MotoGP merupakan salah satu cabang olahraga yang paling teknikal dan menuntut keterampilan tingkat tinggi. Salah satu daya tarik olahraga ini adalah bagaimana para pembalap mengendalikan motor mereka di lintasan, terlebih saat melibas tikungan dengan kecepatan tinggi.
Momen ketika tubuh mereka tampak nyaris menempel ke permukaan lintasan bukan hanya gimmick semata, melainkan bagian dari teknik berkendara tingkat lanjut yang dirancang untuk mengoptimalkan performa di tikungan. Teknik ini dikenal dengan nama elbow-down.
Melansir dari situs resmi MotoGP, motogp.com, elbow-down adalah teknik yang memerlukan keberanian, presisi, dan keseimbangan luar biasa. Dalam teknik ini, pembalap memiringkan motor hingga sudut ekstrem, bisa mencapai sekitar 65 derajat dari posisi tegak.
Tubuh pembalap pun ikut turun mengikuti kemiringan motor, hingga siku mereka menyentuh aspal. Bagi yang belum terbiasa melihatnya, posisi tersebut terlihat seolah pembalap hampir terjatuh. Namun sesungguhnya, ini adalah bentuk kontrol penuh atas motor yang sedang melaju cepat di lintasan.
Teknik ini tak hanya berguna untuk menciptakan kesan apik, tetapi juga memberikan keuntungan teknis yang signifikan. Hal ini membantu motor tetap stabil saat menikung cepat, sekaligus mempertahankan kecepatan optimal tanpa kehilangan kontrol.
Lutut yang menyentuh lintasan berfungsi seperti sensor alami, memberi umpan balik langsung kepada pembalap agar bisa merasakan sudut kemiringan dan kondisi cengkeraman ban.
Teknik ini pertama kali populer di awal dekade 2010-an dan menjadi ciri khas pembalap seperti Marc Marquez yang menjadikannya sebagai senjata andalan di setiap balapan.
Selain elbow-down, ada pula teknik knee dragging yang tak kalah ikonik. Teknik ini dilakukan dengan menurunkan lutut ke arah dalam tikungan, sampai menyentuh aspal.
Meski kemiringan motor tidak se-ekstrem saat melakukan elbow-down, knee dragging tetap sangat berguna, terutama di tikungan-tikungan panjang yang membutuhkan stabilitas dan konsistensi kecepatan.
Kedua teknik ini, meskipun tampak dikuasai oleh para pembalap, membutuhkan latihan intensif dan pengalaman bertahun-tahun untuk bisa dilakukan dengan aman dan tepat.
Pembalap harus mampu membaca situasi lintasan, mengenali kondisi ban, serta merasakan kapan momen yang tepat untuk menurunkan siku atau lutut mereka. Kesalahan kecil dalam posisi tubuh atau penilaian terhadap daya cengkeram bisa berakibat fatal.
Jika motor kehilangan stabilitas, posisi pembalap yang tidak tepat, atau permukaan lintasan tidak mendukung, risiko terjatuh menjadi sangat tinggi. Kita tahu sendiri bagaimana para pembalap MotoGP banyak mengalami crash di posisi ini.
Karena itulah, keamanan menjadi hal yang sangat penting. Para pembalap selalu dilengkapi dengan perlengkapan keselamatan tingkat tinggi, mulai dari baju balap berbahan khusus yang tahan gesekan, pelindung siku dan lutut, hingga helm canggih yang melindungi kepala dari benturan.
Semua perlengkapan ini dirancang agar pembalap tetap terlindungi saat melakukan teknik ekstrem seperti elbow-down dan knee dragging. Saking ekstremnya teknik ini dilakukan, tak jarang kita melihat bagian siku atau lengan pembalap terdapat gesekan yang cukup parah.
Jadi, aksi pembalap yang satu ini dilakukan bukan karena untuk memperlihatkan sisi estetika dalam balapan atau 'gaya-gayaan' belaka, melainkan sebuah teknik yang punya fungsi untuk mengoptimalkan kinerja motor dan pembalap, utamanya saat melintasi tikungan.
Jika kamu belum sepenuhnya paham seperti apa praktek teknik elbow-down saat di lintasan, coba perhatikan lagi saat balapan berlangsung.
Namun, MotoGP 2025 kini tengah menjalani masa jeda paruh musim, setelah GP Ceko 2025, pembalap dan tim rehat sejenak untuk kemudian melanjutkan kompetisi yang akan dimulai lagi di Sirkuit Red Bull Ring, Austria, pada tanggal 15-17 Agustus 2025 mendatang. Apa prediksimu tentang paruh kedua musim ini?