Kerja-kerja dalam meningkatkan kualitas pendidikan harus terus dilakukan demi menciptakan generasi bangsa yang tangguh dan mampu menghadapi tantangan zaman. Kurikulum Merdeka menjadi bagian dari upaya tersebut.
Mendikbudristek Nadiem Makarim mengungkapkan, Kurikulum Merdeka hadir untuk menanggulangi krisis pembelajaran, sekaligus menciptakan generasi adaptif yang bisa menghadapi perubahan zaman dengan kemandirian. Surat Keputusan BSKAP Nomor 044/H/KR/2022 telah menetapkan lebih dari 140.000 satuan pendidikan yang menerapkan Kurikulum Merdeka pada tahun ajaran 2022/2023.
Kurikulum Merdeka diharapkan menjadi jalan membangun pendidikan yang memerdekakan, di mana peserta didik belajar dengan antusias, ceria, sesuai minat dan bakat. Di tengah suasana pembelajaran di sekolah yang selama ini monoton dan kurang menarik bagi siswa, Kurikulum Merdeka hadir menawarkan keleluasaan dan fleksibilitas.
Siswa SMA tidak ada program peminatan dan bisa memilih mata pelajaran sesuai minat, bakat, dan aspirasi. Guru mengajar sesuai tahap capaian dan perkembangan siswa. Sekolah bahkan memiliki wewenang mengembangkan dan mengelola kurikulum pembelajaran sesuai karaktertistik satuan pendidikan dan kebutuhan siswa (kemdikbud.go.id).
Di tengah belenggu yang dirasakan murid karena banyaknya materi dan proses pembelajaran yang cenderung masih sekadar bersifat hafalan (kognitif) minim menyentuh aspek afektif dan psikomotorik, Kurikulum Merdeka hadir menawarkan pembelajaran yang interaktif, sederhana, dan esensial serta mendalam.
Kurikulum Merdeka fokus ke materi yang esensial serta pengembangan kompetensi siswa sesuai fasenya. Di sinilah, proses pembelajaran diharapkan akan menjadi lebih mendalam, tidak terburu-buru, menyenangkan, dan bermakna (kemdikbud.go.id).
Tantangan dan solusi dalam implementasi
Mengutip dari laman kemdikbud.go.id, 25/2/2022, Kemdikbud telah menetapkan tiga pilihan dalam implementasi Kurikulum Merdeka jalur mandiri di tahun ajaran 2022/2023 ini.
Pertama, Mandiri Belajar, di mana satuan pendidikan diberi kebebasan saat menerapkan Kurikulum Merdeka beberapa bagian dan prinsip Kurikulum Merdeka, tanpa mengganti kurikulum satuan pendidikan yang sedang diterapkan pada PAUD, kelas 1, 4, 7, dan 10.
Kedua, Mandiri Berubah, di mana satuan pendidikan diberi keleluasaan saat menerapkan Kurikulum Merdeka dengan menggunakan perangkat ajar yang sudah disediakan pada satuan pendidikan PAUD, kelas 1, 4, 7, dan 10.
Ketiga, Mandiri Berbagi, di mana satuan pendidikan diberi keleluasaan menerapkan Kurikulum Merdeka dengan mengembangkan sendiri berbagai perangkat ajar pada satuan pendidikan PAUD, kelas 1, 4, 7, dan 10.
Keleluasaan dan fleksibilitas dihadirkan demi pendidikan yang lebih menyenangkan, bermakna, dan berkualitas. Namun, implementasi Kurikulum Merdeka tentu tak bisa lepas dari tantangan. Kurikulum Merdeka menghadirkan perubahan yang mendasar. Dibutuhkan kesiapan oleh semua pihak dalam penerapannya.
Di antara tantangan yang dihadapi dalam implementasi Kurikulum Merdeka adalah:
Pertama, kesiapan pendidik. Keleluasaan bisa menjadi tantangan ketika pendidik belum siap dengan keleluasaan yang diberikan. Selama ini, pendidik cenderung mengajar dengan pendekatan seragam, menilai kemampuan dan capaian peserta didik dengan satu ukuran yang sama.
Di Kurikulum Merdeka, mindset dan kebiasaan tersebut diubah. Guru dituntut menjadi mentor dan fasilitator bagi keragaman siswa, mendiagnosa potensi siswa, serta memberi pembelajaran yang sesuai tingkat pemahaman dan capaian masing-masing. Guru mesti bisa membuat anak menjadi pembelajar aktif yang mandiri.
Melihat tantangan tersebut, sangat penting bagi Kemdikbudristek terus memberi bekal dan pelatihan bagi pendidik agar mampu mengimplementasikan kurikulum Merdeka dengan baik. Keleluasaan guru dan sekolah dalam Kurikulum Merdeka bukan berarti lepas dari tanggung jawab meningkatkan mutu pendidikan.
Kedua, kesiapan anak didik. Tak hanya pendidik, ketidaksiapan anak dalam Kurikulum Merdeka juga bisa menjadi tantangan. Keleluasaan dalam memilih apa yang akan dipelajari, harus tetap mendapatkan bimbingan dan support yang positif, baik dari pendidik maupun orang tua. Bimbingan di sini bukan berarti “menyetir” atau bahkan menekan, namun bagaimana memandu dan mendorong agar potensi dan kreativitas anak didik bisa tergali, terasah, dan berkembang optimal.
Kesuksesan Implementasi Kurikulum Merdeka bergantung pada kesiapan guru, anak didik, kepala sekolah, dan seluruh stake holder terkait. Semua mesti paham peranan masing-masing dan bersinergi untuk menciptakan suatu perubahan positif demi meningkatkan kualitas pendidikan.