“Sahabat hingga akhir”, begitulah janji yang diikrarkan oleh dua bocah laki-laki bernama Bobby (Lonnie Chavis) dan Kevin (Ezra Dewey). Mereka sedang dalam perjalanan pulang dari sekolah dan memutuskan untuk beristirahat sejenak di bawah sebatang pohon sambil berbincang. Setelah saling mengungkapkan impian satu sama lain, mereka pun sepakat untuk berlatih bisbol di tempat itu.
Pada satu kesempatan, Kevin gagal menangkap bola yang dilemparkan oleh Bobby. Ia mencari bola tersebut hingga memasuki hutan kecil di sekitar tempat mereka berlatih. Namun, hingga beberapa saat lamanya, Kevin tak kunjung kembali.
BACA JUGA: CEK FAKTA: Hari Ini Sule dan Nathalie Holscher Umumkan Kabar Rujuk, Benarkah?
Mendapati sahabatnya yang tak kunjung muncul, pun tak menyahuti seruannya, Bobby berinisiatif menyusul. Ia sempat menemukan bola yang mereka gunakan untuk berlatih tetapi tidak melihat siapa pun di sekitar tempat itu. Suasana hutan begitu lengang, gelap dan suram.
Ketika sedang berusaha menemukan Kevin, tiba-tiba Bobby diserang oleh seseorang misterius hingga jatuh pingsan. Begitu siuman, Bobby mendapati dirinya dan Kevin berada dalam bagasi mobil dengan kondisi mulut tertutup dan kedua tangan terikat.
Seseorang yang tidak diperlihatkan wajahnya kemudian membawa Kevin keluar dari bagasi, sementara Bobby ditinggalkan begitu saja.
Dengan susah payah, Bobby akhirnya berhasil melepaskan diri. Begitu keluar dari bagasi, Bobby mendapati dirinya berada di kawasan ladang minyak di tengah hutan. Ia bermaksud meninggalkan tempat itu. Namun, niat itu ia urungkan ketika mendengar suara teriakan Kevin yang berasal dari sebuah rumah. Bobby bertekad untuk menyelamatkan sahabatnya.
Melalui kaca jendela yang ia pecahkan, Bobby berhasil memasuki rumah di mana Kevin berada dan menemukan ruangan tempat Kevin disekap. Bobby melakukan berbagai cara untuk membuka ruangan itu. Sayang, ia tertangkap basah oleh Creep (Micah Hauptman), laki-laki yang bertugas mengawasi Kevin.
Creep berusaha menenangkan Kevin dan menawarkan bantuan, tetapi Kevin menolak karena masih dihantui perasaan takut. Aksi negosiasi terjadi begitu menegangkan.
Suatu kesalahan tak disengaja membuat Creep kehilangan nyawanya. Bobby yang merasa bersalah atas kematian Creep, hanya bisa menangis dan menyesali tindakannya. Padahal ia sendiri tidak tahu apakah Creep benar-benar bermaksud membantu atau justru ingin menjebaknya.
Aksi "bermain kucing-kucingan" kembali terjadi ketika seseorang yang diduga sebagai dalang penculikan mendatangi rumah itu. Upaya yang Bobby lakukan untuk bersembunyi, justru membawanya menemukan fakta-fakta yang dirahasiakan oleh si penculik.
The Boy Behind the Door menyajikan ketegangan maksimal melalui sudut pandang protagonis yang unik. Berfokus pada teknik eksplorasi ruang terbatas dan minim dialog, membuat durasi yang hanya 88 menit terasa padat, tidak bertele-tele sekaligus tidak membosankan.
Pemilihan warna tone kelam serta musik latar bernuansa muram memberikan efek petualangan yang mencekam. Ditambah lagi dengan trik kamera yang menyembunyikan wajah si penculik dari awal hingga pertengahan film yang membuat penonton menduga-duga siapa sosok itu.
Adegan-adegan yang menampilkan sisi polos dan keterbatasan seorang bocah juga tidak kalah menguras emosi. Misalnya pada saat Bobby secara tidak sengaja menyenggol rak buku yang menyebabkan jatuhnya bola transparan dari sana, atau pada tindakan Bobby yang tidak memperingatkan petugas keamanan mengenai bahaya yang ada di balik pintu, juga pada sejumlah aksi-aksi lamban Bobby lainnya yang membuat saya geregetan dan tanpa sadar melontarkan penyesalan mengapa ia tidak melakukan ini dan itu. Padahal sejatinya memang seperti itulah kinerja seorang anak-anak.
Menurut saya, David Charbonier dan Justin Powell selaku sutradara, berhasil mengemas alur dan tema sederhana menjadi tontonan berkesan dengan twist mencengangkan. Dua sineas muda asal Amerika itu tahu bagaimana mempermainkan perasaan penonton dengan menyuguhkan adegan-adegan yang mendebarkan secara bertubi-tubi, seolah-olah penonton sengaja tidak diberi kesempatan rehat barang sekejap pun.
Kesuksesan film The Boy Behind the Door tentu tak lepas dari akting para pelakonnya, khususnya duo aktor cilik selaku pemeran utama. Lonnie Chavis dan Ezra Dewey patut diacungi jempol atas kesuksesannya memerankan karakter Bobby dan Kevin.
BACA JUGA: Ungkapan Hati Aldila Jelita untuk "Calon Mantan Suami" Indra Bekti: Terima Kasih
Film ini cocok ditonton oleh segala usia. Namun, saya menyarankan adanya pendampingan orang tua untuk anak di bawah umur. Meski tidak ada adegan dewasa, film ini mengandung adegan berdarah pada saat Creep terbunuh.
The Boy Behind the Door mengusung tema persahabatan yang dikemas dengan pengorbanan dan perjuangan. Melalui film ini, saya mengerti makna kesetiakawanan yang sesungguhnya.