Bank Digital, Revolusi Keuangan atau Latah Semata?

Hernawan | Dea Nabila Putri
Bank Digital, Revolusi Keuangan atau Latah Semata?
Ilustrasi Digital Banking, Bank, Mobile Bangking, Online Banking [shutterstock]

Saat ini, perkembangan teknologi maju sangat pesat untuk mendukung kegiatan masyarakat dunia. Selain meringankan pekerjaan, teknologi juga membuka wawasan baru terhadap digitalisasi yang terjadi. Ditambah dengan kondisi sekarang yang mengharuskan semua hal berbasis teknologi guna melancarkan pekerjaan.

Salah satu bidang yang mengalami transformasi digital adalah perbankan. Penyedia layanan perbankan saat ini berlomba-lomba untuk mempromosikan fasilitas perbankan yang bisa didapatkan oleh calon nasabah, jika mendaftarkan diri sebagai nasabah tetap di perusahaan tersebut. Fitur canggih seperti mobile banking, convert currency, atau yang terbaru digital box ditawarkan kepada para nasabah untuk mempermudah transaksi menggunakan bank. Tak hanya itu, bank-bank ternama mulai mencoba berkolaborasi dengan instansi lainnya seperti pasar, pemerintah, kampus, bahkan organisasi-organisasi sebagai wadah masyarakat untuk menarik perhatian masyarakat terhadap produk yang ditawarkan.

Seiring dengan berjalannya waktu, fenomena bank digital ini seolah menjadi persoalan penting di dunia perbankan. Bagi sebagian orang, hal ini sangat menguntungkan bagi mereka yang ingin memiliki efisiensi waktu dan fleksibilitas yang terbatas. Namun, bagi sebagian lainnya, hal ini malah merepotkan mereka karena dianggap transformasi terlalu cepat sehingga sebagian dari mereka kesulitan untuk beradaptasi.

Hal ini juga disampaikan oleh Presiden Republik Indonesia, Jokowi, melalui laman presidenri.go.id, mengatakan bahwa pembangunan ekosistem digital di bidang keuangan harus mengalami percepatan agar manfaat yang diberikan bisa dirasakan oleh masyarakat. Walaupun begitu, Jokowi juga menegaskan adanya literasi digital yang digalakkan oleh perusahaan perbankan guna memberikan edukasi terhadap masyarakat tentang teknologi agar tidak tertinggal oleh zaman.

Fenomena ini kita sadari membuat pola pikir kita juga berubah. Jika biasanya kita diharuskan untuk mengambil uang di ATM untuk melakukan transaksi, dengan integrasi bank digital yang mulai bermunculan, kita hanya perlu menghubungkan akun bank yang kita miliki dengan tujuan transaksi kita secara daring.

Transaksi keuangan juga bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja. Namun, karena transformasi digital yang begitu cepat ini, banyak bermunculan bank dari institusi tertentu yang sebelumnya bukan bergerak di bidang perbankan. Penawaran menggiurkan juga sering terlihat di berbagai media promosi. Hal ini membuat masyarakat kebingungan.

Fitur-fitur yang belum familiar di masyarakat sering dianggap sebagai pemanis layanan saja, bukan sebagai layanan utama. Contohnya seperti fitur split bill yang dimiliki oleh beberapa bank digital yang baru. Pertanyaan lain muncul, apakah fitur ini benar-benar berguna atau sekadar iming-iming kepada masyarakat untuk mendaftarkan diri sebagai nasabah dengan dalih bank yang kaya akan fitur? 

Tentu saja teka-teki ini masih menjadi pertanyaan besar di masyarakat. Peluang bank digital yang semakin meluas di Indonesia mungkin dimanfaatkan oleh sebagian orang sebagai ladang pencari nasabah yang mudah terpengaruhi oleh perkembangan teknologi.

Di balik itu semua, hal yang paling penting adalah merefleksikan diri tentang apa yang benar-benar kita butuhkan untuk membantu mengatur finansial kita tanpa memikirkan tawaran yang mungkin belum tentu kita pahami dan butuhkan. Maka dari itu, cermatlah dalam memilih layanan perbankan agar tidak hanya latah semata. Jangan lupa untuk selalu meningkatkan literasi digital, ya!

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak