Polemik Timnas Putri Indonesia: Ada Indikasi Ketidakadilan di Federasi?

Hikmawan Firdaus | zahir zahir
Polemik Timnas Putri Indonesia: Ada Indikasi Ketidakadilan di Federasi?
Skuad Timnas Putri Indonesia di Ajang AFF Women's Cup 2024. (pssi.org)

Beberapa waktu lalu dunia pesepakbolaan putri di Indonesia dihebohkan mengenai polemik yang terjadi di tubuh timnas Indonesia putri. Melansir dari beberapa sumber di laman suara.com, salah satu calon pemain naturalisasi timnas Indonesia, Djenna de Jong memutuskan untuk mengundurkan diri dari proses naturalisasi timnas Indonesia.

Usut punya usut, setelah ditelusuri kepada yang bersangkutan, Djenna de Jong menyebut tak adanya profesionalitas yang ditemuinya di tubuh federasi timnas Indonesia menjadi penyebab mundurnya pemain keturunan Belanda-Indonesia ini dari program naturalisasi. Lebih lanjut lagi, Djenna de Jong juga menyebut tak adanya keadilan yang ada di dalam lingkup timnas Indonesia putri saat ini.

Aku sudah memikirkan hal ini dalam waktu yang cukup lama. Keputusan ini tidak mudah, dan aku sangat terpukul harus mengakhirinya dengan cara seperti ini. Aku selalu berjuang untuk keadilan dan akan terus begitu. Sepak bola memang tidak selalu adil, dan aku sudah merasakannya sendiri. Tapi ini bukan akhir dari kisahku di dunia ini,” ujar Djenna de Jong di akun instagram pribadinya @djennadejong.

Pernyataan yang diberikan oleh pemain berusia 20 tahun ini sempat membuat ramai media sosial di Indonesia. Banyak pihak yang mempertanyakan maksud dari pernyataan Djenna de Jong yang seakan-akan membuka ‘tabir’ dari timnas Indonesia putri saat ini. Sontak, hal ini kemudian mendapatkan respon dari PSSI yang memberikan pernyatan terkait masalah yang terjadi.

Melansir dari laman suara.com (24/04/2025), melalui salah satu anggota komite eksekutif PSSI (Exco), Arya Sinulingga, PSSI menyebut bahwa proses naturalisasi tersebut harus berdasarkan rekomendasi dari pelatih, yakni Satoru Mochizuki. Arya Sinulingga sendiri memberikan pernyataan bahwa Djenna de Jong tak masuk dalam daftar rekomendasi yang diberikan oleh Satoru Mochizuki kepada PSSI sehingga hal ini membuat dirinya tak jadi dinaturalisasi.

Ini bermula dari permasalahan pemain-pemain yang mau diproses naturalisasi. Namanya tidak masuk, mungkin ya, dan setelah kita cek, Kan, pemain-pemain ini intinya kalau kita proses harus ada rekomendasi pelatih. Ketika tidak ada rekomendasi pelatih, ya tidak bisa kita proses. Mungkin itu yang menyebabkan Djenna jadi bagaimana gitu. Kita punya prinsip, semua pemain yang akan diproses harus rekomendasi pelatih, dan pelatih pasti punya pertimbangan tertentu untuk memproses pemain,” ujar Arya Sinulingga.

Melansir dari laman transfermarkt.co.id, Djenna de Jong merupakan pemain keturunan Indonesia-Maroko-Belanda yang sempat tertarik membela timnas Indonesia putri. Pemain berusia 20 tahun ini sempat bermain di beberapa tim junior wanita di Jerman sebelum akhirnya gabung ke klub wanita NAC Breda pada tahun 2024 silam.

Polemik Pesepakbolaan Putri di Indonesia yang Tak Kunjung Usai

Pesepakbolaan putri di Indonesia memang seakan-akan menjadi ‘coretan’ drama bagi PSSI yang tak kunjung ada kata usai. Melansir dari beberapa sumber di laman suara.com, polemik sepakbola putri di Indonesia mengakar mulai dari tingkat junior hingga tim nasional. Mulai dari kejelasan dari status Liga 1 putri di Indonesia yang awalnya akan diadakan pada musim 2024/2025, lalu akhirnya molor ke musim 2026/2027 mengindikasikan masih banyaknya masalah yang menyertai pesepakbolaan putri di Indonesia.

Meskipun PSSI kini tengah mempersiapkan liga putri yang dikelola secara profesional di Indonesia, akan tetapi hal ini terkesan lambat dan tak sejalan dengan perkembangan sepakbola level putra. Di level timnas Indonesia, program naturalisasi juga mulai dilakukan di level timnas Indonesia putri. Beberapa nama pemain diaspora diketahui sudah dinaturalisasi dan membela skuad garuda pertiwi.

Namun, kasus yang dialami Djenna de Jong yang melibatkan PSSI dan timnas putri Indonesia ini seakan-akan membuka mata banyak pihak bahwa di level tim nasional juga masih perlu mendapatkan pembenahan menyeluruh. Tentunya kita harap polemik yang ada di pesepakbolaan putri di Indonesia ini akan segera usai dan skuad garuda pertiwi bisa menunjukkan performa gemilang dan berprestasi di level internasional.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak