Timnas Indonesia U-23 mengalami peningkatan hasil di partai kedua babak kualifikasi Piala Asia U-23 edisi 2026. Pasca hanya mampu bermain imbang tanpa gol saat bertarung melawan Laos (3/9/2025), Arkhan Fikri dan kolega tampil dengan baik saat bersua dengan Makau.
Tak tanggung-tanggung, permainan mengurung nan intimidatif dari Muhammad Rayhan Hannan dan kolega berhasil menggelontorkan lima gol tanpa balas ke gawang tim asal kawasan Asia Timur tersebut.
Arkhan Fikri, Muhammad Rayhan Hannan, Zanadin Fariz, Rafael Struick yang masing-masing mencetak satu gol pada laga tersebut, menggenapi gol bunuh diri dari Leong Lek Han pada awal laga menggenapi jumlah gol yang tercipta menjadi sejumlah jari di satu tangan.
Sejatinya, kemenangan atas Makau yang diraih oleh Timnas Indonesia di laga tersebut tidaklah terlalu mengejutkan. Pasalnya, dalam persepakbolaan benua Asia, Makau sendiri dapat dikategorikan sebagai tim lemah dan level bawah dalam persaingan di benua kuning.
Hal ini bahkan sama sekali tak mencerminkan fakta lapangan bahwa mereka pernah menjadi bagian dari Portugal selama berabad-abad. Yang mana kita ketahui bersama, Portugal sendiri saat ini merupakan salah satu tim kuat di persepakbolaan benua Eropa dan bahkan dunia.
Makau sangat Lekat dengan Portugal, namun Tidak Demikian dengan Sepak Bolanya
Secara sejarah, Makau sendiri tak bisa dilepaskan dari negara Portugal yang menjadikan mereka sebagai koloni semenjak abad ke-16 lalu. Menyadur informasi yang ada di laman britannica, kontak pertama antara Makau dengan bangsa Portugis sendiri dimulai pada tahun 1513 dan berlanjut dalam hubungan perdagangan hingga tahun 1553.
Empat tahun berselang, bangsa Portugis yang berjasa menghalau para bajak laut, mendapatkan imbalan dari Tiongkok untuk mendirikan pos dagang di Makau. Pada tahun 1887, Portugal akhirnya memperoleh hak kolonial secara permanen melalui Traktat Tiongkok-Portugal.
Dan hal itu berlanjut hingga 20 Desember 1999, ketika pemerintah Portugal secara resmi menyerahkan kembali Makau ke Tiongkok setelah kurang lebih 442 tahun menjadikan Makau sebagai koloninya.
Patut digarisbawahi, sama halnya dengan Hong Kong yang pernah menjadi bagian dari protektorat Inggris, ketika bergabung kembali dengan Tiongkok, Makau mendapatkan status sebagai daerah istimewa. Sehingga, mereka tetap berhak untuk memakai bendera sendiri, dan membentuk Timnas sepak bolanya sendiri.
Namun sayangnya, meskipun berada di bawah pemerintahan seberang laut Portugal selama ratusan tahun, persepakbolaan Makau sangat berbeda kualitasnya dengan tim yang berjuluk Os Navigadores tersebut.
Jika Portugal tumbuh sebagai kekuatan sepak bola yang mengerikan di benua Biru ataupun level dunia, tidak demikian halnya dengan Makau.
Di kawasan Asia Timur atau bahkan benua Asia, Timnas Makau di berbagai level usia lebih sering hanya menjadi pelengkap saja dalam berbagai event yang diselenggarakan oleh federasi sepak bola regional maupun benua.
Alih-alih berlaga di putaran final sebuah turnamen mayor, Timnas Makau justru lebih sering menjadi lumbung gol bagi lawan-lawan mereka di babak kualifikasi sebelum putaran final sebuah gelaran dilangsungkan.
Bahkan, sebelum Timnas Makau U-23 menjadi lumbung gol bagi Korea Selatan dan Timnas Indonesia U-23 di babak kualifikasi Piala Asia U-23 ini, dalam catatan AFC Timnas Makau senior juga menjadi lumbung gol bagi Myanmar di putaran pertama babak kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.
Dalam catatan induk sepak bola benua Asia diinformasikan, Makau yang bertemu Myanmar di ronde pertama babak kualifikasi, dihancurkan oleh Myanmar dengan agregat yang cukup telak, yakni 1-5.
Hal ini tentunya sangat berbeda dengan Portugal yang pernah menjadi negara induk mereka selama 442 tahun bukan? Di mana dalam catatan sejarah persepakbolaan dunia, Portugal selain menjadi langganan tampil di pentas Piala Dunia juga pernah mengenyam manisnya gelar juara di kawasan benua Eropa dalam beberapa kesempatan.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS