Setiap tim sepak bola pasti selalu memiliki gelandang andalan, jika Liverpool memiliki Steven Gerrrad, Chelsea ada Frank Lampard, Juventus mempunyai Pevel Nedved, Barcelona mempunyai Xavi dan Iniesta, maka, jika kamu bertanya pada penggemar Manchester United jawabannya pasti adalah Paul Scholes.
Mungkin tidak semua setuju, ada yang memilih Beckham, Roy Keane, Carrick, atau mungkin Park Ji Sung. Tetapi nama Paul Scholes akan selalu berada dalam daftar teratas. Terutama bagi para penggemar Manchester United era 90an.
Berikut 5 fakta Paul Scholes, gelandang jenius lulusan akademi Manchester United:
1. Dijuluki sebagai "THE EINSTEIN OF FOOTBALL"
Paul Scholes adalah salah satu pemain tengah kepercayaan Sir Alex Ferguson. Scholes dinilai memiliki kejeniusan diatas rata-rata sebagai gelandang sehingga dia mampu bermain handal dan konsisten selama bermain hampir 20 musim. Oleh karena itu banyak penggemar sepakbola dunia yang menyebut Paul sebagai “THE EINSTEIN OF FOOTBALL”.
Hingga saat tulisan ini terbit, semua bahkan sepakat bahwa belum ada satupun gelandang Manchester United saat ini yang mampu melampaui pencapaiannya. Lebih dari 20 trofi telah diberikan oleh Scholes untuk Manchester United.
2. Bagian dari The Class Of '92
Disadur dari thefamouspeople.com, Paul Scholes merupakan salah satu pemain yang berkilau pada generasinya. Dia dihargai karena perilaku di luar lapangan dan permainannya di lapangan hijau.
Keluarga Scholes pindah ke Langley, Greater Manchester saat Scholes berusia 18 bulan. Minat Scholes pada sepak bola tumbuh ketika dia masuk ke sekolah Dasar St Mary di Langley, Pada saat itulah dia mulai belajar memainkannya.
Pada usia 14 tahun, Scholes mulai berlatih dengan Manchester United. Hal itu terasa sangat membahagiakan baginya, karena tim ini merupakan salah satu tim yang terbaik di dunia.
Dia bergabung dengan Manchester United pada tahun 1991, saat masih menempuh pendidikan di sekolah formal di sekolah Katholik Roma Cardinal Langley. Ketika itu Scholes bergabung sebagai pemain dengan masa percobaan. Scholes bukan anggota skuad United yang memenangkan gelar FA Youth Cup 1992, tetapi Scholes menjadi bagian integral skuad itu di musim berikutnya.
Paul Scholes masuk dalam bagian tim Class of ’92 yang bertanding bersama Gary Neville dan kawan-kawan di tahun berikutnya. Setelah melihat kemajuan dan komitmennya terhadap sepak bola, Manchester United menawari Paul Scholes kontrak senior. Setelah resmi menjadi pemain profesional pada 23 Juli 1993, Scholes baru masuk ke tim inti United pada musim berikutnya.
3. Sempat Diragukan oleh Sir Alex Ferguson
Namun bukan hal mudah bagi Scholes untuk memikat hati banyak orang. Seperti Eric Harrison, pelatih akademi Manchester United saat itu, dan Sir Alex Ferguson, sama-sama tidak mendapatkan impresi yang bagus ketika bertemu Scholes pertama kali.
Disadur dari bleacherreport.com, mereka berpendapat bahwa dia terlalu kecil dengan tinggi yang hanya 170 cm, dia akan sangat sulit untuk menjadi pesepak bola hebat.
4. Disarankan oleh para seniornya untuk masuk ke skuad utama Manchester United
Di dalam hal ini, ada satu kejadian luar biasa yang berhasil mengubah hidup Paul Scholes, Dalam sebuah partai uji tanding di tempat latihan United terdahulu, The Cliff, Lee Sharpe beserta Steve Bruce, Peter Schmeichel, Bryan Robson, dan Brian McClair menyaksikan pertandingan tim muda Manchester United.
Para pemain ini memang senang menyaksikan para pemain akademi United, dan memberikan saran kepada tim pelatih, terkait pemain muda mana yang layak naik ke tim utama. Beberapa saat kemudian, Scholes muda mendapatkan bola tepat di depan kotak penalti. Dia melakukan gerak tipu, menembus dua bek tengah, berhadapan dengan kiper, lalu mencungkil bola masuk ke gawang. Sebuah gol yang sangat indah. Momen tersebut berhasil membuka pintu kejayaan baginya.
Pada musim 1995/1996, setelah Mark Hughes pindah ke Chelsea, Scholes mendapat peluang menjadi starter. Dia bermain di posisi yang biasa ditempati Eric Cantona, sebagai partner Andy Cole, selama dua bulan pertama. Ketika Eric Cantona kembali, Scholes masih tetap bermain sebagai gelandang, dan di musim tersebut United berhasil menjadi juara liga Inggris.
Setelah memenangkan gelar itu pada edisi 1992/1993 dan edisi 1993/1994, Scholes menutup musim 1995/1996 dengan mencetak 14 gol dalam 30 pertandingan. Namun di musim 1996/1997 produktifitasnya menurun dan hanya mencetak 5 gol, meski dia tampil dalam 32 pertandingan.
Memasuki musim 1997/1998, ketika Roy Keane cedera lutut dan tidak bermain hampir sepanjang musim, Scholes mengubah posisi bermainnya dari second striker menjadi gelandang, dimana hal itu membuka jalan baru yang begitu luas baginya.
Tidak banyak gelandang yang mampu melakukannya. Sebagian besar mantan rekan setimnya di Manchester United menyebut Paul Scholes sebagai gelandang terbaik yang pernah ada. Itu adalah sebuah penilaian yang jujur.
Beberapa pemain melontarkan pujian itu mulai dari Wayne Rooney, Ryan Giggs, hingga Cristiano Ronaldo. Bahkan pada 2014 salah satu gelandang terbaik Barcelona, Xavi Hernandez mengatakan bahwa Paul Scholes adalah "gelandang tengah terbaik" yang pernah dilihatnya dalam 15 hingga 20 tahun sebelumnya.
Xavi menggambarkan Scholes sebagai "pemain spektakuler yang memiliki segalanya". Salah satu gol yang tidak terlupakan adalah gol tendangan jarak jauh Scholes ke gawang Barcelona di semi final UCL musim 2007/2008.
5. Mendapatkan semua trofi bersama klub Manchester United
Paul Scholes adalah jebolan Akademi muda Manchester United. Selama karirnya, scholes menjalani 711 penampilan, mencetak 152 gol dan 74 asisst disemua kompetisi untuk Manchester United.
Disadur dari bleacherreport.com, berbagai trofi bergengsi telah diraihnya. Diantaranya, 11 gelar Liga Primer Inggris, 3 Piala FA, 1 Piala Dunia Antar Klub, dan 2 gelar Liga Champions. Kesetiaan Scholes untuk United memang benar-benar tidak perlu dipertanyakan lagi. Total hampir 20 musim dia menetap di Old Trafford.
Itulah beberapa fakta menarik dari gelandang legenda lulusan akademi Manchester United, Paul Scholes.