Banyak orang bilang, sekali-kali kita perlu menengok ke belakang untuk belajar. Tapi, gimana kalo dengan menengok itu justru membuat kita terbayang kejadian-kejadian yang tidak menyenangkan? yang sebenarnya pengen kita lupain, tapi masih stuck di ingatan. Artikel ini akan membahas perihal ‘menengok ke belakang’ yang menjadi gagasan utama dari film Sekawan Limo karya Bayu Skak.
Sekawan Limo menceritakan sekelompok pemuda yang akan mendaki Gunung Madyopuro. Setiap gunung punya mitos, Gunung madyopuro dalam film ini memiliki mitos kalimat “ojok noleh nang mburi” dalam bahasa Jawa, yang artinya "jangan menoleh ke belakang"
Sepanjang perjalanan, mereka menghindari sebisa mungkin untuk tidak menengok ke belakang, namun, beberapa dari mereka tetap kerap mendapatkan gangguan dari makhluk halus. Setelah banyaknya kejadian yang janggal, Bagas, tokoh utama dalam film ini menyadari makna sesungguhnya dari kalimat “ojok noleh nang mburi”.
Kalimat ini bukan berarti kita tidak boleh menengok ke belakang secara harfiah, melainkan kita diingatkan untuk melepaskan segala masa lalu dan menjalani hidup di saat ini dengan lebih tenang. Dalam film ini, empat dari lima karakter menjalani hidupnya dengan bayang-bayang masa lalu. Lenni yang selalu dihantui rasa bersalah atas ibunya yang sudah meninggal, Dicky yang masih terlilit dengan hutang, Andrew yang merasa bersalah karena meninggalkan istrinya yang sedang hamil, dan Juna yang mengalami perundungan.
Tokoh Bagas mengingatkan, bahwa kita harus bisa berdamai dengan masa lalu. Pada film ini ‘masa lalu’ digambarkan sebagai makhluk halus yang kerap mengganggu Lenni, Dicky, Andrew, dan Juna. Bagas mengajarkan mereka untuk ‘menghadapi masa lalu’ itu, bukan malah mencari sesuatu yang lain sebagai pelarian.
Film ini mengajarkan bahwa hidup kita akan menjadi lebih nyaman dan ringan ketika kita sudah berhasil untuk berdamai dengan masa lalu. Seseorang tetap harus meneruskan hidup, meskipun setiap orang-pun juga memiliki rintangan atau masalahnya masing-masing.
Meskipun bayang-bayang, kenangan, atau kejadian buruk yang pernah terjadi itu seakan terus melekat, namun jika kita berusaha untuk menghadapi, bukan malah kabur atau mencari pelarian, rasanya akan lebih lega. Walaupun tidak mudah untuk sepenuhnya lepas dari bayang-bayang atau trauma masa lalu, dan sekalipun kita memiliki kejadian buruk di masa lalu, kita tetap tidak bisa membiarkan pengalaman itu terus-menerus menghantui kita.
Pada bab Strategi Berpikir Positif dalam buku Terapi Berpikir Positif karya Dr. Ibrahim Elfiky mengutip bahwa kita tidak bisa mengubah masa lalu, melainkan kita dapat mengubah cara pandang kita terhadap pengalaman atau kejadian itu. Sejatinya, semua hal yang terjadi itu diluar kendali kita, melainkan takdir. Oleh karena itu, kalimat “perlu sesekali kita menengok ke belakang untuk belajar” itu adalah benar. Namun, bukan berarti bertolak belakang maknanya dengan kalimat “Jangan menoleh ke belakang” dari film Sekawan Limo ini.
Kita perlu menengok ke belakang untuk menjadikannya pembelajaran, namun, bukan berarti kita terus menerus menoleh ke belakang, membuat kita mengingat semua yang buruk dan berlarut-larut disana. Melainkan kita harus bisa berpikir bijak dengan tenang, belajar menerima, dan mengambil hikmah dari segala hal yang terjadi di masa lalu.