Kebanyakan yang dianggap sebagai sosok pahlawan adalah orang-orang terdekat. Padahal, tidak seharusnya begitu. Hal ini dibuktikan dengan seseorang yang biasa beramal. Tak hanya dengan harta, namun juga perilaku.
Misal, saat kamu sedang mengalami stres atau ditimpa sebuah musibah. Tiba-tiba, muncul seseorang yang tidak dikenali, membantu, dan merubah hidupmu menjadi lebih baik. Bukankah berarti ia bisa disebut pahlawan?
Yup, menurut pandanganku, arti pahlawan masa kini adalah sosok yang tidak perlu dekat, yang mampu memotivasi, selalu ada, dan menciptakan rasa bahagia.
Intinya, ia berpengaruh besar dalam perubahan hidup yang semula dianggap buruk menjadi lebih berharga.
Pahlawan kekinian versi aku pun bukan berasal dari orang-orang terdekat, melainkan diri sendiri. Bukan berarti mereka tidak baik. Hanya saja, semuanya kurang bisa mengenal apa kemauan diriku ini.
Selain itu, diri sendiri juga menampakkan sosok yang penyabar, pekerja keras, dan paling penting kuat. Baik secara fisik maupun mental.
Dimulai dari penampilanku yang tidak selayaknya wanita dengan tubuh ideal. Akhirnya, banyak orang yang mengolok bentuk tubuhku dengan alasan "hanya bercanda".
Sejak saat itu hingga beberapa tahun ke depan juga aku tipe yang tidak peduli, sampai orang-orang semakin tak berperasaan. Mereka beranggapan bahwa aku akan terus santai menghadapi kalimat-kalimat tersebut.
Padahal, setelahnya aku mengidap gangguan kecemasan yang membuatku takut bertemu siapa pun. Mungkin kamu akan bertanya, dimana sisi kuatnya jika dirundung tapi sakit mental? Ini ceritanya.
Kebanyakan orang yang menderita gangguan kecemasan atau anxiety, akan beristirahat total demi ketenangan diri. Hal tersebut tidak berlaku padaku.
Aku harus melawan gangguan ini demi bertahan hidup dengan bekerja setiap hari. Bertemu orang-orang yang mungkin akan melakukan hal sama mengenai bentuk tubuhku.
Di tiap waktu aktivitas, pikiran dan hati dipenuhi oleh perasaan khawatir serta takut. Untuk memesan makanan di sebuah warung atau kafe pun diiringi jantung yang berdegup kencang, juga keringat dingin.
Namun, semuanya aku lawan, meskipun setelahnya tubuh menjadi lemas dan seperti kehilangan arah.
Hal lain yang membuatku semakin kuat adalah menerima kenyataan bahwa tidak ada satu pun yang mempercayai gangguan yang aku alami, meskipun sudah diberi bukti konsultasi dengan para ahli.
Belum lagi, berbagai masalah pelik lain dalam hidup yang terus-terusan menerpa. Namun, aku memilih untuk tetap bertahan berada di bumi ini dengan mimpi-mimpi yang belum sempat aku gapai. Terlebih saat ini masih diberi waktu oleh Tuhan.
Sejak itulah, aku yakin bahwa yang menjadi pahlawan masa kini versiku adalah diri sendiri. Tak ada yang menandingi kekuatan dan kesabarannya.
Merdeka untuk kamu yang juga mampu bertahan hidup hingga kini. Jangan lupa untuk terus mencintai diri sendiri, karena mungkin hanya ia yang bisa menolongmu di masa-masa sulit.
Semangat!