Mungkin kamu sudah tidak asing lagi dengan istilah bookstagrammer. Yup, kalau dilihat dari istilah tersebut, bookstagrammer merupakan gabungan dari dua kata yaitu “book” dan “Instagram”. Sementara bookstagrammer ini bisa dibilang sebagai selebgram pencinta buku. Tentu saja mereka yang menjadi bookstagrammer suka membaca buku, membuat review mengenai buku yang dibaca, serta menyiapkan gambar menarik, eye catching, dan aesthetic. Pada intinya akun para bookstagrammer isinya tak jauh-jauh dari seputar buku.
Kebanyakan foto buku yang dihasilkan oleh para bookstagrammer selalu cantik lho, tak heran kalau para pengguna Instagram yang melihat akun-akun tersebut akan menjadi tertarik untuk turut membaca buku yang baru saja mereka review. Mungkin kamu juga sudah pernah melihat hasil jepretan bookstagrammer luar negeri yang hasilnya bikin melting. Namun, karya bookstagrammer Indonesia juga tak kalah cantiknya, contohnya seperti akun @darklingreads dan @kristanti.tanti.
Berbagai foto dari kedua akun tersebut membuat saya tertarik untuk mencobanya sendiri. Tatanan feed Instagram yang rapi dengan foto-foto buku serta warna yang senada membuat tampilan akun tersebut terlihat manis. Ini menjadi poin plus bagi saya yang awalnya hanya ‘penikmat’ review novel.
Sebelum memahami kedua akun ini, saya memang sudah pernah diajari oleh Kak Kristanti pemilik akun @Kristanti.tanti dalam sebuah group menulis. Dia hadir sebagai guest start yang memberikan materi singkat. Akan tetapi, hal tersebut justru berhasil menggugah hati saya. Sehingga, saya langsung mengikuti akun miliknya dan mulai banyak tanya untuk bertanya bagaimana kelanjutan cara dalam menghasilkan foto eye catching untuk me-review buku. Pada akhirnya setelah mengetahui sedikit tips membuat foto ala bookstagrammer, saya pun mulai mencobanya sendiri.
Sebenarnya, banyak sekali kegiatan untuk mengisi waktu luang saat new normal, dari beberapa kegiatan wajib yang saya miliki, menjepret foto ala bookstagrammer menjadi salah satu yang menyenangkan dan paling seru. Saya ditantang untuk menemukan pernak-pernik ataupun perlengkapan tambahan sebagai hiasan saat memfoto buku.
Bukan hanya itu saja, saya juga harus mengorbankan lebih banyak waktu karena untuk mendapatkan satu foto yang eye catching ternyata cukup sulit juga. Misalnya karena pernak-pernik hiasan yang tidak sinkron, warna alas yang tidak tepat, pemilihan pencahayaan yang tidak pas, dan lain sebagainya.
Bahkan, saya juga merasakan bahwa punggung ini lumayan tidak baik-baik saja karena saat mengambil foto buku, saya harus membungkuk hingga 90 derajat. Menurut tipsnya, cara ini akan membuat saya lebih menghasilkan foto yang bagus dan tidak miring, walaupun itu artinya saya harus lebih banyak berjuang.
Hasil Jepretan Foto Novel
Selama ini, saya berpikir bahwa hasil foto buku yang keren tersebut murni hasil dari kamera yang mereka gunakan. Akan tetapi, setelah banyak bertanya dan mencari tahu, akhirnya saya paham bila mereka juga bisa menghasilkan foto yang aesthetic dan eye catching hanya menggunakan kamera ponsel yang resolusinya tidak terlalu tinggi alias biasa-biasa saja.
Sebagai finishing-nya mereka akan memanfaatkan aplikasi edit foto, sehingga mereka dapat menghasilkan foto yang lebih cantik. Namun, tentu saja para bookstagrammer juga sudah melakukan banyak upaya dalam menjepret foto buku yang akan digunakan, sebab editing biasanya hanya digunakan untuk mengedit efek, tingkat kecerahan, dan berbagai hal lain yang berkaitan dengan keduanya. Pastinya ini sangat memotivasi karena saya bisa tetap mencoba walaupun hanya berbekal kamera ponsel yang standar sekali.
Dari akun bookstagrammer saya jadi tahu kalau membaca tak hanya sekadar untuk dikonsumsi pribadi, tetapi saya juga bisa membagikannya kepada para pengguna media sosial. Karena itulah hobi menjepret foto buku ala bookstagram ini membuat saya lebih produktif untuk membaca. Sebab, setelah mengambil foto yang menarik dan cantik — mungkin ini menurut saya pribadi, saya harus memanfaatkannya untuk membuat sebuah review. Langkah ini juga bermanfaat untuk mengenalkan buku tersebut kepada lebih banyak orang.
Bahkan, sekadar membuat review saja saya harus lebih banyak berpikir dalam memilih kalimat yang tepat untuk menggambarkan bagaimana keseruan yang ada di dalam buku yang telah dibaca. Dengan begitulah usaha saya untuk mengambil foto yang cantik tidak akan sia-sia.
Pada awalnya, kegiatan baru ini memang terasa melelahkan karena saya mengalami banyak kegagalan. Akan tetapi, semua itu berbuah manis dengan sedikit pujian dan support dari teman-teman yang melihat story WhatsApp saya saat mengunggah foto buku hasil jepretan sendiri.
Tentu saja hal tersebut saya dapatkan setelah melalui berbagai percobaan dan menelan cukup banyak kegagalan. Ya, walaupun sampai saat ini saya juga belum bisa menghasilkan karya memukau sebagaimana bookstagrammer sesungguhnya. Akan tetapi, dengan terus mencoba saya berharap kemampuan saya dalam menjepret foto ala bookstagrammer ini semakin meningkat. Sehingga, saya bisa mengabadikan setiap buku yang saya miliki sekaligus memberikan rekomendasi bacaan menarik untuk para pencinta buku.
Kalau kamu mau menilik foto-foto keren karya para bookstagram, kamu bisa mengunjungi #bookstagrammerIndonesia atau #bookstagramIndonesia. Pasalnya, di sinilah surganya foto menarik tentang buku disuguhkan untuk memanjakan mata.
Pada intinya, apapun hobi yang kamu miliki tetaplah bersemangat untuk mencobanya, baik saat new normal atau bahkan setelahnya. Jangan merasa paling tidak berguna hanya karena menemukan satu atau dua kendala dan kegagalan saat mencoba hobi barumu. Itu hanya salah satu hambatan yang akan membuat jiwamu semakin kuat dan tangguh. Teruslah mencoba karena keberhasilan tidak datang hanya dari berdiam diri, melainkan usaha yang terus dilakukan walaupun itu artinya kamu harus berjuang lebih keras lagi. Yuk semangat bersama!