Tidak dapat dimungkiri keberadaan para pemain naturalisasi menjadi bagian penting kebangkitan timnas Indonesia. Dalam beberapa ajang yang telah dilakoni, Indonesia banyak menuai hasil positif, termasuk dalam 2 bulan terakhir. Piala Asia 2023 dan Kualifikasi Piala Dunia 2026 menjadi indikatornya.
Namun situasi berbeda justru terjadi di negara tetangga, Malaysia. Upaya Malaysia memboyong 14 pemain naturalisasi dalam ajang Piala Asia 2023 tidak membawa dampak signifikan. Malaysia tetap tergusur dari ajang paling bergengsi di Benua Asia tersebut.
Demikian pula dalam ajang Kualifikasi Piala Dunia 2026. Meski meraih nilai 6, secara penampilan Malaysia masih biasa-biasa saja. Bahkan di 2 pertandingan terakhir mereka harus tekuk lutut di tangan Oman. Hal ini menjadi pertanyaan besar.
Mengacu pada apa yang pernah disampaikan Shin Tae-yong saat minta PSSI melakukan naturalisasi terhadap beberapa pemain, hal ini yang menjadi pembeda. Shin Tae-yong tetap mensyaratkan garis keturunan sebagai syarat utama.
Beda dengan Malaysia yang hanya melakukan ‘asal naturalisasi’. Malaysia tidak mensyaratkan garus keturunan sebagai dasar naturalisasi. Mereka hanya melihat pemain asing yang ada di liga domestic, ketika mereka sudah 5 tahun di Malaysia, langsung di naturalisasi.
Faktor inilah yang menjadi pembeda. Ikatan darah yang ujung-ujungnya ikatan emosional tidak ada pada para pemain yang dinaturalisasi. Sehingga saat mereka bermain tak ubahnya pemain yang bermain di klub. Mereka bermain sebatas profesionalitas semata.
Hal berbeda ada di timnas Indonesia. Ikatan darah ini membuat mereka merasa menjadi bagian dari tim. Maka tidak heran jika mereka pun fasih menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya di setiap laga resmi.
Hal ini menjadi nilai plus yang tidak dimiliki para pemain naturalisasi Malaysia. Maka tidak heran penampilan mereka pun akhirnya tidak sebaik para pemain naturalisasi Indonesia.
Malaysia sendiri termasuk negara yang getol melakukan naturalisasi. Saat itu selain Malaysia juga ada Singapura dan Filipina. Namun nasib kedua negara ini pun tidak jauh beda dengan Malaysia, bahkan Singapura sekarang kapok melakukan program naturalisasi.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka wajar jika Shin Tae-yong ngotot mensyaratkan garis keturunan saat akan melakukan naturalisasi. Ternyata pertimbangan itu yang menjadikan program naturalisasi Indonesia lebih berhasil dibandingkan Malaysia.