?

Yang menarik dari novel ini adalah perpaduan antara horor zombie dan konsep time loop, dua elemen yang jarang digabungkan dalam novel remaja Indonesia.

Intanzs berhasil membuat cerita yang terasa tegang sekaligus misterius. Pembaca tidak hanya dibuat takut, tapi juga penasaran bagaimana cara Ola memecahkan teka-teki waktu dan asal-usul wabah zombie tersebut.

Selain itu, karakter-karakter dalam novel ini terasa hidup dan punya kepribadian kuat.

Dari sisi plot, alur cepat dan penuh kejutan menjadi nilai plus. Hampir di setiap bab ada momen menegangkan yang membuat pembaca sulit berhenti membaca.

Atmosfer mencekam sekolah yang dikepung zombie digambarkan dengan detail yang vivid, pembaca bisa merasakan ketegangan, aroma darah, dan keputusasaan yang pekat.

Meski premisnya keren, novel ini punya sedikit kekurangan di bagian penjelasan ilmiah tentang asal mula virus.

Beberapa pembaca mungkin merasa latar belakang tentang minuman isotonik gagal produksi agak terburu-buru dan tidak terlalu masuk akal jika dibandingkan dengan kekuatan tema “time loop” yang begitu kuat.

Selain itu, di beberapa bagian, cerita terasa sedikit repetitif karena pengulangan waktu yang sama, meski ini memang bagian dari konsep, namun bagi sebagian pembaca bisa terasa monoton bila tidak diselingi dengan dinamika baru.

Namun kekurangan ini tidak terlalu mengganggu keseluruhan pengalaman membaca, karena ketegangan dan misteri tetap terjaga hingga akhir.

Gaya bahasa Intanzs terasa ringan, mengalir, dan mudah dicerna, cocok untuk pembaca muda.

Dialog antar karakter terasa natural, bahkan kadang lucu di tengah situasi mencekam, memberi sedikit jeda humor di antara ketakutan. Deskripsi adegan zombie juga cukup sinematik, seolah membaca naskah film survival horror.

Intanzs menggunakan bahasa sehari-hari tapi tetap mampu membangun nuansa intens. Pembaca bisa ikut merasakan kepanikan Ola, rasa tidak percaya, dan frustrasi saat hari yang sama terus terulang tanpa akhir.

Di balik kisah zombie dan misteri waktu, Ada Zombie di Sekolah menyimpan pesan mendalam tentang ketakutan, kesalahan, dan kesempatan kedua.

Ola belajar bahwa setiap pilihan punya konsekuensi, dan terkadang waktu memberi kita kesempatan untuk memperbaiki apa yang salah, meski dalam bentuk yang paling menakutkan sekalipun.

Novel ini juga mengingatkan bahwa di tengah kegelapan dan kekacauan, keberanian dan kepercayaan pada diri sendiri adalah hal yang bisa menyelamatkan hidup.

Ada Zombie di Sekolah adalah bacaan menegangkan yang memadukan horor, misteri, dan refleksi hidup dalam satu paket seru.

Dengan konsep time loop yang unik dan karakter-karakter kuat, novel ini bukan cuma tentang bertahan dari zombi, tapi juga tentang melawan rasa takut dan menemukan arti hidup di tengah kematian yang berulang.

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS