Me Time: Bising yang Asyik di Kepala Sendiri

Hernawan | Oktavia Ningrum
Me Time: Bising yang Asyik di Kepala Sendiri
Ilustrasi orang me time. (Pixabay/Petya Georgieva)

Tak peduli apa pun kepribadian seseorang. Entah seseorang itu memiliki kepribadian yang ekstrovert, introvert, maupun ambivert sekalipun, manusia tetaplah manusia. Kita memang diciptakan sebagai mahluk sosial yang saling bergantung pada orang lain.

Namun, setiap individu lahir dan menjalani kehidupan dengan kepala yang berbeda. Kita punya banyak pemikiran yang tentu membedakan satu dengan yang lain, jadi tak ada alasan untuk tak memberikan ruang tersendiri bagi hal yang berbeda tersebut. 

Tak semua hal harus diperbincangkan pada dunia. Sama seperti halnya tak semua hal juga bisa diterima dengan baik di mata manusia yang lain. Ada banyak hal yang menjadi lingkup privasi, dan akan mendapatkan respons yang kurang baik jika mencium mata publik. 

Saya mengamati orang-orang di sekitar saya, mulai dari seseorang yang begitu populer hingga dijuluki social butterfly, sampai orang pendiam yang cenderung menghabiskan waktu lebih banyak di kamar. Semuanya punya hal privasi tersendiri yang tak diungkap pada siapapun. Semua memiliki ruangnya tersendiri. Dan semua dilakukan sebagai bentuk rasa sayang terhadap diri sendiri.

Ketidaknyamanan, ketakutan atas penolakan, dan hal baik yang memang sengaja disembunyikan, pada intinya semua adalah demi kenyamanan untuk menjalani hari. Tak jauh berbeda dari orang lain, saya juga kerap kali menyisihkan waktu bagi diri saya sendiri. 

Sekadar untuk menikmati secangkir cokelat panas, mendengarkan musik sebagai pengiring suasana, menghayati alur cerita dari buku yang saya baca, menonton film dengan bermacam genre,  atau melakukan  monolog di depan cermin. 

Ketika menjalani aktivitas di luar, tentu ruang privasi untuk sendiri terbilang cukup sulit. Ada saat-saat dimana berkumpul bersama banyak orang begitu menguras tenaga dan melelahkan. Atau terkadang, perasaan sepi yang melintas kala berada di keramaian. Semua sebenarnya adalah tanda dari tubuh dan psikis, jika ia perlu waktunya sendiri. 

Itulah hal terunik dalam diri kita sendiri. Menjadi diam tak lantas membuat kita berhenti melalui perbincangan dan perdebatan. Ada banyak kebisingan dan pergolakan hati serta pikiran yang justru terjadi pada diri sendiri. Oleh karena itu juga, menghadirkan ruang tersendiri bagi diri adalah bagian dari self-love. Karena tak mungkin memforsir semua tenaga tanpa memberikan diri sedikit jeda hanya untuk beristirahat. Reward pada diri sendiri tak selalu berupa uang atau barang, sisihkan waktu me time yang berkualitas juga merupakan bagian dari self-reward

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak