Teruntuk kegiatan KKN mahasiswa yang turun di desa-desa, pasti nggak sedikit ditemukan segerombolan mahasiswa tersebut akan memasang baliho posko KKN. Baliho itu umumnya dipasang di depan rumah atau gedung yang memang dijadikan sebagai tempat untuk berposko. Biasanya sih di rumah pak desa atau pak dusun.
Umumnya baliho posko KKN itu diperuntukan sebagai tanda kalau di desa terkait memang sedang ada mahasiswa yang melakukan KKN. Dikit-dikit setidaknya masyarakat tahu bahwa akan ada mahasiswa yang melaksanakan berbagai program KKN dari mahasiswa di desanya itu.
BACA JUGA: Rekrut Kader Organisasi Memang Penting, tapi Kualitas Diri juga Tak Kalah Genting
Tak lebih dari yang lain, KKN mestinya dilaksanakan sebagai bentuk pengabdian mahasiswa kepada masyarakat, sebagai ajang mahasiswa untuk bisa beradaptasi dan bersosialisasi secara langsung kepada masyarakat. Beruntung sih kalau mahasiswa KKN mampu memberikan solusi dari masalah yang dihadapi masyarakat.
Mahasiswa yang KKN tentu mudah dijumpai akan sering memakai seragam almamater kampus, dengan begitu masyarakat juga bisa mengenali asal kampus dari mahasiswa KKN tersebut. Saya rasa penandaan itu sudah cukup bisa dikenali oleh masyarakat.
Namun, ada hal yang mengganjal di pikiran saya soal mahasiswa yang KKN. Problemnya bukan dari mahasiswanya, tetapi dari rektornya yang suka memasang foto di baliho posko KKN. Saya sih nggak terlalu tahu persis, apa maksud dan tujuan memasang foto rektor di posko KKN tersebut, tetapi yang jelas saya merasa alergi melihat itu.
Okey, saya akan coba uraikan kasusnya. Di daerah saya di Sulawesi Barat (Sulbar), ada salah satu kampus dari Sulawesi Selatan (nggak usah saya sebut nama kampusnya, takut dihujat lagi, hehe) yang ketika ada mahasiswanya KKN selalu saja ditempatkan di daerah Sulawesi Barat. Saya pun nggak tahu kenapa bisa begitu.
Saat saya perhatikan dan sering memang saya temui, baliho posko KKN dari kampus tersebut selalu saja ada foto rektornya yang terpampang di baliho tersebut. Ukuran fotonya pun juga cukup besar, sehingga kalau dipandang dari jauh juga dengan mudah kita menilai kalau foto itu adalah rektor dari kampus ini.
Usut punya usut, setelah saya telusuri latar belakang dari rektor tersebut, ternyata ia juga telah diisukan akan mau maju di Pemilihan Gubernur (Pilgub) 2024 mendatang di daerah Sulbar. Katanya rektor tersebut merupakan keturunan dari daerah Sulawesi Barat. Makanya ia pun mau mengabdikan dirinya di Sulawesi Barat untuk maju sebagai calon Gubernur.
Hubungannya apa? Mungkin banyak orang yang menilai kalau itu nggak ada hubungannya sama sekali. Dia posisinya sekarang rektor, wajarlah. Tapi bagi saya, itu kurang etis.
Masalahnya, rektor itu diisukan mau maju di Pilgub Sulbar, balihonya pun sudah banyak terpampang di sepanjang jalan di Sulawesi Barat, dan di situ sedah jelas mau maju sebagai calon Gubernur Sulbar mendatang.
Sehingga foto yang dipasang di posko KKN itu bisa saja dimaknai orang sebagai bentuk politis, tak bisa dipungkiri ketika foto rektor terpampang di baliho posko KKN, kemudian dipasang di rumah pak desa atau yang lain. Maka suatu ketika dilihat orang, tentu akan bisa menilai kalau rektor tersebut merupakan orang yang juga mau maju di Pilgub Sulbar. Itukan bisa dibilang sebagai ajang sosialisasi kepada masyarakat dengan memanfaatkan medium KKN mahasiswa.
Seandainya rektor tersebut nggak ada niat mau maju di Pilgub dan nggak ada pula balihonya bertebar di mana-mana sebagai calon Gubernur Sulbar, mungkin itu nggak apa-apa amat kalau memang mau pasang foto di posko baliho KKN. Tapi kan nyatanya nggak begitu.
Posisinya sekarang, dia sebagai rektor dan dia juga telah dikampanyekan calon Gubernur Sulbar. Itu kan bisa menimbulkan berbagai persepsi dari masyarakat.
Belum lagi nih, kalau memang rektor itu mau melakukan sosialiasi ke masyarakat, maka sewaktu-waktu rektor tersebut akan berkunjung ke lokasi KKN sebagai seorang rektor yang memantau mahasiswanya KKN. Belum juga kalau ia selalu menitipkan kepada mahasiswa yang KKN untuk sering menyebut namanya dalam melaksanakan setiap program yang dijalankan mahasiswa yang KKN tersebut.
BACA JUGA: Alasan di Balik Timbulnya Stigma Anak Zaman Sekarang Bermental Lemah
Dan yang paling mengganjal juga dan sangat terkesan sangat politis, kanapa setiap ada program KKN dari kampus tersebut selalu saja ditempatkan di wilayah Sulawesi Barat, artinya sangat tepat karena daerah tersebut akan menjadi basis suara dari rektor tersebut jika memang resmi menjadi calon Gubernur Sulbar mendatang.
Oleh karena itu, untuk rektor yang mau maju di Pilgub Sulbar mendatang, mungkin nggak usah pasang fotonya di baliho posko kalau ada mahasiswanya yang KKN. Itu bisa dinilai publik sebagai ajang sosialisasi lho.
Lebih baik untuk sekarang, fokus saja dulu urus kampus dengan menyelesaikan segala permasalahan di kampus, terlebih mampu memberikan solusi kepada mahasiswa yang kadang sekarat membayar UKT. Nggak usah urus-urus politik dulu, karena posisimu sekarang adalah rektor. Jangan sampai kamu terlalu sibuk urus persiapan mau maju Pilgub justru kamu melalaikan problem-problem mahasiswa.
Kalau pun memang mau ngotot mempersiapkan diri maju di Pilgub Sulbar, mungkin lebih baik mundur saja dari posisi rektor. Berikan saja kepada mereka yang mau betul-betul serius mengurus kampus tanpa ada kepentingan kelompok atau pribadi. Supaya kerjanya nggak simpang siur, supaya jelas kalau posisi rektor itu benar-benar fokus memperbaiki dan memberikan pelayanan yang terbaik kepada mahasiswa. Saya rasa begitu, dan tanpa ada unsur benci apa pun.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS