Mengapa Taktik Pe-Pe-Pa ala Indra Sjafri Tak Berjalan di Laga Kontra Filipina? Ini Penyebabnya!

Sekar Anindyah Lamase | M. Fuad S. T.
Mengapa Taktik Pe-Pe-Pa ala Indra Sjafri Tak Berjalan di Laga Kontra Filipina? Ini Penyebabnya!
Ivar Jenner saat memperkuat Timnas Indonesia di laga melawan Tanzania (pssi.org)

Ekspektasi tinggi yang diusung oleh Timnas Indonesia U-22 di pertarungan pertama gelaran SEA Games 2025 berujung dengan jerembab yang menyakitkan.

Optimisme tinggi bakal menggasak Filipina yang selama ini lebih inferior di pertarungan pertama, justru berakhir dengan kegagalan imbas gol tunggal Otu Banatao di menit ke-45+1.

Jika kita obyektif, harus kita akui bahwa pakem permainan tim yang dibentuk oleh Indra Sjafri ini sama sekali tak berjalan di pertandingan melawan The Young Azkals.

Padahal selama ini kita tahu, semenjak menangani Timnas Indonesia U-19 di tahun 2013 maupun tim-tim kelompok umur sebelumnya, filosofi permainan Pendek-Pendek-Panjang (Pe-Pe-Pa) yang dikembangkan oleh coach Indra sangat efektif untuk menghantam lawan-lawannya, termasuk ketika mereka meraih medali emas di SEA Games Kamboja dua tahun lalu.

Tentu saja hal ini memantik sebuah pertanyaan besar, mengapa taktik Pe-Pe-Pa milik Indra Sjafri sama sekali tak berjalan di laga pertama melawan Filipina.

Jika melihat analisis pertandingan, kita mungkin bisa sepakat bahwa tak berjalannya permainan Pe-Pe-Pa dari Indra Sjafri ini lebih dikarenakan Timnas Indonesia U-22 tak memiliki pemain tengah yang berkemampuan untuk mengatur permainan maupun serangan.

Patut untuk diketahui oleh sobat bola Yoursay, komposisi lini tengah Pasukan Garuda Muda di SEA Games kali ini berisikan Ivar Jenner, Ananda Raehan, Robi Darwis, Rivaldo Pakpahan, Ivar Jenner, Zanadin Fariz, Rifqi Ray, Tony Firmansyah dan Rayhan Hannan.

Dari nama-nama yang dibawa oleh coach Indra ke SEA Games kali ini, tentu kita tak bisa mendapati adanya gelandang tengah yang bertipikal playmaker, yang mana perannya sangat penting untuk bisa menjaga ritme permainan tim.

Padahal dalam sejarah kepelatihannya di Timnas Indonesia, tim yang dinakhodai oleh Indra Sjafri ini bisa sukses berkat permainan intimidatif-variatif yang dimotori oleh lini tengah tim.

Tentu kita masih ingat, di Timnas Indonesia U-19 yang menjadi juara di Piala AFF 2013 lalu, ada nama Evan Dimas yang bisa menjadi motor utama permainan lini tengah Indonesia. Pun dengan Timnas Indonesia sesudahnya, ada nama Syahrian Abimanyu, dan yang terkini ada nama Arkhan Fikri yang memiliki tipikal pengatur lini tengah.

Dan pemain seperti merekalah yang saat ini tak dimiliki oleh Indra Sjafri dalam tim. Para pemain yang diturunkan di laga melawan Filipina di pertandingan pertama, sama sekali tak memiliki atribut sebagai playmaker.

Ivar Jenner, Rivaldo Pakpahan dan Robi Darwis yang bermain di awal laga maupun sebagai pemain pengganti, memiliki naluri untuk bertahan dan menjaga kedalaman, sementara Toni Firmansyah, adalah tipikal pemain petarung yang berorientasi pada penyerangan tim.

Sehingga, terlihat jelas jika di lapangan tengah ada semacam garis imajiner yang terputus, di mana para pemain tengah bertipikal bertahan seperti Jenner, Robi maupun Rivaldo, tak memiliki penghubung di lini tengah yang mana mengoneksikan mereka dengan barisan penyerangan, maupun Toni Firmansyah yang bermain dengan orientasi tinggi.

Menyikapi hal ini, tentulah coach Indra harus bijak dalam memasang pada pemainnya di laga kedua melawan Myanmar nanti. Karena dari pertandingan pertama ini kita bisa melihat, skema Pe-Pe-Pa andalan coach Indra sama sekali tak berjalan imbas tak adanya pemain yang bertipikal sebagai pengatur permainan seperti yang dimilikinya di tim-tim besutannya terdahulu. 

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak