Mungkin selama ini kita lebih sering mendengar tentang berbagai tipu daya yang dilakukan oleh VOC kepada para leluhur Nusantara di masa kolonial. Iya, dengan tipu daya dan siasat yang dilakukan oleh VOC, mereka mampu mencengkeram kepulauan Nusantara dan mengeruk kekayaan yang ada hingga berabad-abad lamanya.
Bahkan, ketika ada putera-putera pertiwi yang melakukan perlawanan terhadap ketidakadilan dan kesewenang-wenangan, mereka mampu membungkam perlawanan tersebut dengan siasat licik dan tipu muslihat.
Maka tak heran, perlawanan maka tak heran jika perlawanan-perlawanan yang dikobarkan oleh para pejuang seperti Tuanku Imam Bonjol, Pangeran Diponegoro, hingga Sultan Agung, mampu mereka redam meski di awal mereka kesulitan mengatasinya.
Namun, hal tersebut sepertinya tidak berlaku bagi Kesultanan Siak Inderapura yang saat ini berada di Provinsi Riau. Dalam buku “Sejarah Kerajaan Siak” karya O.K. Nizami Jamil yang terbit pada tahun 2011 lalu dituliskan, kesultanan Siak ternyata pernah mengalahkan VOC dengan siasat yang sering dipakai oleh VOC, yakni tipu daya.
Hal ini terjadi pada tahun 1752-1753, ketika kesultanan Siak Inderapura dipimpin oleh Sultan Muhammad Abdul Jalil yang menggantikan ayahnya, Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah.
Sekadar informasi, perlawanan terhadap kesewenang-wenangan VOC yang memonopoli perdagangan di selat Malaka mulai membesar ketika masa kepemimpinan Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah ini. Sayangnya, ayah dari Sultan Muhammad Abdul Jalil tersebut meninggal pada tahun 1744 ketika peperangan melawan VOC masih berkobar.
Meski berulangkali menyerang posisi pertahanan VOC, pasukan kesultanan Siak Inderapura selalu gagal dalam menaklukkan pertahanan VOC di Pulau Guntung. Hal ini dikarenakan kuatnya benteng pertahanan dari sang lawan yang berlapis-lapis tebalnya.
Bahkan dalam beberapa penyerangan, kesultanan Siak mendapatkan kekalahan telak dengan hancurnya bala pasukan yang dikirimkan. Menyadari strategi penyerangan secara frontal terhadap VOC tak akan menghasilkan kemenangan dan hanya akan membawa kehancuran bagi pasukannya, Sultan Abdul Jalil akhirnya merubah siasat.
Sang Sultan akhirnya memikirkan untuk memakai siasat tipu daya yang dikenal dengan “siasat hadiah sultan”. Dalam siasat ini, Sultan Abdul Jalil berpura-pura hendak berdamai dengan VOC dan memberikan hadiah-hadiah yang menarik kepada kubu lawan.
Bahkan sang Sultan sendiri yang akan memimpin penyerahan hadiah tersebut ke benteng pertahanan VOC. Ketika sang Sultan dan rombongan pengantar hadiah telah memasuki benteng dan tengah dalam perundingan dengan para petinggi VOC, sang sultan memberikan kode kepada para pasukannya yang sudah bersiap disekitar tempat perundingan untuk melakukan serangan.
Alhasil, kubu VOC pun tunggang langgang dan pada akhirnya, benteng pusat pertahanan VOC di Pulau Guntung berhasil dikuasai oleh kesultanan Siak.
Wah, ternyata VOC yang selama ini kita kenal mahir dalam siasat tipu daya, pernah terkena tipu daya juga ya dari pejuang kita. Ibaratnya, senjata makan tuan dong ini.