Kegagalan Timnas Indonesia U-22 di SEA Games 2025 Thailand menjadi sorotan tajam publik sepak bola nasional. Hasil buruk ini tak hanya menimbulkan kekecewaan karena Garuda Muda tersingkir di fase grup, tetapi juga memunculkan pertanyaan besar terkait peran dan tanggung jawab Zainuddin Amali selaku Wakil Ketua Umum PSSI yang disebut sebagai penanggung jawab langsung tim.
Target tinggi yang dicanangkan berujung pada hasil yang jauh dari harapan, bahkan dinilai sebagai kegagalan total. Melansir Antara News pada Minggu (14/12/2025), pengamat sepak bola Binder Singh secara terbuka mengulas persoalan ini dalam siniar bertajuk Bola Bung Binder.
Ia menegaskan bahwa ketika seorang Wakil Ketua Umum PSSI menyatakan target emas, maka tanggung jawab moral dan struktural melekat penuh pada dirinya. Menurut Binder, target tersebut bukan sekadar wacana, melainkan janji yang harus diiringi dengan perencanaan matang dan eksekusi yang tepat.
"Ada pernyataan dari Wakil Ketua umum PSSI, Zainudin Amali, yang mengatakan bahwa targetnya adalah emas. Jika Wakil Ketua umum telah mengatakan itu berarti tentu dia bertanggung jawab untuk bisa mencapai target tersebut,” tuturnya.
Sorotan juga mengarah pada unggahan anggota Exco PSSI Arya Sinuligga yang menyatakan tidak memahami urusan Timnas putra SEA Games.
Bagi Binder, pernyataan ini memperkuat dugaan bahwa kendali penuh Timnas U-22 berada di bawah Zainuddin Amali. Termasuk di dalamnya keputusan menunjuk Indra Sjafri sebagai pelatih, yang sejak awal sudah menuai perdebatan di ruang publik.
Evaluasi Nonteknis dan Tata Kelola PSSI
Secara teknis, Indra Sjafri telah menyatakan bertanggung jawab atas performa tim. Namun Binder menilai masih ada ranah nonteknis yang belum dijelaskan ke publik. Mulai dari penetapan target emas yang berbeda dengan target pemerintah melalui Kemenpora yang hanya membebankan perak, hingga kurangnya diskusi strategis menjelang laga krusial, seperti pertandingan penentuan melawan Myanmar.
"Indra Sjafri sudah menyatakan bertanggung jawab secara teknis. Sekarang pertanyaannya, siapa yang bertanggung jawab secara nonteknis," tambah pria yang akrab disapa Bung Binder itu.
Pada SEA Games 2025, Timnas Indonesia U-22 finis di posisi kedua Grup C dengan tiga poin dan selisih gol nol. Kemenangan 3-1 atas Myanmar di laga terakhir tidak cukup menolong setelah sebelumnya kalah 0-1 dari Filipina.
Filipina keluar sebagai juara grup, sementara Garuda Muda gagal melaju ke semifinal karena kalah produktivitas gol dari runner-up grup lain. Situasi ini menandai kegagalan terburuk sejak SEA Games 2009.
Binder juga menyinggung lemahnya perencanaan, mulai dari pemanfaatan pemain yang dinilai tidak sesuai kapasitas hingga strategi yang kurang siap menghadapi tekanan. Kekalahan dari Filipina disebut sebagai momen paling memalukan yang memicu tekanan berlebih di laga-laga berikutnya.
Kegagalan ini memperkuat tuntutan agar PSSI segera berbenah secara menyeluruh. Evaluasi tata kelola, pembinaan berjenjang, serta penetapan target yang realistis menjadi pekerjaan rumah besar. Tanpa perbaikan nyata, kegagalan serupa dikhawatirkan akan terus terulang dan menjauhkan sepak bola Indonesia dari prestasi yang diharapkan publik.