Winger lincah milik Timnas Indonesia, Egy Maulana Vikri kembali mencuri perhatian para penggemar sepak bola nasional. Menyadur laman Suara.com (26/4/2025) pada pertandingan melawan Malut United pada Jumat (24/4/2025) kemarin, pemain berjuluk Messi Indonesia tersebut berhasil mencetak gol sensasional di menit ke-43 pertandingan.
Mendapatkan umpan jauh dari sisi permainan sendiri, Egy yang lepas dari posisi offside berhasil melakukan solo run ke area pertahanan tim tamu.
Namun yang menjadikannya menarik adalah, alih-alih melakukan finishing yang klinis, Egy justru menggocek bola dan melewati hingga tiga pemain lawan untuk kemudian menceploskan si kulit bundar ke gawang Malut United.
Meskipun laga tersebut berkesudahan 1-2 untuk kekalahan Dewa United, namun apa yang dilakukan oleh Egy Maulana pada laga tersebut kemungkinan besar akan selalu diingat oleh para penggemar sepak bola, sepertimana gol jarak jauh yang dilepaskan oleh Rizky Ridho beberapa waktu lalu.
Patut diakui, penampilan Egy Maulana Vikri bersama Dewa United di musim ini memang tengah menanjak. Namun yang menjadi pertanyaan adalah, dengan skill yang dimilikinya seperti itu, mengapa Egy Maulana tak mampu melakukannya ketika bersama dengan Timnas Indonesia?
Tentu kita sebagai penggemar Timnas Indonesia masih ingat, ketika memperkuat Pasukan Merah Putih, baik di level senior maupun di level junior, Egy kerap mendapatkan peluang seperti di laga melawan Malut United tersebut, bahkan ada yang one-on-one dengan penjaga gawang lawan.
Namun, peluang-peluang tersebut kerap terbuang percuma, dan hanya menimbulkan kekecewaan dari sang pemain, pun barisan penggemar Merah Putih.
Alasan yang masuk akal mengapa Egy tak bisa seleluasa menunjukkan skill terbaiknya saat berseragam Timnas Indonesia, tentu karena adanya perbedaan tekanan, dan perbedaan kualitas pemain yang dihadapi.
Sudah bukan menjadi sebuah rahasia lagi memang jika seorang pemain memperkuat sebuah tim nasional, maka tekanan yang didapatkannya akan bertambah berat.
Ketika seorang pemain masuk ke dalam skuat nasional, maka bisa dipastikan barisan suporter bakal melabeli pemain tersebut memiliki level permainan yang lebih baik dari para pemain kebanyakan. Maka, harapan besar pun mereka sematkan di pundak sang pemain.
Namun sayangnya, harapan tersebut justru terkadang berubah menjadi beban. Ketika di klub, seorang pemain bisa saja lebih tenang ketika mendapatkan peluang di area lawan karena harapan yang tersemat di pundaknya "hanyalah" dari kelompok-kelompok kecil basis suporter.
Namun tidak demikian halnya dengan saat berseragam tim nasional. Ketika seorang pemain mendapatkan peluang, maka yang ada di pundaknya adalah harapan dari seluruh negeri, sehingga akan sangat mungkin memengaruhi psikologi bermain, dan berimbas pada ketepatan eksekusinya terhadap peluang tersebut.
Alasan yang kedua, tentunya berkaitan dengan kualitas pemain yang dihadapi. Bukan bermaksud untuk meremehkan, namun untuk ukuran pemain yang berkompetisi di Liga 1 Indonesia, kualitas yang dimilikinya belum sepadan dengan para pemain yang memperkuat timnas sebuah negara.
Di laga melawan Malut United, Egy Maulana Vikri bisa saja meliuk dan memperdaya hingga tiga pemain. Namun, ketika berhadapan dengan bek-bek lawan, terlebih di level benua seperti pada babak kualifikasi Piala Dunia 2026 ronde ketiga ini, bisa saja sebelum meliuk untuk pertama kalinya, bola yang ada dalam penguasaan Egy sudah mampu dinetralisir oleh pemain lawan.
Jadi di sini, faktor kualitas lawan juga menentukan, mengapa Egy yang begitu gacor di pentas Liga 1 Indonesia, justru sering kehilangan sentuhan terbaiknya saat memperkuat Timnas Indonesia.
Namun kita harapkan, semoga saja Egy Messi sang Kelok Sembilan ini suatu saat nanti juga bisa membuat barisan pertahanan lawan terkecoh dengan telak seperti di laga melawan Malut United kemarin.