Bulan Desember telah tiba, dan sebentar lagi kita akan segera memasuki tahun yang baru. Tahun baru menjadi waktu yang tepat untuk merefleksikan diri dan merencanakan hal-hal baik yang ingin dicapai.
Jika kamu ingin memulai perubahan dalam hidup di tahun yang baru yang akan datang, berikut adalah beberapa rekomendasi buku self-improvement tipis-tipis yang dapat kamu baca di awal tahun.
1. Semoga Kamu Baik-Baik Saja - Marcella Viona Legoh

Buku "Semoga Kamu Baik-Baik Saja" merupakan buku self-improvement yang mengulas tentang lika-liku kehidupan. Sang penulis, Marcella, membagikan pengalaman pahit manis kehidupannya ke dalam buku ini.
Yang namanya hidup, pasti ada naik turunnya. Terkadang kita bisa penuh semangat, kadang juga bisa merasa sangat putus asa. Namun, baik buruknya sebuah kehidupan, selalu ada pesan-pesan tersirat yang membantu kita untuk tumbuh dan menjadi lebih kuat. Dengan adanya buku "Semoga Kamu Baik-Baik Saja", bisa menjadi pengingat untuk tetap menikmati setiap momen, baik dari apa yang sedang kita jalani maupun yang sedang kita alami.
Dalam bukunya, Marcella mengajak pembaca untuk berdialog dengan santai mengenai penerimaan diri, tidak memaksakan diri pada sesuatu secara berlebihan, merangkul kebahagiaan dalam bentuk apapun, serta mensyukuri segala hal yang kita miliki saat ini.
Buku yang diterbitkan pada tahun 2021 ini dikemas dengan desain penuh warna, font yang unik, dan dihiasi ilustrasi yang menggemaskan. Meskipun pesan yang disampaikan cukup dalam, namun gaya bahasa yang digunakan cukup santai sehingga kita bisa dengan mudah memahami maksud tulisannya hanya dengan sekali baca.
2. Butterfly Hug - Tenni Purwanti

Buku "Butterfly Hug" mengisahkan pengalaman hidup sang penulis, Tenni Purwanti, sebagai seorang penyintas gangguan kecemasan. Tenni merinci pengalaman tersebut dalam enam bab, dimulai dari permasalahan serangan panik yang ia alami selama beberapa kali, perjalanannya menyembuhkan diri dengan bantuan psikiater dan psikolog, bagaimana ia berdamai dengan masa lalu dan menjadi seorang penyintas, hingga pemberian wawasan tentang peran caregiver di sekitar penyintas.
Selama proses pemulihannya, Tenni sering melakukan metode butterfly hug, karena terbilang mudah dan ada hasilnya. Dengan memeluk diri sendiri, hal ini membantu kita menstabilkan emosi dan menciptakan ketenangan dengan mengalihkan fokus pada kondisi "here and now".
Di samping itu, buku "Butterfly Hug" mengajarkan bahwa orang pertama yang dapat menyelamatkan dan menyembuhkan kita saat sakit adalah diri kita sendiri. Buku ini juga menegaskan pentingnya untuk tidak melakukan diagnosa sendiri (self-diagnose). Meskipun Tenni menjelaskan kondisinya dengan cukup rinci dan runtut, namun bahasa yang digunakan tetap sederhana, sehingga dapat membantu pembaca untuk memahami dirinya sendiri juga.
Dengan adanya buku ini, Tenni berharap pengalamannya sebagai penyintas dapat lebih membantu daripada hanya menuliskan kata-kata positif dan optimisme. Tenni juga berharap agar orang-orang bisa memeluk dirinya sendiri sebelum menerima pelukan dari orang lain.
3. The Lyrics of Acceptance - R. Yuki Agriardi

Bagi para penggemar seni, buku "The Lyrics of Acceptance" mungkin cocok untukmu. Buku ini memuat gambar-gambar dari periode 2017-2019, disertai dengan serangkaian tulisan sederhana. Buku ini merupakan bagian dari seri karya terbaru berjudul "Future Habitat of Happiness" oleh Yuki. Karya ini muncul dari proses pencarian kesejahteraan batin manusia dengan memahami diri sendiri dan segala kegaduhan yang dirasakan dalam diri manusia.
Melalui proyek seni ini, Yuki berusaha untuk sepenuhnya memahami kehidupan manusia setelah perjuangannya mengatasi gelombang kecemasan. Yuki berpendapat bahwa tidak baik untuk menyimpan hal-hal yang menyakitkan maupun yang menyenangkan di dalam hati. Ada baiknya kita membagikannya pada orang terdekat atau mengungkapkannya melalui seni seperti menggambar.
Sebagai seorang seniman, Yuki dikenal sering membuat karya dengan warna biru dan gambar binatang. Namun, dalam buku "The Lyrics of Acceptance", ia menggabungkan berbagai warna. Yuki menyatakan bahwa setiap fase menuju penerimaan diri tidak bisa direduksi ke satu perspektif, alasan, atau masalah.
Meskipun buku ini tidak memberikan solusi, namun Yuki membagikan perspektifnya sebagai seorang seniman yang sedang berjuang untuk membangun kesadaran tentang penerimaan diri.
4. Sabar Paling Dalam - Fajar Sulaiman

Buku "Sabar Paling Dalam" merupakan buku self-improvement yang dikemas dalam bentuk puisi yang indah dan menyentuh hati, sehingga pembaca bisa merasakan emosi dan pesan yang ingin disampaikan oleh penulis. Buku ini memuat pengalaman-pengalaman pribadi penulis dan orang-orang di sekitarnya yang menghadapi kesulitan hidup, seperti kehilangan, kekecewaan, kesedihan, keputusasaan, kelelahan, dan lain-lain.
Buku berjumlah 204 halaman ini bisa menjadi teman yang menenangkan di saat hidup sedang tidak baik-baik saja. Fajar mengajak pembaca untuk tidak menyerah dalam menghadapi kesulitan hidup dan menginspirasi mereka bahwa kesulitan hidup yang dialami akan membentuk mereka menjadi sosok yang lebih kuat.
Sesuai dengan judulnya, buku ini juga mengajarkan pembaca tentang makna dari kesabaran, dan bagaimana kesabaran tersebut bisa menjadi tameng untuk membangun kekuatan dan keteguhan diri dalam menghadapi kesulitan hidup.
5. Book of Multitasking - Gyta Sartika

Buku "Book of Multitasking" karya Gyta adalah buku yang cocok untuk kamu yang sedang belajar mengelola diri dan ingin bisa memahami kemampuan diri dengan lebih baik.
Meskipun banyak orang menginginkan kemampuan multitasking, pada kenyataannya, multitasking sebenarnya dapat mengurangi efisiensi dan kualitas pekerjaan. Otak manusia cenderung lebih efektif ketika fokus dengan satu tugas pada satu waktu. Dan ketika kita beralih ke tugas lain di waktu yang bersamaan, otak kita akan bekerja lebih ekstra untuk menyesuaikan diri dan kembali memfokuskan perhatian pada tugas baru. Hal ini justru dapat mengakibatkan kelelahan mental.
Buku dengan total 106 halaman ini ditulis dengan bahasa yang hangat, kata demi katanya dipenuhi dengan kalimat yang menyenangkan untuk dibaca, sehingga pembaca bisa memperoleh wawasan dan manfaat dari buku ini.
6. Hidup Tanpa Overthinking - Devanti Amara

Buku "Hidup Tanpa Overthinking" merupakan buku self-improvement yang mengajak pembaca untuk menghindari kecenderungan berpikiran berlebihan atau yang lebih kita kenal dengan istilah overthinking.
Hampir setiap hari, kita sering mengalami momen di mana pikiran kita melayang tanpa arah yang jelas. Ada terlalu banyak hal yang kita pertimbangkan, hingga akhirnya kita pun merasa stres, kurang percaya diri, dan menjadi kalut karena terlalu sibuk memikirkan dan merasa khawatir terhadap hal-hal yang belum pasti terjadi. Akibatnya, ketakutan dan keraguan tersebut pun menghalangi kita untuk melangkah maju.
Dalam bukunya, Devanti menyatakan bahwa sebagai manusia yang hidup di tengah berbagai ketidakpastian, wajar jika kita suka berpikir berlebihan, tetapi jangan terlalu lama karena dapat menghambat kita untuk mengambil tindakan konkret dan membuat keputusan yang efektif.
Devanti juga mengajak pembaca untuk mulai menciptakan kebahagiaan sendiri. Karena sebenarnya, kebahagiaan itu tidak berada jauh dari diri kita, melainkan berada di dalam pikiran kita.
7. Emotional Blackmail - Zhou Mu-Zi

Buku "Emotional Blackmail" ini cocok untuk kamu yang pernah merasa tidak enak untuk menolak karena ingin membuat orang lain bahagia, sulit mengungkapkan hal yang kamu tidak suka ke orang lain karena takut menyakiti hati mereka, dan merasa kurang percaya diri.
Secara tidak sadar, sikap baik yang kita berikan secara berlebihan tersebut membuat kita mengalami pemerasan emosional. Para korban pemerasan emosional kebanyakan memiliki anggapan bahwa mereka bertanggung jawab terhadap apa yang orang lain rasakan.
Buku sebanyak 194 halaman ini tidaklah berat untuk dibaca, karena penulis menggunakan bahasa yang mudah dimengerti untuk orang awam. Isinya yang padat dan tidak bertele-tele membuat buku ini ringan untuk dibaca.
Melalui buku "Emotional Blackmail", Zhou Mu-Zi, penulis sekaligus seorang psikolog, tidak hanya ingin membuka wawasan tentang kesehatan mental saja, melainkan juga memberikan pandangan baru tentang bagaimana cara menanggapi orang lain dan membuat batasan pada diri sendiri supaya kita bisa kembali memegang kendali atas hidup kita sendiri.
8. Siapa yang Datang ke Pemakamanku Saat Aku Mati Nanti? - Kim Sang-Hyun

Buku "Siapa yang Datang ke Pemakamanku Saat Aku Mati Nanti?" sekilas terdengar seperti novel dengan tema gelap dan berat untuk dicerna, tapi kenyataannya, ini adalah buku self-improvement yang mengajak pembaca untuk menajalani hidup dengan baik dan maksimal supaya mereka tidak menyesalinya di masa depan.
Beberapa topik yang dibahas oleh Kim Sang-Hyun dalam buku ini di antaranya yaitu kesalahan dalam hidup, keegoisan, sifat baik terhadap sesama, rasa gugup, mimpi, penilaian terhadap orang lain, dan definisi kebaikan menurut sang penulis.
Kim Sang-Hyun menulis buku ini dalam bentuk kalimat-kalimat panjang yang mudah dicerna dan dikemas dengan cara yang empatik terhadap pembacanya. Bukannya menggurui, buku ini justru berusaha menginspirasi pembaca untuk menjalani hidup sebaik dan semaksimal mungkin.
Dalam buku dengan total 252 halaman ini, kamu akan menemukan beragam emosi dan perasaan yang penulis rasakan. Selain itu, buku ini banyak menceritakan peristiwa dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini membantu pembaca untuk mencoba menerapkan apa yang telah dijelaskan penulis karena mereka dapat membayangkan peristiwa tersebut dengan mudah.
9. Aku Bukannya Menyerah, Hanya Sedang Lelah - Geulbaewoo

Buku "Aku Bukannya Menyerah, Hanya Sedang Lelah" merupakan buku self improvement yang cocok dibaca bagi orang-orang yang sering merasa lelah dengan kehidupan, baik karena masalah ekonomi, pekerjaan, cinta, dan masalah lainnya. Buku ini juga cocok untuk mereka yang sedang merasa jenuh dan butuh ruang untuk menenangkan dirinya.
Dalam hidup, ada saat-saat di mana kita merasa kelelahan, merasa tidak berdaya, dan merasa bersalah terhadap situasi tertentu. Seringkali kita juga merasa belum memberikan yang terbaik, meskipun telah berupaya sebaik mungkin. Melalui buku ini, Geulbaewoo ingin menyampaikan kepada pembaca bahwa perasaan lelah yang dialami orang-orang dan keinginan untuk beristirahat bukanlah sesuatu yang salah.
Membaca buku sebanyak 250 halaman ini tidak akan terasa membosankan karena penulis menyajikan tulisannya dengan jelas, tidak panjang dan bertele-tele, sehingga memudahkan pembaca untuk memahami maksud dari tulisan tersebut.
Dengan membaca buku ini, penulis berharap bisa membantu mereka yang merasa lelah untuk dapat beristirahat sejenak dan menemukan hal-hal yang mereka sukai, serta merenungkan perjalanan hidup yang telah dilalui.
Nah, itulah beberapa rekomendasi buku self-improvement tipis-tipis yang bisa kamu baca di awal tahun. Buku-buku tersebut tidak terlalu tebal dan bisa dibaca dalam waktu singkat, sehingga cocok bagi kamu yang memiliki waktu luang yang terbatas. Selamat membaca!
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.