Tak banyak film dalam sejarah yang punya perjalanan selegendaris Blade Runner (1982). Proses produksinya terbilang tak mulus. Sang sutradara, Ridley Scott, dikenal perfeksionis, sementara pihak studio menginginkan visi yang sangat berbeda dari dirinya.
Hal ini pun membuat perjalanan film ini tak lepas dari campur tangan studio yang membuatnya mengalami berbagai revisi.
Total ada tujuh versi berbeda dari film Blade Runner yang sempat dirilis ke publik selama rentang waktu 25 tahun, hingga akhirnya berujung pada Final Cut yang resmi dirilis pada 2007.
Harrison Ford selaku bintang utama pun buka suara soal perdebatan panjang yang menyelimuti Blade Runner. Jawaban sang aktor sejalan dengan preferensi sang sutradara, yang mana ia lebih menyukai versi Blade Runner tanpa narasi suara latar.
“Saya menyukai versi Blade Runner yang tidak menggunakan narasi suara. Saat pertama kali membaca naskahnya, film tersebut memang disertai narasi. Namun, saya merasa kuat bahwa narasi itu tidak tepat untuk film ini. Saya memerankan seorang detektif, dan meskipun saya banyak berbicara soal pekerjaan sebagai detektif, karakter saya tidak benar-benar terlihat menjalankannya,” tutur Harrison Ford, dikutip dari Variety pada Rabu (6/8/2025).
Ia melanjutkan, “Karena itu, saya, Ridley, penulis naskah, dan seorang produser menghabiskan waktu sekitar tiga minggu di meja makan rumah saya, menyusun ulang informasi dari narasi agar dapat dimasukkan langsung ke dalam adegan.”
“Namun ketika film selesai, pihak Warner Bros. berkata, ‘Apa sebenarnya yang terjadi di film ini? Kami tidak memahami alurnya. Tolong beri penjelasan.’ Maka narasi itu pun diminta kembali. Saya merekam narasi tersebut sebanyak enam kali, dan tidak ada satu pun versi yang membuat semua pihak puas. Jadi saya merasa lega ketika film akhirnya dirilis tanpa narasi, karena saya percaya hal itu justru mendorong penonton untuk lebih hadir dan terlibat dalam cerita,” tutupnya.
Film ini sendiri mengambil setting di Los Angeles, California, pada tahun 2019. Di tengah bayang-bayang gedung pencakar langit yang menjulang di kota dystopian, seorang pemburu replicant veteran bernama Rick Deckard dipanggil kembali dari masa pensiunnya.
Tugasnya ialah memburu para Nexus-6 (replicant ilegal) yang mencuri pesawat luar angkasa dan kembali ke Bumi. Namun saat mengejar para makhluk itu, Deckard mulai terjebak dalam dilema moral.
Harrison Ford membintangi Blade Runner di puncak kariernya. Setahun sebelumnya tepatnya pada 1981, ia memerankan Indiana Jones dalam Raiders of the Lost Ark. Dua tahun setelahnya, ia tampil sebagai Han Solo di Return of the Jedi (1983).
Meski tidak sepopuler dua film lainnya, Harrison Ford sama sekali tidak menyesal pernah terlibat dalam proyek Blade Runner. Ia bahkan menyebut pengalamannya di sekuel tahun 2017 jauh lebih menyenangkan dibandingkan film pertamanya.
"Itu pengalaman yang luar biasa. Kami syuting selama 50 malam di tengah hujan—dan sebagian besar waktunya kami berada di luar ruangan. Rasanya cukup melelahkan, tapi filmnya tetap punya kekuatan sendiri," beber aktor berusia 83 tahun itu.
Ia lalu menambahkan, "Saya justru lebih menikmati proses syuting Blade Runner yang kedua dibanding film pertamanya, karena setidaknya waktu itu tidak hujan terus dan kami tidak harus bekerja di malam hari sepanjang waktu."
Harrison Ford kini tengah menikmati sorotan baru berkat perannya dalam serial Shrinking di platform Apple TV+. Lewat karakter Dr. Paul Rhoades yang ia mainkan, ia berhasil mendapat nominasi Emmy pertamanya.
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS