Sebuah nilai yang telah tertanam dalam masyarakat bahwa tugas seorang ibu adalah mengasuh anak. Padahal, seharusnya tidak demikian. Sudah seharusnya itu merupakan peran kedua orang tua. Beberapa waktu yang lalu, Indonesia dinobatakan sebagai negara dengan peringkat ketiga atas peran ayah terendah dalam pengasuhan, atau lebih dikenal dengan fatherless country.
Pengertian Fatherless Country
Secara bahasa fatherless country berarti adalah negara kekurangan ayah. Melansir pernyataan Edward Elmer Smith, seorang psikolog asal Amerika, dalam Popmama, Minggu (15/1/2023) Jika diartikan lebih lengkap, bahwa fatherless country adalah sebuah negara yang ditandai dengan keadaan atau gejala dari masyarakatnya berupa kecenderungan tidak adanya peran dan keterlibatan figur ayah baik secara fisik ataupun psikologis dalam kehidupan anak.
Mengapa Muncul Fenomena Fatherless Country?
Jika membahas mengenai fatherless country tentu saja hal ini sangat berpegangan erat dengan stigma masyarakat bahwa tugas seorang ayah adalah mencari nafkah dan tugas seorang ibu adalah mengurus anak. Padahal di zaman saat ini isu-isu mengenai kesetaraan dan feminis sudah mulai disuarakan.
Sayangnya, itu belum berlaku secara merata. Beberapa masyarakat Indonesia masih sangat lekat dengan pandangan masyarakat bahwa tugas ayah adalah bekerja, setelah bekerja seharian pasti lelah dan butuh beristirahat, lalu kapan ada untuk anak? Inilah yang akhirnya mendorong munculnya fatherless country.
Beberapa orang mungkin saja pernah mendengarkan orang lain berkata, “Rajin banget ya mbak suaminya mau mandiin anak?” atau “Enak ya mbak suaminya sering ngajak main anaknya?”. Beberapa orang pasti merasa itu pertanyaan basa basi memuji, tapi beberapa orang juga menahan diri dengan jawabannya dan memilih tersenyum pura-pura ramah.
Sebenarnya, ini bukan sepenuhnya salah ayah, melainkan Indonesia yang terbiasa dengan budaya patriarki sejak lama. Pandangan tentang petak-petak pekerjaan dan tugas di rumah menjadi penyebabnya.
Dampak Negatif Anak Tanpa Pengasuhan Ayah
Ayah dan ibu tentunya memiliki peran yang sama-sama penting dalam pengasuhan anak. Ketimpangan pada salah satunya mengakibatkan ketidakseimbangan dalam pembentukan kepribadian anak. Tentu saja fenomena fatherless country ini akan berdampak bagi generasi selanjutnya.
Psychology Today, Minggu (15/1/2023) sejumlah peneliti merangkup hal-hal yang akan terjadi saat seorang anak tidak didampingi sosok ayah yang terlibat dalam pengasuhan, seperti:
- Memiliki konsep diri yang buruk, merasa tidak aman secara fisik dan emosional.
- Masalah perilaku dan gangguan kejiwaan.
- Memiliki perasaan takut, cemas, dan tidak bahagia.
- Kemampuan akademiknya buruk.
- Cenderung melakukan kejahatan atau kenakalan remaja.
- Penyalahgunaan narkoba
- Melakukan pergaulan bebas, penyimpangan orientasi seksual (bisa menjadi pelaku atau korban)
- Memiliki hubungan yang rumit dengan pasangannya di masa depan.
Harus Malu Atau Sedih?
Tentu saja ini adalah sebuah ironi. Mengingat dampak negatif yang ditimbulkan bagi anak yang tumbuh tanpa sosok ayah. Ini seperti melihat masa depan dari negara kita sendiri. Lalu haruskah kita malu atau sedih? Tentu saja keduanya! Namun itu lantas tidak membuat kita berdiam diri. Kita harus berubah! Membuat sebuah kepakan besar dan menimbulkan dampak spektakuler tentu saja bagus, namun apabila sayap kalian tidak besar, mulailah di sekitar kalian.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS