Sheila On 7 (SO7) dewasa ini sering disebut sebagai band yang tidak memiliki haters. Pernyataan semacam itu sering dijumpai di berbagai kolom komentar yang memuat cuplikan penampilan SO7.
Ada sejumlah faktor yang membuat pernyataan itu mudah diterima. Pertama, musik SO7 sampai detik ini masih ramai didengarkan oleh remaja SMA sampai dewasa tua.
Lagu-lagu seperti Sebuah Kisah Klasik, Sahabat Sejati, dan Anugerah Terindah yang Pernah Kumiliki masih bisa kita jumpai di Pensi zaman sekarang.
Tentu ini tidak lepas daripada musik SO7 yang easy listening, lirik puitis yang mudah dipahami, dan related sama kehidupan anak muda era manapun.
Faktor kedua adalah pesona personil Sheila On 7 yang tak bisa lepas dari embel-embel sederhana, wajah ganteng Pak Duta yang tidak pernah tua, dan celetukan-celetukannya yang ramah di tiap kali konser.
Meski demikian, band yang berdiri pada tahun 1996 itu bukannya tidak memiliki haters. Dalam perkembangannya SO7 sempat menerima banyak cibiran. Salah satunya pada awal kemunculannya.
Kita tahu bahwa mereka memiliki julukan “Band Satu Juta Copy”. Hal tersebut tak lepas dari penjualan Album fisik Self Titled (1999), Kisah Klasik untuk Masa Depan (2000), dan 07 Des (2002) yang tembus satu juta copy.
BACA JUGA: Ternyata Begini Sifat Asli Song Hye Kyo Menurut Para Aktor yang Pernah Syuting Bareng
Namun, di balik prestasi itu SO7 justru dikritik karena gaya manggungnya terkesan tidak profesional pada masanya. Macam penampilan ala kadarnya sampai baju dan rambut yang acak-acakan.
Bahkan kalau kita masih ingat, Sheila On 7 juga sempat dicibir oleh penyanyi dan artis Ibu Kota Edi Brokoli. Adapun kala itu ia membuat kaos khusus yang isinya menyindir SO7.
Ia secara terang-terangan menyebut bahwa dirinya tidak menyukai lagu yang diciptakan oleh Eross Candra. Hal tersebut juga ia sampaikan kala diundang di YouTube Dunia Manji beberapa waktu lalu.
Meski belakangan dalam beberapa interview, Edi mengaku bahwa kaos yang menyindir SO7 kala itu cuman iseng, yang mana hanya ingin mencari sensasi.
Tidak sampai di sana, bahkan di daerah Jogja tempat SO7 lahir, band tersebut juga awalnya tidak digemari banyak orang. Hal tersebut seperti dituturkan oleh Erix Soekamti dalam channel YouTubenya.
Sampai di sini rasanya kita bisa sepakat bahwa klaim Sheila On 7 adalah band tanpa haters tidak benar adanya.
Jika misalnya ada yang berkomentar, “Itu kan dulu, sekarang gak lagi,” nampaknya tidak seratus persen benar juga.
BACA JUGA: Ditantang Hotman Paris Tentang Video Telanjang Venna Melinda, Adik Ferry Irawan Kompak Membantah
Dalam konser tunggal Sheila On 7 pada 28 Januari lalu mereka menerima kritik pedas dari komedian sekaligus wartawan musik Soleh Solihun.
Soleh dalam postingan Instagramnya menceritakan pengalaman menonton konser Sheila On 7. Ia mengaku bahwa terakhir kali menyaksikan SO7 manggung itu 11 tahun lalu, saat ada konser ulang tahun band tersebut di Jogja.
Sebelas tahun berlalu, akhirnya ia bisa menonton Duta, dkk lagi di konser tunggal mereka yang digelar di JIExpo Kemayoran, Jakarta.
Namun, Soleh merasa resah karena terdapat satu lagu yang menurutnya aransemen lagu tersebut tidak pas. Lagu yang dimaksud adalah Sebuah Kisah Klasik.
Anda pasti familiar dengan lagu satu ini, sering diputar pada saat acara kelulusan SMA sampai dimasukkan ke dalam sejumlah film dokumenter putih abu-abu.
Banyak orang menyukai lagu itu karena ia mempertebal kesedihan akan kehilangan teman. Namun di satu sisi merayakannya dengan penuh suka cita. Satu kontradiksi perasaan yang membuat lagu itu berkesan.
Hal tersebut juga dikatakan oleh Soleh Solihun dalam postingan Instagramnya. Ia menyayangkan aransemen lagu “Sebuah Kisah Klasik” justru cuman ada sisi cerianya saja. Bahkan terkesan jadi lagu party.
BACA JUGA: Wulan Guritno Semakin di Depan, Potret Seksi Bangun Tidur Meresahkan Netizen Budiman
“Keresahan saya cuma satu: wahai @erosscandra kenapa “Sebuah Kisah Klasik” aransemennya jadi ceria kayak lagu party? Padahal daya tarik lagu itu adalah kontradiksi nuansa sendu dan optimisme yang bercampur di satu lagu,” ungkap Soleh di Instagram pribadinya @solehsolihun pada 29 Januari 2023.
Meski dikritik, Sheila On 7 melalui Eross Candra menanggapinya dengan santai dan mengatakan kalau nanti aransemen Sebuah Kisah Klasik yang khas itu dapat dibawakan khusus untuk Soleh.
“Iya juga ya…akan disendukan lagi khusus untuk kang Soleh deh,” jawab Eross Candra dengan tawa melalui akun Instagram pribadinya @erosscandra.
Di postingan Soleh juga tampak terdapat fans SO7 yang mengaku menyayangkan sikap Sheila On 7, yang dengan mudahnya mendepak para personilnya. Seperti yang dirasakan oleh sang drummer, Brian.
Walaupun para fans harus paham bahwa pasti ada hal-hal berat yang mereka lalui sehingga mengeluarkan Brian.
Poin yang bisa diambil dari semua kritikan yang diterima Sheila On 7 adalah pernyataan bahwa band ini bukanlah band yang tidak memilki haters. Justru, komentar-komentar yang tidak menyukai karya SO7 sebenarnya ada dan sangat dibutuhkan oleh band tersebut.
Kita tahu bahwa setelah SO7 dikritik pada awal kemunculannya, mereka segera berbenah dan tampil lebih profesional. Ketika lagu-lagu Eross dicibir kala itu, kini ia bisa membuktikan bahwa musiknya bisa diterima oleh masyarakat luas dan buktinya kita masih mendengarnya hingga saat ini.
Bayangkan, band yang tidak terlalu gembar-gembor di media sosial bisa menjual tiket konser tunggalnya dalam waktu kurang lebih 30 menit.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.