Dunia webtoon romansa kerajaan tak pernah kekurangan kisah tentang cinta, luka masa lalu, dan karakter yang kompleks. Namun Cry, or Better Yet, Beg bisa dibilang paket komplit. Mulai dari visual yang memukau, alur penuh emosi, dan karakter yang menyentuh sisi paling lembut dari pembaca. Dijamin bakal gregetan sendiri kalau mengikuti kisah mereka berdua!
Ditulis oleh Solche, penulis novel terkenal seperti The Villainess Lives Again dan The Lady and the Beast, serta digambar dengan begitu detail dan ekspresif oleh kreator Van Ji, webtoon ini menyuguhkan kisah yang memikat sejak episode pertama.
Layla Llewellyn: Gadis yang Terlalu Tulus untuk Dunia Seperti Ini
Layla Llewellyn bukanlah heroine klise. Ia yatim piatu, berasal dari keluarga miskin. Sejak usia 12 tahun harus berpindah-pindah dari satu kerabat ke kerabat lain yang hanya ingin “berbagi beban”—bukan kasih sayang. Ia belajar menjadi ringan, tak merepotkan, bahkan membatasi makannya sendiri agar tak diusir. Tapi dunia tak pernah cukup ramah padanya.
Sampai akhirnya ia dikirim ke Bill Remer, seorang tukang kebun di wilayah kekuasaan Duke Herhardt. Dari sinilah kisah Layla mulai bertumbuh—dan menyesakkan.
Gadis ini manis, ceria, dan tangguh. Tapi semua keceriaan itu seperti bunga yang mekar di musim dingin: indah sekaligus rapuh. Ia bukan gadis lemah, tapi pembaca bisa merasakan betapa keras ia berusaha untuk tetap tersenyum, agar tidak ditolak lagi oleh dunia.
Matthias von Herhardt: Duke Muda Arvis yang Berdarah Dingin
Matthias menjadi Duke sejak usia 12. Segala sesuatu dalam hidupnya adalah disiplin, kontrol, dan kesempurnaan. Ia bukan pria lembut. Ia bukan penyelamat yang datang dengan cahaya keemasan. Ia justru tertarik pada air mata Layla. Obsesi? Mungkin. Trauma masa kecil? Sangat mungkin. Tapi satu hal pasti: kehadiran Layla mengguncang semua dinding kokoh yang telah dibangun Matthias selama hidupnya.
Interaksi antara keduanya bukanlah kisah cinta manis penuh bunga. Ini kisah tarik-ulur yang pelik, penuh kesalahpahaman, dorongan batin, dan perasaan yang lambat laun merekah dalam ketegangan.
Layla Llewellyn dan Matthias von Herhardt: Kisah Segitiga, atau Segi Empat?
Tentu, tak lengkap rasanya tanpa kehadiran pihak ketiga. Atau keempat. Matthias bertunangan dengan Lady Claudine Brandt, wanita bangsawan yang elegan dan jelas menyukai kekuasaan.
Posisinya sebagai tunangan Duke Herhardt menjadikan sosok Lady Claudine Brandt tinggi di kalangan pergaulan sosial. Bahkan lebih tinggi dari posisi tuan putri Kekaisaran.
Meski tidak menyukai “pengganggu kecil” seperti perempuan lain. Lady Claudine Brandt cukup realistis untuk memilih kehadiran Layla Llewellyn di antara mereka.
Namun, kehadiran Kyle Ettman yang merupakan sahabat masa kecil Layla sekaligus tunangannya menggagalkan rencana Claudine. Kyle adalah pemuda yang selalu ingin melindungi Layla, bahkan saat gadis itu tak merasa layak untuk dilindungi. Meski tak setara Duke Herhardt, ia berasal dari keluarga bangsawan dan merupakan putra dari Dokter Ettman.
Konflik emosional yang dihadirkan bukan sekadar pertarungan cinta biasa. Cry, or Better Yet, Beg mempertanyakan: bagaimana mencintai seseorang yang telah hancur berkali-kali? Bagaimana caranya memulihkan seseorang yang tak tahu cara menerima kasih sayang?
Belum lagi kisah love-hate Layla Llewellyn dan Matthias von Herhardt yang menyayat hati. Keduanya adalah dua orang yang tak tahu bagaimana cinta yang sehat. Matthias yang terobsesi dengan air mata Layla, menjadikan gadis itu seperti burung kenari kuning yang harus ia patahkan sayapnya agar jinak di dalam sangkar.
Dan Layla, yang jatuh cinta pada pandangan pertama pada Matthias namun juga sadar bahwa ia membenci semua perlakuan lelaki itu padanya. Ia juga menyadari posisinya tak mungkin lebih dari "bukan apa-apa".
Webtoon ini cocok untuk kamu yang suka drama karakter, alur lambat tapi penuh tensi, dan visual yang indah luar biasa. Tapi hati-hati, kamu akan sering dibuat kesal, menangis, lalu... tetap membuka episode selanjutnya dengan gemetar tapi penasaran.
Cry, or Better Yet, Beg bukan hanya soal siapa yang akhirnya bersama siapa. Ini soal luka, penerimaan, dan harapan—yang hadir pelan-pelan, seperti Layla yang tersenyum walau hatinya remuk.