Menggali Kekuatan Narasi dalam Berliterasi

Hikmawan Firdaus | inaya khoir
Menggali Kekuatan Narasi dalam Berliterasi
Ilustrasi Metode Narasi di Kelas (Pexels.com/Anastasia Shuraeva)

Dalam konteks upaya peningkatan literasi siswa, yang seringkali mendapat perhatian serius adalah bagaimana cara meningkatkan minat membaca dan menulis siswa. Namun, ada hal penting lain yang seringkali kita abaikan, yaitu mengenalkan narasi atau bercerita kepada siswa. Narasi dalam konteks peningkatan literasi siswa bukan hanya mengenalkan sebuah cerita belaka kepada siswa, melainkan juga merupakan alat yang sangat kuat dalam membangun dan mengembangkan literasi siswa.

Dalam Jurnal PAUD Emas. 2(2), 1-16 Analisis Penggunaan Metode Mendongeng untuk Membangun Pemahaman Literasi pada Siswa Sekolah Dasar Kelas Awal karya Sirit, dkk. (2023) menjelaskan bahwa mengenalkan metode narasi kepada siswa muncul sebagai solusi yang relevan dalam upaya meningkatkan literasi siswa. Menurutnya, metode narasi memiliki potensi untuk merangsang minat baca siswa. Dengan merancang rencana pembelajaran menggunakan metode narasi yang menarik, guru dapat menciptakan pengalaman literasi yang positif, mengubah persepsi siswa terhadap membaca, dan perlahan meningkatkan keterampilan literasi mereka.

Dengan demikian, menggali kekuatan narasi dalam berliterasi, merupakan sebuah langkah strategis untuk memperdalam pemahaman siswa terhadap suatu bacaan, meningkatkan kreativitas, kemampuan berpikir kritis, dan sikap empati siswa.

Narasi untuk Memperdalam Pemahaman Siswa

Metode narasi pada dasarnya merupakan sebuah cara dalam menyampaikan cerita. Dalam konteks berliterasi, narasi memungkinkan siswa tidak hanya memahami suatu bacaan, tetapi juga merasakan, mempertanyakan, dan mengeksplorasi makna yang terkandung di dalam suatu bacaan. Narasi menjadi salah satu cara yang efektif dalam meningkatkan kemampuan berliterasi. Tidak hanya melalui pembelajaran membaca dan menulis, tetapi juga melalui pengalaman imajinatif yang mendorong siswa untuk berpikir kritis dan reflektif. Siswa tidak hanya menjadi penerima informasi pasif dari suatu bacaan, tetapi juga menjadi subjek aktif yang terlibat dalam proses penafsiran dan penciptaan makna terhadap bacaan yang dibacanya.

Narasi Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

Saat siswa diminta untuk menceritakan kembali sebuah bacaan yang dibacanya, siswa akan terdorong untuk mengeksplorasi lebih dalam bagaimana alur cerita, karakter, dan tujuan dari cerita tersebut. Proses eksplorasi bacaan ini, pada akhirnya akan meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Melalui metode narasi, siswa dituntut untuk mampu mengevaluasi sebuah informasi yang didapat, memformulasikan pendapat, dan mengeksplorasi perspektif yang lebih luas dari sebuah bacaan.

Narasi Mengasah Kemampuan Menulis dan Berkomunikasi

Selain meningkatkan kemampuan berpikir kritis, narasi juga dapat meningkatkan keterampilan menulis dan berkomunikasi siswa. Dengan mempelajari bagaimana penulis menyusun cerita, mulai dari struktur, alur, hingga pengembangan karakter, siswa dapat belajar mengorganisasi ide dan menyampaikan pesan secara lebih efektif dalam tulisan mereka sendiri.

Metode narasi juga mengajarkan siswa bagaimana memilih kata yang tepat dalam menghubungkan ide-ide dalam tulisan secara koheren. Hal ini merupakan keterampilan dasar dalam komunikasi yang sangat penting dimiliki siswa. Kemampuan untuk menceritakan sebuah cerita atau bacaan dengan baik, untuk menyampaikan pesan yang jelas, dan untuk membangkitkan emosi pembaca merupakan bekal komunikasi dasar untuk kelak siswa terjun dalam dunia kerja.

Narasi Mempertajam Empati dan Perspektif yang Lebih Luas

Selain aspek kognitif, metode narasi juga memperdalam aspek sosial dan emosional siswa. Melalui narasi, siswa diajak untuk melihat dunia dari berbagai sudut pandang. Misalnya, mengajak anak untuk membaca dan menceritakan ulang kisah seorang pengungsi yang berjuang untuk bertahan hidup di tengah peperangan atau seorang anak yang berjuang mengatasi kemiskinan, memberikan kesempatan kepada siswa untuk merasakan dunia mereka, meski hanya dalam imajinasi.

Proses ini tentu saja dapat mengembangkan sikap empati siswa, salah satu elemen penting dalam literasi sosial dan emosional. Empati memungkinkan siswa untuk memahami perasaan dan kondisi orang lain, yang pada gilirannya meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang lain dalam kehidupan nyata. Menggali kekuatan narasi membantu siswa menjadi individu yang lebih peduli dan sadar akan keberagaman pengalaman manusia.

Berdasarkan uraian di atas, menggali kekuatan narasi dalam berliterasi bukan hanya soal memperdalam pemahaman siswa terhadap bacaan atau meningkatkan kemampuan membaca dan menulis siswa, melainkan juga soal bagaimana narasi mampu memperdalam kemampuan berpikir kritis, meningkatkan kreativitas, dan meningkatkan empati siswa.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak