Sebagai makhluk sosial, tentu saja kita membutuhkan teman dalam hidup kita. Hidup kita akan jauh lebih menyenangkan jika ada teman, ada yang bisa kita ajak ngobrol, berdiskusi, bekerja sama dan berbagai hal menarik lainnya. Apalagi, jika teman yang kita miliki mengajak kita ke arah yang lebih baik.
Sangat selaras dengan ajaran dalam Islam, untuk menjalin silaturahmi dengan teman, kita tidak boleh asal pilih alias sembarangan, karena teman bisa saja menyesatkan kita.
Lantas apakah mencari teman itu adalah hal yang mudah? Tentu tidak. Tapi bukan hal yang sulit pula. Seperti salah satu pepatah yang sering kita dengar,“Jika ingin tahu perangai seseorang, maka bertanyalah kepada sahabatnya. Tiap sahabat akan mengikuti perangai sahabatnya.”
Bait pepatah di atas dirangkai oleh seorang penyair abad kelima Masehi yaitu Addi bin Zaid al-'Ibadi, sosok pendeta yang hidup di zaman sebelum Islam, namun karyanya tetap dikenal hingga kini.
Sebagaimana yang dikemukakan Addi, Teman adalah cerminan bagi sahabatnya. Sering bersama dan berinteraksi dalam kehidupan sehari hari menjadi faktor pembentuk karakter yang sama, seiya, sekata, senasib dan sepenanggungan. Dengan siapa kita berteman, kita harus selalu siap untuk menerima banyak pengaruh dari teman kita.
Dalam Islam, teman menjadi tolok ukur sejauh mana tingkat kualitas keimanan dan kesalehan seseorang. Nabi Muhammad SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad,“Agama seseorang itu ditentukan oleh agama sahabatnya.”Artinya, kualitas keagamaan seseorang dapat memengaruhi kualitas keagamaan sahabatnya.
Karena itu, sebagai muslim hendaknya kita tidak sembarangan mencari teman. Salah memilih pertemanan dan pergaulan hanya akan menimbulkan penyesalan dan luka di kemudian hari. Jika pertemanan kita toxic, beraura negatif dan penuh kemaksiatan maka berpotensi menjerumuskan kita kepada hal yang sama. Sebaliknya jika kita berteman dengan orang yang saleh, beraura positif dan mengajak kita kepada kebaikan, maka perlahan kita akan melakukan hal yang sama.
Pengarang kitab al-Maudhu'at, Imam Ibnu al-Jauzi memiliki 5 kriteria sahabat sejati yang sesuai dengan tuntunan Islam.
Berikut ulasannya!
1. Memiliki Akal yang Sehat
Memiliki akal yang sehat artinya menggunakan akal pikirannya kepada hal yang baik, berpikir jernih, dan tidak menabrak aturan. Memiliki teman yang pemikirannya positif akan membuat kita berpikir positif pula. Positive vibes-nya nular, jadi kita juga tidak gampang suudzon kepada orang lain.
2. Memiliki akhlak yang baik
Siapasih yang tidak mau punya teman yang budi pekertinya baik? Pasti mau lah. Teman yang memiliki budi luhur dan etika yang baik cenderung akan mengayomi kita, memperlakukan kita sebagai makhluk-Nya, tidak toxic dan penuh kebencian.
3. Bukan orang fasik
Fasik dalam istilah Islam yaitu hamba yang menyimpang dari ketaatannya kepada Allah SWT dan melampaui batas dalam berbuat dosa. Hendaknya kita tidak memilih teman yang fasik, jika dikhawatirkan kita yang akan diwarnai bukan mewarnai. Artinya, jika kamu kurang kuat pondasi, kamu akan ikut menjadi fasik juga.
4. Tidak suka mengada-ada
Teman yang baik adalah teman yang berkata jujur dan apa adanya. Jika diberi amanah maka ia akan menjaganya dengan baik. Jika ada suatu masalah, ia tidak banyak mengada-ada dan melebihkan masalah tersebut. Untuk menjauhi fitnah, orang yang mengada-ada seperti ini perlu kita hindari, karena masalah yang kecil saja bisa jadi besar. Yang ditakutkan, teman yang seperti ini akan menjadi boomerang bagi kita.
5. Tidak materialistis
Teman yang pamer, besar gengsi, berorientasi pada harta, kekayaan dan jabatan akan menimbulkan pertemanan yang tidak sehat. Padahal tidak semuanya harus kita gantungkan kepada hal yang bersifat duniawi. Persahabatan yang didasarkan pada materi akan hancur ketika materinya hilang atau berkurang, hanya akan jadi pertemanan yang cenderung palsu. Berbeda jika kita berteman dengan orang yang sederhana, tidak banyak membicarakan materi, menemani dalam suka dan duka tanpa syarat apapun. Dengan teman yang sehat seperti itu, maka pertemanan akan langgeng.
Itulah lima kriteria sahabat sejati yang sesuai dengan tuntunan agama Islam. Semoga kita bisa menemukan sahabat yang baik, yang menuntun kita ke jalan-Nya. Karena pertemanan dan persahabatan yang terjalin tidak hanya bermanfaat di dunia, tetapi juga di akhirat.