Saat ini isu berita mengenai politik sedang gencar-gencarnya dibicarakan, seolah menjadi topik utama di berbagai kalangan. Baik bagi para petinggi negeri, maupun masyarakat awam tak pernah luput dari topik tersebut setiap harinya. Apalagi bila yang kita bicarakan adalah isu politik di negara kita, Indonesia.
Belum lama ini sempat ramai dibicarakan mengenai lama jabatan presiden yang akan berlangsung selama tiga periode. Sebagian masyarakat berada di pihak pro. Namun, banyak lainnya berada di pihak kontra. Juga sempat ramai di perbincangkan mengenai pergantian kebijakan dan sanksi hukuman yang menimbulkan beragam reaksi masyarakat. Serta ada berbagai hal lain yang tentunya masih menjadi daya tarik berbagai media offline maupun online dalam memasarkan berita.
Sebetulnya, akan sangat baik apabila masyarakat kita sadar dan mulai turut berpartisipasi dalam dunia perpolitikan Indonesia. Terlebih lagi apabila para generasi muda mulai aktif atau berminat mem-follow up isu politik.
Akan tetapi sangat disayangkan, hingga kini masih banyak anak muda yang belum concern atau sadar secara penuh akan pentingnya hal tersebut. Tentunya setiap hal yang terjadi pasti selalu ada sebab di baliknya, nah begitupun juga dengan berikut ini.
Generasi muda di negara kita cenderung lebih tertarik untuk mem-follow up hal yang berkaitan dengan trend-trend terbaru. Sebagian bahkan berpikir membicarakan politik adalah topik yang berat dan terlalu serius untuk kalangan anak muda. Selain itu, partai politik yang cenderung lebih mendekatkan diri pada kalangan tua dibandingkan anak muda juga turut menjadi penyebab rendahnya minat berpolitik generasi muda.
Bila kita berbicara mengenai faktor-faktor penyebab yang dipaparkan, kenyataannya memang cukup ironis. Namun, tentu ada solusi bagi setiap permasalahan yang ada. Sebetulnya, para generasi muda di Indonesia yang masih mempunyai pola pikir bahwa topik politik terlalu kuno dan berat untuk meraka bicarakan itu, bisa disiasati dengan memunculkan berbagai influencer dari kalangan muda yang mengangkat isu politik. Mungkin hal itu akan menambah daya tarik para generasi muda untuk peduli dengan nasib negaranya.
Selanjutnya bila kita berbicara mengenai pendekatan partai politik kepada para generasi muda masa kini, memang benar adanya, pendekatan mereka kurang bisa menarik perhatian. Masalahnya, pendekatan yang dilakukan partai politik tersebut cenderung bersifat jangka pendek, contohnya sebagian besar dari mereka hanya akan ‘tampil’ maupun bergerilya melakukan kerja politik ketika mendekati masa kompetisi saja, dan menjadikan para anak muda seolah hanya sebagai mediator belaka.
Meskipun tidak semua partai politik melakukan hal itu, tetapi pada kenyataannya tidak sedikit juga yang masih berpegang pada cara lama tersebut. Seharusnya pendekatan politik oleh berbagai pihak kepada generasi muda ini perlu dilakukan evaluasi yang mungkin bisa meningkatkan minat serta peran anak muda dalam dunia politik sedari kini.