Selama ini, fakta yang saya ketahui tentang rendang hanya sebatas "makanan khas Sumatra Barat berupa olahan daging berbumbu hitam kecokelatan". Ternyata, ada begitu banyak hal menarik seputar rendang yang jarang terekspos publik. Misalnya mengenai sejarah yang melatarbelakangi terciptanya rendang itu sendiri, asal-usul penamaan, jenis-jenisnya, perannya dalam kehidupan adat masyarakat Minangkabau, serta filosofi yang terkandung di dalamnya.
Dalam buku nonfiksi berjudul Randang Bundo, Wynda Dwi Amalia mengupas serba-serbi rendang secara mendalam. Namun, jangan khawatir, buku ini disajikan dengan cara menarik sehingga para pempaca tidak akan merasa bosan.
Identitas Buku dan Blurb
- Judul buku : Randang Bundo
- Penulis : Wynda Dwi Amalia
- Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
- Tahun terbit : 2019 (cetakan pertama)
- Jumlah halaman : 120 halaman
- Genre : nonfiksi
Ini adalah buku resep rahasia milik bundo dan di dalam buku ini terdapat berbagai tips pembuatan rendang yang telah digunakan sejak zaman dahulu, serta tertulis berbagai info yang mungkin belum banyak orang ketahui. Sang bundo menulis buku resep ini agar nantinya bisa diturunkan kepada generasi masa depan. Ssst... dan ini sangat rahasia.
Tentang Penulis
Wynda Dwi Amalia merupakan perempuan berdarah Minang murni yang lahir di Magelang. Perempuan kelahiran 12 Maret 1995 ini menempuh pendidikan di President University dan mengambil jurusan Desain Komunikasi Visual.
Kecintaan Wynda terhadap masakan lokal mendorongnya untuk mengangkat tema rendang sebagai tugas akhir. Tujuannya sederhana, supaya masyarakat Indonesia bisa mengetahui cita rasa asli dari masakan yang kelezatannya telah diakui dunia tersebut.
Ketika sidang perkuliahan telah rampung, Wynda mengirimkan Randang Bundo ke pihak Gramedia.
Ulasan Buku
Jujur saja, ketika pertama kali melihat sampul dan membaca judulnya, saya menduga buku Randang Bundo adalah novel fiksi. Bukan tanpa alasan, desain sampul buku ini eye catching dan judulnya juga jauh dari kesan nonfiksi.
Buku ini terbit pada tahun 2019 di bawah naungan Gramedia Pustaka Utama. Penulis membagi buku dalam 5 bab, yaitu Mengenal Randang, Warna-warni Randang, Perkenalan Bahan Baku, Pengolahan Randang, dan Varian Randang. Masing-masing bab memiliki sub bab yang menggenapi buku ini menjadi 120 halaman.
Kenapa judul utama dan judul bab menggunakan kata "randang", bukan "rendang" seperti yang lazim digunakan masyarakat dan sudah tercantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)?
Menurut penulis, nama asli dari makanan khas Minang yang telah mendunia itu memang Randang, dan demikianlah masyarakat setempat menyebutnya. Nama "Randang" berasal dari kata "merandang", yaitu memasak santan hingga kering secara perlahan. Hal tersebut merujuk pada proses pembuatan rendang itu sendiri.
Selain asal-usul penamaan, Wynda Dwi Amalia juga mengungkapkan bahwa tidak ada yang mengetahui dengan pasti kapan dan di mana pertama kali rendang tercipta. Namun, para peneliti mengatakan rendang telah ada sejak abad ke-16.
Buku Randang Bundo juga mengulas keterkaitan rendang terhadap budaya dan adat istiadat masyarakat Minangkabau. Dari buku ini saya mengetahui bahwa ternyata rendang memiliki posisi terhormat dalam kehidupan masyarakat di sana. Proses pembuatannya pun tidak sesederhana yang saya ketahui selama ini, melainkan jauh lebih sakral dan filosofis.
Dari keseluruhan isi buku, yang paling membuat saya tercengang adalah fakta mengenai varian rendang. Ternyata, ada banyak jenis rendang yang lahir dari berbagai daerah di Sumatra Barat. Jenis-jenis tersebut berkaitan dengan bahan utama pembuatan rendang yang kemudian menjadi makanan khas daerah asalnya.
Hal-hal terkait pembuatan rendang juga dipaparkan secara rinci pada buku ini. Mulai dari bahan utama, bumbu-bumbu, sampai proses memasak. Penulis juga membagikan berbagai tip dan trik seputar pemilihan bahan dan bumbu, pengolahannya, bahkan teknik perapian ketika memasak.
Bagi kamu yang tertarik untuk mengenal rendang lebih mendalam, buku ini saya rekomendasikan.