Tantangan Disrupsi Teknologi Melalui Kurikulum Merdeka yang Adaptif

Hernawan | Yayang Nanda Budiman
Tantangan Disrupsi Teknologi Melalui Kurikulum Merdeka yang Adaptif
Ilustrasi sekolah (unsplash.com/Kenny Eliason)

Di tengah pesatnya perkembangan teknologi digital dewasa ini, pendidikan di Indonesia menjadi salah satu sektor yang secara langsung menghadapi tantangan dan peluang baru dalam implementasi Kurikulum Merdeka.

Disrupsi teknologi yang terjadi sepuluh tahun terakhir ini tidak hanya mengubah bagaimana cara kita berinteraksi dengan informasi, melainkan juga memberikan fleksibilitas hingga otonomi lebih kepada struktur pelaksana pendidikan, menghadapi keperluan untuk beradaptasi dengan akselerasi terhadap perkembangan teknologi yang terjadi pada saat ini. 

Pemanfaatan alat digital, platform pembelajaran daring dan sumber daya berbasis teknologi lainnya memaksa kita untuk memperbaharui metode pengajaran dan evaluasi dalam kurikulum.

Maka dari itu, penting untuk memahami bagaimana ekses disrupsi teknologi berdampak terhadap implementasi Kurikulum Merdeka dan bagaimana kita bisa bisa memanfaatkannya untuk meningkatkan kualitas pendidikan serta mempersiapkan siswa menghadapi tantangan masa depan. 

Tantangan Disrupsi Teknologi Terhadap Kurikulum Merdeka

Perkembangan teknologi menghadapi sejumlah tantangan dalam sektor pendidikan, termasuk dalam implementasi Kurikulum Merdeka di Indonesia. Kurikulum Merdeka didesain untuk memberikan pembelajaran yang relevan dengan konteks lokal dan kebutuhan siswa. Namun dampak disrupsi teknologi yang berakselerasi jauh lebih cepat dapat mempengaruhi cara bagaimana kurikulum yang relevan dapat diterapkan. 

Pertama, transformasi teknologi informasi dan komunikasi yang begitu cepat memerlukan pembaharuan materi ajar secara berkala agar tetap sesuai dengan kebutuhan dunia kerja dan kondisi masyarakat saat ini. Demikian, Kurikulum Merdeka perlu menyesuaikan konten, strategi dan metode ajar dengan situasi perubahaan teknologi terbaru. 

Kedua, teknologi dapat meningkatkan kualitas pengajaran melalui sejumlah media seperti e-learning dan multimedia. Namun, ini memerlukan pelatihan bagi pengajar agar mereka dapat memaksimalkan pemanfaatan teknologi dengan efektif dalam proses pembelajaran, yang mungkin belum sepenuhnya terintegrasi dalam Kurikulum Merdeka. 

Ketiga, tak dipungkiri bahwa disparitas akses terhadap teknologi di sejumlah daerah di Indonesia. Sekolah di beberapa daerah terpencil mungkin belum mempunyai fasilitas yang memadai untuk memanfaatkan teknologi dengan optimal, yang dapat menyebabkan kesenjangan dalam kualitas pendidikan. 

Keempat, infrastruktur pendukung seperti hardware, software hingga konektivitas internet harus memadai untuk mengaplikasikan teknologi dalam pendidikan. Kurikulum Merdeka harus mempertimbangkan kesiapan sarana dan infrastruktur di setiap sekolah agar semua siswa dapat mengakses dan memanfaatkan teknologi dengan baik. 

Selain itu, metode evaluasi juga dapat berubah seiring dengan pengaruh disrupsi teknologi. Kurikulum Merdeka perlu mengakomodasi beragam cara atau metode penilaian berbasis teknologi seperti ujian secara online dan portofolio digital, yang mungkin mengharuskan pendekatan baru dalam penilaian dan pengukuran hasil belajar melalui metode evaluasi. 

Bagaimanapun, Kurikulum Merdeka juga harus melingkupi pengembangan keterampilan digital bagi siswa, termasuk literasi digital, keamanan data, dan penggunaan alat teknologi secara bijak. Hal ini sangat penting agar para siswa tidak hanya memanfaatkan media teknologi tetapi memahami baik secara teori maupun praktik dalam menggunakannya dengan bijak dan aman. 

Terakhir, Kurikulum Merdeka perlu mengedepankan fleksibilitas dan adaptif terhadap berbagai bentuk inovasi teknologi, menyediakan ruang untuk integrasi teknologi baru hingga proses pendekatan cara pembelajaran yang inovatif tanpa menunggu upgrading kurikulum secara resmi. 

Mengatasi sejumlah tantangan kompleks dan struktural ini memerlukan kerjasama dan koordinasi yang baik antara Pemerintah, pengambilan kebijakan dan pihak-pihak terkait yang terlibat langsung dalam bidang teknologi dan pendidikan dalam merumuskan strategi dan kebijakan untuk memfasilitasi gap teknologi dan memastikan bahwa Kurikulum Merdeka dapat diaplikasikan dengan efektif di era digital. 

Menghadapi Perubahan Melalui Penyesuaian

Dalam menyikapi disrupsi teknologi dalam sektor pendidikan melalui Kurikulum Merdeka memerlukan strategi pendekatan yang komprehensif dan terintegrasi. Salah satu langkah yang cukup penting adalah memastikan bahwa teknologi menjadi bagian integral dari kurikulum. Hal ini melibatkan penambahan materi tentang keterampilan digital, aplikasi teknologi terbaru hingga penggunaan peralatan digital dalam proses belajar mengajar. 

Guna mendukung strategi ini, penting untuk meningkatkan kualitas, kemampuan serta kompetensi pengajar melalui sejumlah pelatihan yang berfokus pada pemanfaatan teknologi dalam pendidikan serta bagaimana menerapkan metodologi pengajaran berbasis digital. Program pelatihan ini harus melingkupi pengembangan kompetensi dalam mempergunakan alat e-learning, platform digital serta metode inovatif yang memanfaatkan teknologi.

Selain itu, pengembangan infrastruktur menjadi krusial untuk memastikan bahwa semua sekolah, terutama di daerah kurang berkembang, mempunyai akses yang memadai terhadap perlengkapan sarana teknologi yang melingkupi perangkat lunak, perangkat keras hingga ketersediaan konektivitas internet. Hal ini tentu sangat penting diketengahkan agar siswa dan guru dapat memanfaatkan teknologi secara efektif dalam pembelajaran. 

Selain itu, metode evaluasi juga harus disesuaikan dengan perkembangan teknologi. Dengan mengaplikasikan beragam bentuk penilaian berbasis teknologi misalnya evaluasi berbasis proyek sehingga penilaian dapat menjadi lebih holistik dan sesuai dengan kompetensi yang dikuasai siswa. 

Arah Kebijakan Yang Mesti Dilakukan

Proses pengembangan kompetensi digital siswa, termasuk di dalamnya literasi digital hingga pemahaman pentingnya keamanan siber, juga harus menjadi topik utama yang perlu mendapatkan posisi khusus. Pasalnya, keterampilan ini sangat penting supaya para siswa dapat beradaptasi dengan cepat dalam ekosistem digital yang terus mengalami perubahan.

Menjalin kerjasama, kolaborasi hingga koordinasi dengan pihak industri teknologi sektor pendidikan dapat memberikan akses ke sumber daya dan inovasi terbaru. Cara ini juga dapat melibatkan program magang (internship) atau proyek kerjasama yang memberikan pengalaman praktis lapangan kepada siswa dalam sektor teknologi. 

Oleh karena itu, penerapan metode pembelajaran berbasis project yang memanfaatkan sumber teknologi dapat memberikan pengalaman praktis yang sangat berharga bagi siswa. Berbagai proyek ini, seperti penelitian atau pengembangan produk digital dapat memungkinkan siswa untuk menyelesaikan suatu masalah nyata dengan mempergunakan media atau sarana teknologi yang memadai. 

Untuk meminimalisir disparitas akses teknologi di sejumlah daerah, upaya seperti subsidi perangkat, bantuan teknologi serta peningkatan konektivitas internet di daerah terpencil harus menjadi prioritas.

Selain itu, penting juga untuk melakukan pengembangan sumber daya digital yang bisa diakses oleh para siswa dan pengajar termasuk bahan ajar online, video pembelajaran hingga materi interaktif yang mendukung Kurikulum Merdeka. 

Akhirnya, evaluasi secara berkala dan pengumpulan respons atau umpan balik dari siswa, guru dan orang tua sangat penting untuk memberikan penilaian efektivitas implementasi teknologi dalam Kurikulum Merdeka dan melakukan penyesuaian yang diperlukan. 

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak