Di dunia mahasiswa, tentu amat banyak organisasi mahasiswa yang bisa dijumpai, baik organisasi yang mendayu diri sebagai organisasi intra kampus maupun organisasi ekstra kampus. Teruntuk organisasi ekstra kampus, ia tentu memiliki ideologi dan cara pendidikan karakter untuk kadernya masing-masing.
Hal yang jadi persamaan dari organisasi-organisasi yang ada di kampus, yaitu antusiasnya dalam perekrutan kader atau penerimaan anggota baru. Perekrutan anggota baru menjadi vital penting di dalam sebuah organisasi agar lembaga tersebut memiliki regenerasi dalam melanjutkan kepengurusan organisasi. Simpelnya, supaya organisasi ada yang mengurus dan enggak mati.
Sebagai organisasi mahasiswa, maka hal fundamental yang harus diingat bahwa organisasi mestinya memberikan pendidikan dan pembentukan karakter, melatih kepemimpinan, dan lain sebagainya. Organisasi mesti hadir sebagai forum untuk mengasah kemampuan dan keterampilan bagi setiap anggota yang tergabung di dalamnya.
Saat musim mahasiswa baru, tentu tak jarang dijumpai para mahasiswa senior kampus dan juga kader organisasi banyak bertebaran dalam melakukan sosialisasi supaya masuk di organisasi yang dimaksud. Sosialiasi itu dilakukan supaya nantinya mahasiswa bisa ikut pengkaderan dan bisa menjadi anggota organisasi.
Sebenarnya ajang sosialisasi untuk ikut pengkaderan di organisasi mahasiswa jelas enggak masalah, karena dengan salah satu cara itu sehingga mahasiswa bisa ikut bergabung di organisasi. Namun yang jadi masalah, jika yang mensosialisasikan organisasi tersebut malah kualitas dirinya tak seperti iming-iming organisasi yang disosialisasikan.
Mungkin tidak semua, tapi ada beberapa kader organisasi yang pada saat mensosialisasikan organisasinya agar mahasiswa lain bisa ikut pengkaderan, justru tak menampilkan kualitas dirinya kalau memang layak untuk diikuti.
Mereka bersosialisasi yang hanya pandai beretorika dan hanya bisa menjual prestasi tokoh bangsa saja, namun kualitas dan kemampuan dirinya malah masih sangat minim. Mereka kadang beranggapan tidak terlalu penting memperbaiki kualitas diri, asalkan jumlah kadernya banyak, dan supaya organisasi bisa besar serta banyak pengikut.
Alhasil, yang mereka lakukan hanya memperbanyak kader dan mengesampingkan untuk memperbaiki kualitas dirinya terlebih dahulu. Sehingga yang dipertontonkan pada saat sosialisasi pun terkesan tidak berkualitas, melainkan hanya menjual prestasi dan nama orang saja.
Sesuatu yang mengusik pikiran saya sebenarnya, mending enggak usah banyak bicara omong kosong mengenai organisasimu kalau kualitas dirimu saja belum terlalu mempuni. Ya, rekrut kader memang penting demi kelanjutan organisasi. Tetapi perlu kamu ingat, jika kualitas kader di dalam sebuah organisasi itu enggak baik malah ujungnya juga bisa berbahaya, lho.
Ketika kamu masih gunakan cara dengan bersosialisasi tanpa memperhatikan kualitas terlebih dahulu, maka organisasi kamu justru menanamkan nilai-nilai budaya yang buruk, karena kamu lebih mementingkan kader ketimbang memperbaiki kualitas dulu.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS