Globalisasi menyulap berbagai aspek kehidupan yang dulunya masih autentik menjadi lebih dinamis dan berwarna. Kehidupan perlahan diisi dengan temuan-temuan manusia yang dewasa ini mampu mengubah peradaban.
Teknologi kini telah banyak diulas, mengenai dampak perubahan yang dihasilkan baik positif maupun negatif. Stigma-stigma tentang teknologi berhamburan, memberikan penjelasan-penjelasan mengenai perbedaan apa saja yang dirasakan ketika teknologi merebak luas di kehidupan manusia.
Ketidakberdayaan manusia dalam usaha-usaha meredam modernism inilah yang membuat pergeseran-pergeseran dalam berkehidupan semakin jelas dan nyata. Kehidupan manusia semakin dinamis, menyebabkan banyak terjadinya perubahan yang dialami.
Campur tangan teknologi, peleburan budaya asing yang berhasil memasuki kehidupan sehari-hari membuat terciptanya kebiasaan-kebiasaan baru, pola-pola kehidupan baru dan gaya hidup yang baru.
Salah satu aspek yang mengalami perubahan signifikan yaitu dalam bidang informasi. Perkembangan teknologi informasi semakin eksis berkembang di era globalisasi ini. Penyederhanaan, percepatan, ataupun penawaran saat ini lebih mudah bagi manusia sebagai alternatif lain untuk pilihan komunikasi untuk mendapatkan informasinya.
Salah satu perkembangan dalam teknologi informasi ini yaitu media sosial. Popularitas media sosial semakin meningkat dari tahun ke tahun. Media sosial ini menjadikan sebuah sarana untuk pengguna yang dapat dengan mudah untuk berbagi dan menulis konten pesan dengan bebas. Jejaring sosial tersebut juga menjadi tempat berbagi aktivitas pengguna. Hal ini tentu saja membuat pengguna merasa mempunyai dunia baru, yang biasa disebut dengan dunia maya. salah satu media sosial yang akan kita bahas kali ini yaitu pada media sosial Instagram.
Instagram merupakan media sosial yang muncul pada tanggal 06 oktober 2010. Diprakasai oleh Kevin Systrom dan Mike Krieger sebagai CEO dengan perusahan yang bernama Burbn, Inc. Instagram hadir dengan menawarkan fitur-fitur yang lebih kompleks. Membuat ketertarikan sendiri bagi penggunanya, dilengkapi dengan fitur foto-filter yang membuat Instagram menyaingi kepopuleran kawannya Facebook.
Hal ini dibuktikan pada tahun 2021, Instagram menduduki peringkat ke 3 sebanyak 86,6% disusul Facebook sebanyak 85,5 persen di Indonesia. Ditambah dengan mobilitas selebritis tanah air yang menggunakannya, membuat Instagram makin ramai diunduh oleh masyarakat Indonesia, terlebih penggemar tertentu selebriti tersebut.
Selang beberapa waktu, kehadiran sosok selebgram (selebriti Instagram) sedang hangat-hangatnya diperbincangkan oleh warga dunia maya. Dengan gaya yang eksentrik, khas, lucu, dan dinilai hits pada masanya, membuat selebgram menjadi salah satu sosok yang digemari oleh masyarakat selain artis tanah air.
Ativitas yang lebih sibuk di dunia maya daripada dunia pertelevisian inilah membuat perusahaan iklan memutar otak bagaimana caranya agar produk yang mereka iklankan tetap eksis dan menjadi sorotan. Salah satunya dengan memanfaatkan selebgram sebagai ajang promosi, atau biasa kita sebut dengan endors.
Begitu juga dengan toko online yang saat ini merebak luas, mereka juga mengandalkan jasa endorsement sebagai upaya agar tokonya diketahui keberadaannya dan mendatangkan para pembeli.
Kegiatan endors ini merupakan kegiatan yang menjadikan selebgram sebagai model promosi produk yang ditawarkan. Dalam hal ini, kedua belah pihak melakukan kesepakatan, kemudian selebgram mempromosikan melalui postingan Insta Story maupun pada Feed di Instgram.
Alhasil, para pengikut atau biasa kita sebut dengan followers selebgram tersebut tertarik pada produk tersebut karena digunakan oleh idola mereka. Dan Sejak saat itu, bisnis selebgram - endorsement memberikan peluang ekonomi yang nyata pada perdagangan secara online.
Selain itu, nilai guna Instragram menjadi berubah. Terdapat dampak yang lain akibat adanya aktivitas tersebut, yakni membuat Instagram yang dulunya menjadi sebuah wadah ekspresi diri menjadi salah satu ladang bisnis. Tak ayal membuat banyak toko-toko online berseliweran dalam Instagram.
Jean Baudrillad - Dominasi Nilai Tanda dan Simbol
Baudrillad dalam teorinya menegaskan bahwasanya manusia konsumer masa kini memiliki banyak hal yang dapat dipelajari dan dibuktikan, sebagai wujud tindakan yang dilakukan dalam kegiatan sehari-hari. Pemikirannya akan nilai guna barang, nilai tukar, nilai simbol dan nilai tanda tampaknya sudah menyatu dalam perilaku manusia.
Pergeseran yang terjadi serta merta dilalui dengan waktu yang relatif singkat. Hal inilah yang membuat pola dan gaya kehidupan manusia berganti secara cepat. Penyesuaian-penyesuain yang dilakukan membuatnya semakin cepat untuk menyatu dengan modernitas yang ada.
Pada kasus ini, konsumerisme terjadi disebabkan oleh produk yang ditawarkan melalui media sosial Instagram disebarluaskan oleh Selebgram. Maraknya bisnis endorsement membuat popularitas selebgram kian melonjak, begitupula dengan produk yang ditawarkan.
Fanatisme berlebihan inilah yang menyebabkan pengikut berlomba-lomba untuk membeli produk yang diiklankan oleh idola mereka. Mereka rela merogoh kocek yang tidak sedikit hanya untuk menuntaskan hasratnya demi mendapatkan produk yang diinginkan. Hal ini dilakukan oleh followers, sebab bagi mereka, merupakan sebuah tanda bahwa setia dan mendukung sang idola dalam bentuk apapun. Totalitas tanpa batas, katanya.
Pendominasian sebab nilai tanda yang ingin terlihat sebagai orang yang mempunyai selera highclass menjadikan fenomena konsumerisme kian membludak. Pasalnya, setiap idola mereka meluncurkan atau mempromosikan sesuatu pasti akan ramai diborong oleh followers.
Pengkiblatan merk, gaya, menjadikan sebuah identitas tersendiri bagi masing-masing selebgram. Sebagai contoh Selebgram X menggunakan lipstik merk Y. Kemudian Selebgram X mempromosikannya melalui Instagramnya, disertai dengan review lipstik merk Y tersebut.
Review yang biasanya sering kita dengar yaitu "Lipstik merk Y ini lembut banget, asli pigmented banget, warnanya cantik banget, ga bikin item dibibir, asli sih harus beli. Fix!".
Proses selanjutnya, followers akan memburu lipstik merk Y tersebut untuk menyamai sang idola. Hal ini terkadang membuat resah sebagian followers karena tidak mempunyai uang. Namun, karena sang idola menawarkan barang yang cantik dan tentu saja menarik, akan diupayakan dengan cara apapun untuk mendapatkannya.
Tidak Jarang kita sering melihat maupun membaca komentar-komentar dipostingan semisal "ih gemoy, beli ah, serbu yuk, yah lagi bokek nih tapi pengen gimana dong?". Tidak sedikit juga, untuk memenuhi hasrat tersebut mengarahkan pada kriminalitas. Seperti mencuri, tindak kejahatan dan lain sebagainya.
Pengaruh Selebgram dalam kegiatan konsumerisme tidak hanya pada review barang yang diiklankan, namun semakin banyak followers yang mengikuti akunnya, maka semakin besar pengaruh yang akan dihasilkan.
Keberhasilan seseorang dalam memenuhi hasrat dalam mengonsumsi sesuatu untuk menunjukkan eksistensinya menurut Baudrillad menandakan suatu pencapaian atau status sosial dalam masyarakat, agar diakui bahwa dirinya merupakan salah satu bagian dari kalangan yang hits.
Hal ini terjadi karena pada dasarnya manusia membutuhkan pengakuan dari masyarakat bahwa dirinya hadir dan ada ditengah-tengah masyarakat. Sebab, individu bergantung pada orang lain untuk saling berbagi dan bergotong royong sebagai upaya untuk menciptakan keteraturan sosial.
Hal ini menyebabkan jika individu tersebut mendapatkan penilaian yang buruk dari masyarakat, akan mempengaruhi kesehatan mental dalam diri individu. Kabar baiknya, jika individu tersebut dapat mengendalikan diri, maka yang dilakukan yaitu memperbaiki diri dengan mengoreksi kesalahan dan tidak mengulanginya lagi. Namun berbeda jika individu tersebut tersinggung kemudian menyimpan dendam. Hal itu akan membuat individu tersebut membuktikan lagi dan lagi bahwa dirinya layak untuk diakui.
Konsumsi barang maupun jasa dulunya merupakan sarana pemenuh kebutuhan. Namun dengan seiring berjalannya waktu, diiringi teknologi yang kian menjadi, membuat revolusi yang cepat bagi kehidupan manusia.
Sebagai penikmat suguhan media, patutnya kita perlu membatasi diri. Membiasakan untuk membeli sesuai dengan kebutuhan. Tidak menafikkan, sebagai manusia pasti mempunyai hasrat dan nafsu dalam suatu hal. Namun, alangkah lebih baik keluarkan seperlunya, senang-senang secukupnya dan beli apapun sebutuhnya.
Adapun cara yang tepat untuk menghindari konsumsi berlebih yaitu dengan menabung, mengedepankan kebutuhan daripada keinginan, mengurangi belanja, beramal atau bersedekah, dan mulai untuk berbisnis atau berinvestasi.
Sebagai generasi penerus bangsa yang merupakan agent of change, sudah menjadi tugas kita untuk melakukan perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik. Mengamalkan budi pekerti dan etika sebagai contoh nyata agar dapat ditiru dan dilestarikan oleh generasi penerus.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Amar. 2012. Perkembangan Teknologi Komunikasi Dan Informasi: Akar Revolusi Dan Berbagai Standarnya. Jakarta. Universitas Indonesia
Baudrillard, Jean. 2004. Masyarakat Konsumsi. Yogyakarta: Kreasi Kencana
Ritzer, George. 2004. MasyarakatKonsumsi. Yogyakarta: KreasiWacana.
https://www.liputan6.com/tekno/read/3998624/jumlah-pengguna-instagram-dan-facebook-indonesia-terbesar-ke-4-di-dunia. Diakses 22 Juni 2021