Ngoper Emosi, Ngegolin Bahagia: Futsal di Mata Gen Z Lebih dari Sekadar Olahraga

Hernawan | Sanggita Emmanuella Pasaribu
Ngoper Emosi, Ngegolin Bahagia: Futsal di Mata Gen Z Lebih dari Sekadar Olahraga
Ilustrasi futsal (Pixabay/Kai_NITEandDAY)

Futsal adalah olahraga bola yang dimainkan oleh dua tim beranggotakan lima orang di lapangan kecil, biasanya di dalam ruangan. Permainan ini menekankan kecepatan, teknik individu, kerja sama tim, dan kontrol bola dalam ruang terbatas.

Dibandingkan dengan sepak bola, futsal menggunakan bola yang lebih kecil dan berat agar pantulannya lebih rendah dan penguasaan bola lebih terasah.

Jika menilik sejarah futsal, olahraga ini diciptakan pada tahun 1930 oleh Juan Carlos Ceriani, seorang guru olahraga asal Uruguay yang bekerja di YMCA Montevideo. Ceriani merancang futsal sebagai alternatif sepak bola yang bisa dimainkan di dalam ruangan ketika cuaca tidak memungkinkan bermain di luar.

Tujuan awalnya adalah sebagai kegiatan rekreasi yang mempertahankan elemen dasar sepak bola, seperti umpan, dribel, dan tembakan, dalam format yang lebih sederhana dan efisien.

Futsal mulai populer di Indonesia sejak akhir 1990-an, dan berkembang pesat pada awal 2000-an di kalangan pelajar, mahasiswa, hingga komunitas urban. Tahun 2002 menjadi tonggak penting dengan terbentuknya Federasi Futsal Indonesia (FFI) di bawah naungan PSSI.

Dari Kompetisi Fisik ke Ruang Emosional

Pada awalnya, futsal dikenal sebagai olahraga yang menuntut kecepatan, ketangkasan, dan kekompakan tim. Fokusnya adalah kompetisi akan siapa yang paling gesit, paling terampil, dan paling banyak mencetak gol. Namun seiring waktu, fungsi futsal berkembang.

Selain sebagai ajang persaingan, futsal kini juga menjadi pelarian sehat dari tekanan hidup modern, mulai dari tugas kuliah yang menumpuk, kebisingan media sosial, hingga stres digital yang tak terlihat. Lapangan futsal menjadi ruang aman, tempat menyalurkan emosi tanpa harus mendapat validasi siapa pun.

Di sana, emosi bisa dilepaskan dengan cara yang jujur dan sehat. Pemain bebas berlari sekencang mungkin, berteriak tanpa ragu, jatuh tanpa malu, dan bangkit tanpa takut dihakimi. Semua energi yang tertahan bisa dikeluarkan tanpa filter.

Aktivitas fisik seperti futsal dapat memicu pelepasan endorfin, senyawa alami dalam tubuh yang membantu mengurangi stres dan rasa sakit sekaligus meningkatkan suasana hati.

Tidak hanya itu, rutinitas bermain futsal juga melatih kemampuan dalam mengelola emosi saat menghadapi kegagalan atau kekecewaan. Hal ini memberikan dampak positif bagi keseimbangan mental secara menyeluruh, membuat pemain lebih stabil, bijaksana, dan berhati-hati dalam menyikapi berbagai situasi.

Berbeda dengan media sosial yang sering memicu overthinking, kecemasan, dan rasa lelah mental, futsal menawarkan ruang fisik yang nyata. Ia menjadi tempat untuk melepas tekanan, membebaskan pikiran, dan mengembalikan rasa kendali atas diri sendiri tanpa harus tampil sempurna.

Olahraga seperti futsal juga merangsang pelepasan dopamin dan serotonin, dua senyawa kimia dalam tubuh yang berperan dalam mengatur suasana hati, nafsu makan, serta pola tidur. Kombinasi ini menjadikan futsal sebagai aktivitas yang tidak hanya menyegarkan tubuh, tetapi juga menyeimbangkan kondisi mental secara alami.

Lebih dari Tim, Lebih dari Lapangan

Lapangan futsal memang tidak sebesar lapangan sepak bola. Namun justru di ruang terbatas inilah hubungan antarpemain terjalin lebih dekat. Ukuran lapangan futsal menurut standar nasional berkisar antara 25 hingga 42 meter untuk panjang dan 15 hingga 25 meter untuk lebar, dengan lingkaran tengah beradius 3 meter.

Ruang ini mendorong interaksi intens, komunikasi spontan, dan kerja sama yang kuat. Di dalam batas-batas itu, banyak yang menemukan tawa, semangat, bahkan rasa aman. Lapangan kecil ini menyimpan peran besar dalam membentuk koneksi dan kenyamanan bagi para pemainnya.

Menjadi bagian dari generasi yang sibuk dan serba cepat bukan berarti harus selalu sempurna. Bahagia tidak harus datang dari kemenangan besar. Kadang cukup dengan datang ke lapangan, membawa bola, bermain bersama teman, dan merasakan kembali energi yang sempat hilang.

Futsal hari ini bukan hanya tentang mencetak gol, tetapi juga tentang menjaga keseimbangan diri. Ia menjadi gaya hidup yang sehat, menyatukan gerak tubuh, pikiran yang jernih, dan hubungan sosial yang hangat. Di tengah tantangan hidup modern, futsal memberi ruang untuk bertumbuh, bersosialisasi, dan menikmati hidup secara lebih utuh.

Saat ini, futsal juga menjadi ajang yang bergengsi bagi Gen Z. Terbukti dengan ramainya antusias pelajar mengikuti AXIS Nation Cup 2025, yang digagas AXIS. ANC menjadi ajang unjuk gigi tim futsal sekolah dari berbagai daerah Indonesia.

Keberadaan AXIS Nation Cup 2025 menjadi salah satu bukti bahwa Gen Z menggemari olahraga ini. Semoga futsal terus memberikan suguhan pertandingan yang positif.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak