Ketika Stres Diam-Diam Bikin Tubuh Sakit, Dokter Indonesia Angkat Isu Ini ke Eropa

M. Reza Sulaiman
Ketika Stres Diam-Diam Bikin Tubuh Sakit, Dokter Indonesia Angkat Isu Ini ke Eropa
Ilustrasi stres, psikosomatik, jantung berdebar. (pixabay)

Banyak orang pernah mengalami keluhan fisik seperti jantung berdebar, nyeri lambung, atau migraine yang tidak kunjung sembuh meski hasil pemeriksaan medis normal. Kondisi ini sering kali berakar pada stres atau gangguan psikis, dan di sinilah psikosomatik berperan.

Pendekatan medis ini melihat tubuh dan pikiran sebagai satu kesatuan, sehingga perawatan tidak berhenti pada gejala fisik, tetapi juga menyentuh aspek emosional pasien.

Kesadaran global tentang pentingnya psikosomatik semakin meningkat, terlihat dari panggung European Academy of Psychosomatic Medicine (EAPM) Annual Congress 2025 di Munich, Jerman. Dalam forum ini, Indonesia ikut hadir lewat karya dr. Andri, Sp.KJ, FAPM, yang membagikan modul psikosomatik hasil 17 tahun perjalanannya di dunia psikiatri.

Ada beberapa hal yang membuat modul ini menarik perhatian internasional.

1. Dibangun dari Pengalaman Klinis Nyata

Modul ini bukan lahir dari teori di atas kertas, melainkan dari pengalaman panjang dr. Andri menangani pasien sejak 2010.

“Banyak kasus yang sebenarnya memerlukan pendekatan biopsikososial, tetapi seringkali terlewat karena kurangnya pemahaman,” kata dr Andri kepada Suara.com. Dari keprihatinan inilah modul psikosomatik mulai dirintis.

2. Tiga Pilar Utama: Konsep, Assessment, dan Manajemen

Struktur modul dirancang agar mudah diterapkan dalam praktik sehari-hari. Menurut dr. Andri, pilar pertama adalah pemahaman konseptual tentang psikosomatik. Kedua, keterampilan assessment klinis untuk mengenali pasien dengan keluhan fisik berulang yang tidak jelas penyebab medisnya.

Ketiga, manajemen holistik berbasis bukti, “mulai dari terapi wicara, teknik mindfulness, hingga farmakoterapi, yang telah terbukti efektif dalam praktik saya,” tulisnya.

3. Fokus pada Kasus Psikosomatik Lambung

Sejak 2015, dr. Andri memberi perhatian khusus pada pasien dengan keluhan lambung yang erat kaitannya dengan kecemasan. Fokus ini ia bawa ke Munich dan mendapat respons positif.

“Mereka penasaran, bagaimana kami mengintegrasikan pendekatan ini dalam sistem kesehatan primer yang padat,” ungkapnya.

4. Mendapat Apresiasi di Panggung Global

Poster ilmiah yang dipresentasikan dalam EAPM 2025 mengundang diskusi dari berbagai kolega internasional. Bagi dr. Andri, kesempatan ini menjadi bukti bahwa pengalaman lokal dari Indonesia bisa ikut mewarnai percakapan dunia.

“Membawa modul ini ke EAPM 2025 adalah sebuah kebanggaan. Ini adalah bukti bahwa inisiatif lokal yang lahir dari pengalaman klinis puluhan tahun dapat berkontribusi pada percakapan global,” ujarnya.

Psikiater dr. Andri, Sp.KJ, FAPM. (Dok. Pribadi)
Psikiater dr. Andri, Sp.KJ, FAPM. (Dok. Pribadi)

Meski mendapat sorotan internasional, dr. Andri menekankan bahwa inti psikosomatik tetap sederhana: hubungan manusiawi antara dokter dan pasien.

“Keluhan fisik yang bertahun-tahun tidak kunjung sembuh, akhirnya menemukan titik terang ketika pasien merasa benar-benar didengarkan dan dimengerti kondisinya,” tulisnya.

Kehadiran Indonesia di Munich menjadi pernyataan bahwa pengetahuan medis tidak selalu datang dari pusat akademik besar dunia, melainkan juga dari pengalaman lokal yang digarap serius. Modul psikosomatik yang lahir di ruang praktik Indonesia kini ikut mewarnai wacana global tentang kesehatan jiwa dan tubuh.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak