Saat ini Korea merupakan salah satu negara yang paling banyak dilirik. Lihatlah berapa banyak musik, drama, dan film Korea yang menghiasi pertelevisian kita. Makanan khas Korea pun mulai ada di supermarket besar. Bahkan masyarakat Indonesia mulai mempelajari cara membuatnya.
Sebut saja makanan Taebokki yang terbuat dari tepung beras. Menu ini tidak susah kita dapatkan di kota besar karena mulai ada yang menjualnya. Wajar sekali jika masyarakat Indonesia banyak yang penasaran dengan rasanya. Apalagi drama dan film Korea banyak menampilkan menu ini.
Menurut saya, Taebokki itu mirip makanan khas kita loh, siomay. Setuju enggak sih. Yang membedakannya adalah sausnya saja. Para pecinta masakan Korea seperti kimchi sudah banyak. Bahkan, saya pernah membeli kimchi yang telah dikemas di supermaket. Itu karena penasaran dengan rasanya. Sayangnya, lidah saya lebih menyukai rasa sate Padang khas Indonesia.
Saya tidak tahu kapan Korea mulai dikenal oleh masyarakat kita. Namun, saya ingat pertama kali saya mengenal Korea, yaitu saat menonton drama Full House. Kira-kira tahun 2007, benar enggak sih? Bukan karena ceritanya, tetapi karena abjad Korea. Dari sana saya mulai mencari tahu cara penulisan nama dengan menggunakan abjad Korea. Bahkan saya sengaja membeli buku yang bertuliskan abjad Korea.
Menurut saya, abjad Korea itu unik. Mirip abjad Jepang, bedanya adalah lengkukan abjad Korea cenderung kotak. Sangkin senangnya saya dengan bahasa dan abjad Korea ini, saya pernah berniat untuk belajar di sebuah kursus. Namun, tidak sempat saya dilakukan karena kendala pekerjaan.
Yang tidak kalah menarik dari sebuah negara Korea adalah pakaian khas yang mereka miliki, hanbok. Saya mengenalnya saat menonton drama Jewel in Palace, yang lebih saya kenal dengan Jang Geum sebagai tokoh utama wanita. Menurut saya, hanbok itu keren. Dari penampilan seluruh pemain drama ini, tampak bahwa wanita yang memakai hanbok terlihat cantik dan elegan. Ingin rasanya saya memiliki hanbok meskipun satu saja.
Bagi saya, drama Jang Geum memang pantas ditayangkan ulang. Banyak pelajaran yang bisa kita petik di dalamnya. Terutama, dengan menonton drama itu, saya banyak belajar dan mengerti kebudaan Korea. Sampai sekarang, saya mencari drama Korea yang serupa, tetapi belum menemukannya.
Drama Korea yang menghiasi televisi kita kebanyakan drama yang sudah bercampur dengan budaya luar. Mulai dari segi pakaian, sampai khas pribadi ketimuran yang kurang melekat di dalam diri pemain.
Boleh saja kita menyukai Korea dan segala pernak-perniknya, tetapi kita pun harus mencintai negara kita sendiri. Jangan sampai kecintaan kita terhadap Korea menyebabkan kita lupa dengan pribadi bangsa Indonesia. Bahkan mengikuti budaya asing tanpa filter yang jelas di dalam diri akan berdampak negatif loh. Jadi, berhati-hatilah dalam berpikir dan bertindak pada kesukaan kita itu ya.