Film horor "Paku Tanah Jawa" merupakan hasil kolaborasi yang menarik antara Loop Entertainment dari Indonesia dan Armani Entertainment dari Malaysia. Dibuat oleh sutradara Bambang Drias, film ini mencoba mengangkat kisah mistis urban legend di Pulau Jawa.
Dengan durasi 100-an menit, "Paku Tanah Jawa" menampilkan sejumlah bintang: Masayu Anastasia sebagai Handini, Gisellma Firmansyah memerankan Ningrum, Landung Simatupang jadi Kanjeng Semanu, lalu ada Wafda Saifan Lubis sebagai Jalu, kemudian Pritt Timothy sebagai Kyai, dan masih banyak bintang pendukung lainnya.
"Paku Tanah Jawa" mengangkat kisah mistis urban legend yang berpusat di Pulau Jawa, khususnya di Gunung Tidar. Ceritanya fokus pada tema pesugihan, di mana Handini, sinden yang menjadi primadona desa, mencari pesugihan dengan perjanjian gaib untuk melancarkan usaha sanggarnya.
Anak Handini, Ningrum, merasa hidupnya semakin sulit ketika cinta rahasianya, Jalu, terjebak sebagai tumbal baru Handini. Teror demi teror mulai menyerang Ningrum, dan dalam kegelisahan, dia meminta bantuan kepada seorang Kyai. Sang Kyai memberikan sebuah tombak sakti bernama Paku Tanah Jawa kepada Ningrum. Untuk apa benda pusaka itu? Tontonlah.
Ulasan:
Sinopsis yang memikat itu, rupanya luntur seketika saat film diputar. Dari awal hingga akhir, alurnya sangat mengambang, dan hanya butuh di akhir film, keseruan baru benar-benar terjadi, meskipun harus tercoreng oleh penampakan setan yang sangat merusak impresiku.
Sangat disayangkan. Film ini seharusnya menjadi kebanggaan atas kerja sama sineas dalam negeri dan Malaysia. Namun, bagiku, film ini nggak memenuhi harapan itu. Terlalu kacau.
Seperti kukatakan barusan, film ini hanya punya keseruan di akhir cerita. Sepanjang durasi film, dari awal hingga akhir, kisahnya terasa seperti muter-muter tanpa arah yang jelas. Jujur saja aku sangat bosan dan hampir kehilangan minat seiring dengan perkembangan ceritanya yang nggak terarah.
Aku paham betapa sulitnya membuat film, tapi biar bagaimanapun, sejatinya film dibuat adalah berfungsi untuk menghibur. Namun, bukannya menghibur malah bikin menyesal sudah nonton.
Pada dasarnya, mau sepanjang apa pun durasi sebuah film, jika bagus, biarpun durasinya pendek, pastinya akan meninggalkan kesan tersendiri, atau bahkan bikin nagih buat ditonton ulang. Sayangnya, meskipun memiliki durasi yang nggak terlalu menyita waktu, cerita dalam film yang disajikan, sungguh monoton dan nggak mengalir dengan baik. Rasa-rasanya, keluar dari bioskop dan duduk di kafe itu lebih baik ketimbang duduk menikmati film yang dari berbagai sisi lebih banyak kekacauannya.
Ditambah penampakan hantu dalam film ini yang sama sekali nggak menakutkan, malah bikin mau ngakak saja. Efek visual yang digunakan untuk menampilkan hantu kurang mengesankan, sehingga nggak mampu memberikan ketegangan yang diharapkan dalam sebuah film horor.
Satu-satunya hal yang mungkin bisa dinikmati oleh penonton, termasuk diriku, adalah penampakan ular-ular yang terlihat sangat nyata dan menyeramkan (sepertinya menggunakan ular sungguhan yang berukuran besar dan panjang). Namun, hal ini nggak cukup untuk menyelamatkan keseluruhan film dari kegagalan.
Sementara itu, meskipun film ini melibatkan beberapa nama besar seperti Masayu Anastasia, penampilan seluruh deretan pemain terasa kurang memuaskan. Bahkan, kehadiran Masayu Anastasia pun nggak mampu menyelamatkan film ini dari kesan "biasa saja".
Okelah kalau begitu, "Paku Tanah Jawa" bagiku film yang mengecewakan. Meskipun memiliki potensi untuk menjadi sebuah karya yang membanggakan atas kerjasama antar sineas, tapi hasil akhirnya kurang banget. Dengan alur cerita biasa saja, penampakan hantu yang boro-boro bikin bulu kuduk berdiri, dan penampilan pemain yang biasa-biasa saja, film ini nggak mampu memberikan pengalaman nonton yang memuaskan.
Skor dariku cukup: 3/10. Anggaplah film ini selamat atas penampilan Masayu Anastasia yang sudah lama vakum dan cukup dirindukan penggemarnya. Buatmu yang penasaran dan ingin membuktikan filmnya seperti apa, silakan ditonton ya. Selamat nonton.