Melakukan pertolongan tentunya adalah suatu hal yang sudah tertanam di dalam benak kita. Semua orang seharusnya berbuat baik dan melakukan hal-hal kebaikan, termasuk memberikan pertolongan kepada yang membutuhkan. Mungkin, dari awal, atau saat kita masih kecil sudah kenyang dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan hal-hal yang diajarkan oleh orang tua tentang kebaikan dalam menolong.
Secara otomatis, otak kita akan meresponsnya, dan seiring bertambahnya usia semakin banyak versi kebaikan di luar sana. Hal-hal kebaikan yang diajarkan di dalam rumah tentunya akan sedikit berbeda ketika dengan sendirinya melihat fakta yang ada.
Pada faktanya, kebaikan itu kompleks. Kenapa demikian? Apakah dengan kita melakukan kebaikan dengan versi kita sendiri kepada orang lain akan berujung kebaikan juga? Apakah dengan selalu menolong orang itu adalah kebaikan? Bahkan mengesampingkan terlebih dahulu kepentingan diri sendiri demi bisa menolong orang lain, apakah itu kebaikan?
Lalu apa fungsinya kebaikan kalau pada faktanya pemaknaannya saja berbeda-beda? Sebelum jauh ke sana, alangkah baiknya kita mengetahui terlebih dahulu mengapa kita harus melakukan kebaikan, ya tentunya untuk menolong sesama, menolong orang lain yang berdampingan secara sosial. Namun, apa jadinya jika kita kecanduan dengan sifat menolong itu?
A. Savior Complex dan Sebabnya
Bisa-bisanya orang yang suka menolong disebut sebagai orang yang mempunyai gangguan mental? Memang sedikit klise, tapi pada kenyataannya memang seperti itu. Gangguan mental itu disebut dengan Superhero Syndrome. Menurut Ikhsan Bella Persada, M.Psi. Superhero Syndrome (Savior Complex) adalah di mana seseorang merasa harus selalu menolong orang lain tanpa mengkomunikasikannya terlebih dahulu, terkadang belum tentu juga orang itu pun mau ditolong.
BACA JUGA: Berwisata di The Lodge Maribaya, Abadikan Momen di Spot Foto Cantik
Orang yang mengalami Superhero Syndrome ini bertindak secara berlebihan, seperti sikap suka bekerja keras berlebihan, hingga pengorbanan diri yang berlebihan, bahkan karena itu semua bisa menimbulkan konflik kepada dirinya sendiri.
Meskipun fenomena ini tidak diklasifikasikan sebagai gangguan mental, ada banyak kasus yang membawa efek merugikan. Beberapa studi kasus atas Superhero Syndrome di kalangan pegawai negeri mengungkap kisah-kisah mencengangkan, mulai dari aparat kepolisian yang membenarkan hoaks agar tampil heroik, hingga petugas pemadam kebakaran yang sengaja melakukan pembakaran hanya untuk menikmati serunya memadamkan api.
Pada skala yang lebih kecil, Superhero Syndrome dapat menyebabkan lingkungan kerja yang tidak bersahabat. Ada satu pola umum: orang yang terkena Superhero Syndrome sering kali tidak menyadari gawatnya masalah yang mereka buat karena terlalu percaya diri dan narsisme.
Juga, seseorang yang mengidap Superhero Syndrome merasa dirinya dibutuhkan orang lain saat mereka terkena musibah. Bahkan, mereka sampai rela mengesampingkan kepentingan dirinya sendiri hanya untuk bisa membantu orang lain. Apa jadinya jika seperti itu? Yang pasti orang yang ditolong oleh pengidap ini akan merasa terganggu, bahkan merasa terusik. Menariknya, mereka melakukan itu semua tanpa mengharapkan imbalan, tapi demi kepuasan dirinya sendiri karena obsesinya.
B. Akibat
Tentunya ini adalah hal yang paradoks, di dalam hal-hal kebaikan pun tak selalu berujung menjadi baik. Sesuatu yang dilakukan secara berlebihan memang harus dihindari, termasuk dalam hal kebaikan. Niatnya baik ingin menolong sesama, tetapi jika dalam mekanismenya terlalu berlebihan malah bisa membuat orang lain terganggu.
Dampaknya kepada diri sendiri adalah rentan dimanfaatkan karena sifatnya yang suka menolong tanpa pamrih, bisa dijadikan alat untuk mencapai tujuan orang lain oleh mereka yang tidak bertanggungjawab. Jelas ini sangat merugikan diri dari pengidap Superhero Syndrome. Berbuat baik itu mengasyikkan, dan pada saat yang sama ia juga bisa memabukkan. Kita mungkin terjebak dalam ilusi yang dibentuk oleh kegembiraan untuk menjadi orang yang kuat dan baik, memisahkan kita dari kenyataan. Pada akhirnya, itu akan menimbulkan efek domino yang berbahaya.
Sejatinya kebaikan adalah kewajiban yang harus dilakukan oleh semua orang, namun jangan sampai bisa merugikan kepada diri sendiri dan orang lain. Semuanya ada batasan ada ketentuan, segala sesuatu yang dilakukan secara berlebihan pasti dapat menimbulkan akibat. So, bijaksanalah dalam melakukan kebaikan, sewajarnya saja. See ya!
Sumber:
Ardianti, F. "Terlalu Suka Menolong? Yuk Kenali Superhero Syndrome". klikdokter.com
Wisanggeni, B. "Superhero Syndrome: When You Shouldn't Try to Be A Savior". su-re.co
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS