Katanya sih makan itu waktu yang sakral, tapi sekarang rasanya lebih kayak sesi nonton Netflix atau scroll TikTok sambil ngunyah.
Makan siang jadi sekalian update timeline, makan malam ditemani YouTube. Tapi, pernah nggak sih kepikiran: ini kita lagi makan... atau cuma numpang kenyang sambil ngelamun di layar?
Makan Sambil Scroll, Emang Salah?
Kita hidup di zaman serba digital. Nggak aneh kalau aktivitas makan sekarang sering diselipin sama "tugas negara" lain: bales chat, nonton drakor, sampai ngurus konten. Jujur aja, kadang rasanya seperti ada yang kurang kalau makan sendirian tanpa buka HP.
Tapi ternyata, kebiasaan makan sambil screen time ini punya dampak yang lebih dalam dari sekadar lupa rasa makanan.
Sebuah studi di jurnal Appetite (2013) menyebutkan bahwa makan sambil nonton atau main HP bisa bikin kita makan lebih banyak tanpa sadar. Kenapa? Karena otak kita nggak sepenuhnya sadar sama proses makan itu sendiri—alias autopilot. Makanan masuk, tapi rasa kenyang sering datang telat.
Penelitian lain dari Tiongkok tahun 2020 juga menemukan bahwa remaja yang terbiasa makan sambil menatap layar cenderung punya pola makan lebih buruk dan konsumsi junk food lebih tinggi. Ini juga bikin mereka lebih rentan obesitas.
Makan yang tadinya bisa jadi waktu istirahat dan refleksi, malah berubah jadi rutinitas tanpa makna. Piring kosong, tapi pikiran masih sibuk nge-like dan swipe.
Mindful Eating: Sekadar Tren atau Solusi?
Belakangan ini, istilah mindful eating mulai sering muncul, terutama di kalangan yang lagi capek sama hidup yang serba cepat.
Mindful eating berarti makan dengan penuh kesadaran—merasakan rasa makanan, mengunyah perlahan, dan menyadari sinyal kenyang dari tubuh. Kedengarannya simpel, tapi praktiknya? Susah banget kalau notifikasi terus berdatangan.
Program MB-EAT (Mindfulness-Based Eating Awareness Training) yang dikembangkan di Amerika bahkan menunjukkan hasil signifikan. Mereka yang ikut program ini bisa menurunkan kebiasaan binge eating dan merasa lebih puas secara emosional setelah makan (Kristeller & Wolever, 2011).
Secara teori psikologi, mindfulness berarti mengarahkan perhatian penuh pada saat ini tanpa menghakimi. Ketika kita mindful saat makan, kita bukan cuma menyehatkan tubuh, tapi juga menenangkan pikiran.
Jadi iya, mindful eating itu bukan sekadar tren gaya hidup sehat. Ia adalah bentuk self-care yang nyata, terutama di tengah hidup yang penuh distraksi.
Duduk Makan Tanpa HP, Emang Masih Relevan?
Mungkin terdengar jadul, tapi duduk makan tanpa HP masih sangat relevan—apalagi kalau kita sadar bahwa tubuh dan pikiran kita butuh jeda.
Sebuah penelitian di Malaysia (2021) menunjukkan bahwa remaja dengan screen time lebih dari 4 jam per hari punya kemungkinan lebih besar mengalami emotional eating. Ini terjadi karena layar sering jadi pelarian dari stres, bukan alat bantu produktivitas seperti yang sering kita klaim.
Sayangnya, ruang makan kini makin bersaing dengan konten digital. Bahkan di rumah sekalipun, meja makan sering disulap jadi tempat kerja, tempat belajar, atau tempat nonton.
Tapi, selalu ada jalan tengah. Kita nggak harus langsung “suci” dari layar. Mulailah dari hal kecil, misalnya:
- Makan 5–10 menit pertama tanpa screen.
- Letakkan HP agak jauh saat makan.
- Fokus merasakan rasa makanan dan teksturnya.
Dengan langkah kecil ini, makan bisa kembali jadi aktivitas yang mengisi, bukan cuma mengenyangkan.
Jadi, Mau Makan atau Ngelamun Online?
Kadang kita pikir lapar itu cuma soal perut yang kosong. Tapi bisa jadi, kita cuma haus perhatian dari diri sendiri yang sudah terlalu sibuk scroll-scroll kehidupan orang lain.
Kalau selama ini makan cuma jadi aktivitas sekilas lewat, mungkin ini saatnya kita ambil jeda. Nggak perlu langsung sempurna, cukup mulai dari satu suapan penuh kesadaran.
Karena makan itu bukan cuma soal nutrisi, tapi juga soal hadir dan terhubung dengan diri sendiri.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS